diagram arsitektur

Gagasan Konseptual PPKN di Kawasan Galeri Nasional Indonesia*


Seni merupakan
refleksi kehidupan yang oleh karenanya seni kontemporer tidak bisa lepas dari
kondisi sosial dan lingkungan masyarakat di zamannya. Zaman dimana apresiasi
masyarakat terhadap seni atau estetika telah berkembang dan bahkan menjadi
bagian dalam pola kehidupan konsumerisme khususnya bagi warga Jakarta. Sebagai
ibukota, Jakarta merupakan magnet dan ‘tempat pertemuan’ dari berbagai kalangan
masyarakat dengan berbagai latar belakang sosial dan budaya yang datang dari
segala penjuru indonesia. Sehingga dapat diartikan bahwa Jakarta itu sendiri
merupakan ‘laboratorium budaya nasional’ di tengah hiruk pikuknya dan masalah
tuntutan ruang publik manusiawi yang masih kurang.
Pusat
Pengembangan Kebudayaan Nasional (PPKN) di kawasan Galeri Nasional inonesia
(GNI) merupakaan titik awal atau entry point untuk menjelajahi kebudayaan
indonesia yang lebih luas. Lokasinya yang berada di ibukota indonesia merupakan
kesempatan untuk menjadikannya sebagai tempat pertemuan antara aktifitas urban
dan aktifitas berseni yang melebur menjadi satu. Seni memberikan makna dan
nilai lebih dari setiap aspek kehidupan manusia baik dalam interaksi sosial,
pedidikan maupun religi. Sehingga tujuan pengembangan GNI tidak terpisah dengan
lingkungan dan seharusnya tidak menginstitusikan dirinya yang menjadikan jarak
antara warga dengan kesenian tapi melebur dengan kehidupan kontemporer dalam
kota dapat mengakses (meluar) atau diakses (dimasuki) elemen sekitar kota.
Apakah ini dapat memperkuat makan PPKN sebagai PUSAT ? sebagaimana jakarta yang
pembangunannya menjadi magnet dari manapun dan memberikan dampak ke wilayah di
sekitarnya?.

PERTANYAAN yang
muncul kemudian adalah bagaimana konsep PPKN yang dapat menjadi ruang pusat
interaksi antara seni dan kehidupan urban diterapkan secara fisik melalui
siteplan kawasan? Di tengah lokasinya yang berada di pusat pemerintahan negara,
keterhubungannya institusi pusat; museum dan perpustakaan nasional dan elemen
aktifitas kota lainnya yang menjadi pusat dalam skalanya masing-masing seperti;
sekolah, rumah sakit, gereja dan stasiun kereta api.

Kata kunci:
seni, aktifitas urban, interaksi, aksesibilitas, pusat.

ANALISIS MAKRO

Letak pusat
pengembangan kebudayaan nasional berada di kawasan medan merdeka yang merupakan
kawasan pusat kegiatan primer (pusat pemerintahan). Berdasarkan perda prov DKI
no 1 tahun 2012 tentang RTRW 2030, kawasan pusat kegiatan primer adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala nasional atau beberapa
provinsi dan internasional. Kawasan galeri nasional berada di ketiga sisi
kawasan Monumen Nasional (MONAS). Galeri nasional berada di sisi timur, perpustakaan
nasional di sisi selatan dan museum nasional di sisi barat.

Permasalahan

Sebagai
titik-titik yang strategis permasalahan dari ketiga bangunan ini adalah jarak
yang jauh membuat keterhubungan ketiganya menjadi lemah meskipun berada dalam
satu kawasan budaya. Jalan-jalan raya lebar yang memisahkan jarak dan arus lalu
lintas yang padat menjadi penghambat utama pencapaian khususnya bagi pejalan
kaki.

Potensi Skala Makro
Halaman monas
merupakan ruang terbuka hijau yang dapat menjadi penghubung antara PPKN/galeri
nasional, perpustakaan nasional dan museum nasional. Karena lokasinya yang
berada di tengah dan merupakan kawasan bebas kendaraan dapat menjadi jalur yang
lebih aman dan sehat sehingga keterhubungan antara PPKN/galeri nasional,
perpustakaan nasional dan museum nasional menjadi lebih kuat.

Dari hasil
analisa Galeri nasional yang memiliki lingkungan yang kompleks dapat merespon
hubungan dari ketiga titik ini dalam hal aksesibilitas (detail di analisa
meso). Dalam hal ini titik PPKN dapat menjadi entry point yang berfungsi
sebagai penunjuk dan pembuka akses untuk kedua tempat lainnya perpustakaan
nasional dan museum nasional.

 

 

ANALISIS MESSO

Permasalahan
Keterputusan
lokasi dengan kawasan sekitar oleh sungai (alam), jalan raya dan elemen buatan
lainnya seperti pagar adalah hambatan dari tujuan awal PPKN sebagai ruang
interkasi aktifitas urban dan seni.

 

 

Potensi
Kedekatan lokasi
galeri nasional dengan beberapa fungsi yang berbeda; utara : ibadah, timur :
pendidikan sekolah dasar dan rumah sakit, selatan : pendidikan perguruan
tinggi, barat : lapangan monas dan stasiun gambir adalah potensi atau bahkan
kesempatan  (opportunity) untuk
mengelaborasi kondisi urban  dengan
menciptakan pusat pengembangan kebudayaan nasional yang lebih terkoneksi dengan
kawasan sekitarnya dan lebih ‘melekat’ dengan keseharian warga sehingga seni
dapat lebih diapresisasi dan dipelajari lebih luas tidak semata institusi yang
ekslusif. Ini adalah tahap awal untuk menciptakan ‘culture district’ di sekitar
kawasan dengan galeri atau PPKN sebagai TRIGGER-nya.

Gagasan Skala Meso

Penciptaan sumbu
utara-selatan dan timur barat sebagai generator pergerakan yang akan melewati kawasan
PPKN dan sebagai alat untu mengorganisasikan hubungan antar ruang.

 

 

KONSEP dan PROGRAM

Dengan
bertambahnya fungsi ruang maka perubahan organisasi ruang diperlukan untuk
pengembangan galeri nasional. Berdasarkan KAK fasilitas-fasilitas yang perlu
disediakan merupakan kegiatan outdoor dan indoor antara lain adalah :

  1. Gedung teater,
  2. Audio visual,
  3. Gedung sastra,
  4. Gedung diskusi
    dan
  5. Mess penginapan.
  6. Ruang
    Sekretariat (seni sastra, seni teater dan seni rupa).

ZONING
Sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai secara umum zoning pusat pengembangan kebudayaan
nasional dibagi menjadi tiga yang secara sekuensial yakni: zona rekreatif, zona
kultural dan zona edukatif.

  1. Zona Rekreatif,
    terletak di bagian depan jalan medan merdeka timur yang terdiri dari fungsi:
    café outdoor, restoran dan toko cinderamata. Zona ini terbuka setiap saat untuk
    umum atau warga meskipun tidak masuk ke dalam galeri nasional. Kedekatannya
    dengan jalan utama dapat menjadi pelataran terbuka untuk publik.
  2. Zona Kultural,
    terletak di tengah kawasan yang terdiri dari fungsi jangkar antara lain;
    museum/ galeri /pameran tetap, pameran temporer dan gedung teater.
  3. Zona Edukatif,
    terletak di bagian belakang yang terdiri dari fungsi: perpustakaan, audio
    visual, ruang sastra, ruang diskusi dan laboratorium. Zona ini berbatasan
    dengan gedung SDN 01 Gambir. Menjadikan zona ini aksesibel untuk murid sekolah
    akan memperkuat misi edukatif PPKN selain membuat kawasan GNI yang ragam fungsi
    menjadi lebih terkoneksi.

 

 

KEBUTUHAN RUANG
Berikut adalah
kebutuhan ruang eksisting, beberapa ruang tambahan dan pengelompokannya
berdasarkan zoning:
  1. Plaza / Ruang
    pameran terbuka – Penggabugan
  2. Kantor 
  3. Ruang auditorium           
  4. Café      
  5. Toko cinderamata           
  6. Restoran             
  7. Ruang
    seminar/konferensi          
  8. Ruang pameran
    temporer           
  9. Audio visual       
  10. Ruang serba guna           
  11. Musholla            
  12. Museum / Ruang
    pameran tetap – Dipertahankan
  13. Laboratorium    
  14. Mess / asrama  
  15. Perpustakaan   
  16. Lahan parkir      
  17. Gedung teater – Tambahan
  18. Ruang latihan – Tambahan
  19. Gedung sastra – Tambahan
  20. Gedung diskusi –
    Tambahan
  21. Sekertariat – Tambahan
  22. Central art
    square – Tambahan

ORGANISASI RUANG
Secara umum
pengembangan organisasi ruang dimulai dari tengah yaitu dengan meratakan
bangunan dibelakang museum sehingga tercipta ruang terbuka baru. Ruang ini
menjadi sentral dari organisasi ruang yang ditambahkan ke dalam galeri
nasional. Ruang terbuka baru central art square ditujukan agar pengunjung memperoleh
pengalaman kultural, edukatif dan suasana rekreatif lewat penampilan seni
kontemprer para seniman sekaligus ruang bersosialisasi. Dengan demikian PPKN
sebagai pusat aktifitas sebagai ruang interaksi antara aktifitas seni dan kota
dapat tercapai.
Kemudian
ketimbang mengembangkan pembangunan galeri nasional ke atas atau melebar,
organisasi ruang yang disarankan adalah pembangunan ke bawah (underground).
Pengembangan ini selain dapat mempertahankan bangunan eksisting yang khas juga
untuk mendapatkan orientasi baru di kawasan galeri nasional. Berikut diagram
skematik organisasi ruang:

 

 

 Level 0

 Level -1

 Level – 2

DIAGARAM 3D KONSEPTUAL
Central art square pada akhirnya berperan sebagai katalisator kegiatan seni dan urban terutama di bagian permukaan sedangkan teater, audiovisual, ruang pameran temporer yang dihubungkan dengan subway berperan di level bawah tanah.

 —————————————-

* Sayembara konseptual PPKN Galeri Nasional Indonesia, 2012


Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Paling Populer

To Top