Ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib Melakukan Jual Beli dengan Malaikat

Ada sebuah kisah di jaman Rasulullah SAW yang sangat menginspirasi saya, ini adalah kisah dari menantu Rasulullah SAW, yaitu Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang merupakan suami dari Sayyidah Fathimah. Kisah sederhana yang menambah keyakinan saya bahwa harta yang disedekahkan di jalan Allah SWT tidak akan berkurang, malah bertambah jumlahnya.

Suatu ketika Sayyidina Ali pulang ke rumahnya setelah silaturahmi kepada Rasulullah Muhammad SAW, beliau mendapati istrinya sedang memintal benang wol di rumahnya. Ali kemudian bertanya kepada istrinya itu,

Ali : Wahai perempuan mulia (Fathimah) adakah makanan yang bisa kau berikan kepada suamimu ini?

Fathimah : Demi Allah aku tidak memiliki makanan apapun di rumah, hanya 6 dirham ongkos memintal benang ini yang akan aku belikan makanan untuk anak kita (Hasan dan Husain).

Kemudian uang yang jumlahnya hanya 6 dirham itu diberikan oleh Fathimah kepada Ali dengan maksud untuk dibelanjakan agar mendapatkan makanan untuk Hasan dan Husain.

Saat Ali RA keluar rumah untuk membeli makanan, tiba-tiba beliau bertemu dengan seorang laki-laki yang berkata : “Siapa yang ingin memberikan hutang (karena) Allah yang maha menguasai dan mencukupi”, dan tanpa pikir panjang Ali langsung memberikan semua uang itu kepadanya dengan ikhlas karena Allah SWT.

Saat Ali pulang ke rumah dengan tangan kosong, istrinya menangis karena khawatir anak-anaknya belum makan dan mereka tidak punya makanan. Kemudian Ali menceritakan kejadian yang dialaminya, dan istrinya pun akhirnya ikhlas dan berserah diri kepada Allah SWT.

Ali kemudian keluar rumah lagi dengan maksud ingin mengunjungi Rasulullah SAW, namun di tengah jalan beliau bertemu dengan salah satu orang badui yang menawarkannya untuk membeli unta yang dia punya dengan harga 100 dirham. Ali menolaknya karena dia tidak memiliki uang, namun orang badui itu tetap memberikan untanya dengan cara hutang (bayar di belakang).

Kemudian di jalan beliau bertemu dengan orang badui lainnya yang akhirnya membeli unta tersebut dengan harga 300 dirham, betapa senangnya hati Ali bin Abi Thalib saat itu. Kemudian Ali bergegas pulang dan menceritakan kejadian yang dia alami tadi di jalan kepada istrinya, dan wajah mereka berseri karena bahagia.

Ali kemudian mendatangi Rasulullah SAW, namun saat baru sampai di depan pintu ternyata Rasulullah SAW sudah menyambut Ali dengan senyum dan berkata,

Rasulullah SAW : “Hai Ali, kau yang akan memberiku kabar, atau aku yang akan memberimu kabar?”

Ali : “Sebaiknya Engkau yang memberi kabar ya Rasulullah”

Rasulullah SAW : “Tahukah kau, siapa orang Badui yang menjual unta kepadamu dan orang Badui yang membeli unta darimu?”

Ali : “Allah dan Rasul-Nya tentu yang lebih tahu”

Rasulullah SAW : “Sangat beruntung kau, wahai Ali. Kau telah memberi pinjaman karena Allah sebesar enam dirham, dan Allah pun telah memberimu tiga ratus dirham, 50 kali lipat dari tiap dirham. Badui yang pertama adalah malaikat Jibril, sedangkan Badui yang kedua adalah malaikat Israfil (dalam riwayat lain, malaikat Mikail)”

Sungguh di jaman Nabi Muhammad SAW dulu sudah ada kisah keteladanan tentang sedekah, bahkan seorang Ali bin Abi Thalib yang mengalaminya sendiri, saat beliau dan istrinya hanya punya uang 6 dirham dan hendak dibelikan makanan untuk anak-ananya, namun karena ada yang lebih membutuhkan kemudian mereka menyedekahkan uang itu, dan Allah menggantinya dengan cara yang luar biasa, jual beli unta antara Ali dengan 2 orang badui yang ternyata adalah malaikat.

Saya sendiri terkadang berfikir saat bertemu dengan orang asing yang memberikan rejeki kepada saya, terkadang ada pikiran apakah ini benar orang atau malaikat yang dikirimkan oleh Allah SWT. Dengan membaca kisah seperti ini, sebenarnya membuka hati dan pikiran kita untuk saling berlomba-lomba menyedekahkan harta kita di jalan Allah SWT, bukan hanya berlomba untuk mengumpulkan harta untuk diri kita sendiri. Ingatlah bahwa kita adalah umat Nabi Muhammad SAW yang dermawan, kita bukan penerus Qarun yang pelit dan mati karena hartanya sendiri.