ilustrasi : aguskarianto |
Dokter kelinci baik hati. Dia suka menolong siapa saja.
Tidak pandang bulu. Ia ikhlas menolong. Bila ada pasien tidak mampu maka dia tidak
segan-segan membebaskan biayanya. Semua hewan pernah ditanganinya. Semua
penyakit berhasil disembuhkan atas seizin Allah lewat tangannya.
Tidak pandang bulu. Ia ikhlas menolong. Bila ada pasien tidak mampu maka dia tidak
segan-segan membebaskan biayanya. Semua hewan pernah ditanganinya. Semua
penyakit berhasil disembuhkan atas seizin Allah lewat tangannya.
Rupanya sikap
dermawan dan baik hati si kelinci akan dimanfaatkan si buaya yang punya
perangai buruk. Dia punya niat jahat akan melenyapkan si kelinci dari muka bumi.
Dia iri hati melihat kebaikan si kelinci kepada sesamanya. Dia juga dengki
melihat semua hewan menyayangi si kelinci. Oleh karena itu, ia berniat akan melahap
tubuh si kelinci.
dermawan dan baik hati si kelinci akan dimanfaatkan si buaya yang punya
perangai buruk. Dia punya niat jahat akan melenyapkan si kelinci dari muka bumi.
Dia iri hati melihat kebaikan si kelinci kepada sesamanya. Dia juga dengki
melihat semua hewan menyayangi si kelinci. Oleh karena itu, ia berniat akan melahap
tubuh si kelinci.
Suatu hari, si
buaya pura-pura sakit gigi. Dia berkunjung ke dokter kelinci. Si kelinci tidak
menyadari akan bahaya yang menganacam dirinya. Dia tetap berbaik sangka
terhadap kedatangan seluruh pasien termasuk kepada si buaya. Ia tetap memperlakukan
si buaya seperti pasien-pasien lainnya. Si kelinci lalu memeriksa.
buaya pura-pura sakit gigi. Dia berkunjung ke dokter kelinci. Si kelinci tidak
menyadari akan bahaya yang menganacam dirinya. Dia tetap berbaik sangka
terhadap kedatangan seluruh pasien termasuk kepada si buaya. Ia tetap memperlakukan
si buaya seperti pasien-pasien lainnya. Si kelinci lalu memeriksa.
“Wah, gigimu
ternyata baik-baik saja kok, Pak buaya. Tidak ada tanda-tanda sakit seperti
yang kau bilang tadi,” kata si kelinci sambil terus memeriksa satu demi satu
gigi si buaya.
ternyata baik-baik saja kok, Pak buaya. Tidak ada tanda-tanda sakit seperti
yang kau bilang tadi,” kata si kelinci sambil terus memeriksa satu demi satu
gigi si buaya.
“Tapi…aku merasakan sakit….aduuhhhh….sepertinya gigi yang terdalam yang terasa
sakit ,” kata si buaya sambil terus berpura-pura mengaduh kesakitan.
Namun dalam hati si buaya mulai menyusun siasat agar si kelinci memasuki lebh dalam ke mulutnya. Nah, begitu dia ada di dalam mulutnya maka dia akan menyantap tubuhnya. “Iyaaa…tuh gigi yang paling dalam yang sakit, dokter kelinci.
Ayo dong segera periksa gigiku. Masuk ke dalam mulutku juga nggak apa-apa kok”.
sakit ,” kata si buaya sambil terus berpura-pura mengaduh kesakitan.
Namun dalam hati si buaya mulai menyusun siasat agar si kelinci memasuki lebh dalam ke mulutnya. Nah, begitu dia ada di dalam mulutnya maka dia akan menyantap tubuhnya. “Iyaaa…tuh gigi yang paling dalam yang sakit, dokter kelinci.
Ayo dong segera periksa gigiku. Masuk ke dalam mulutku juga nggak apa-apa kok”.
Rupanya si
dokter kelinci tidak kalah cerdik. Dia sadar bahwa si buaya akan berbuat jelek
terhadapnya. Diam-diam dia segera mengambil dua potongan bambu untuk ditaruh di
atas rahang bawah si buaya tanpa sepengetahuan pasiennya. Si dokter kelinci
merasakan keanehan dengan sikap si buaya. Dia merasa yakin bahwa gigi si buaya
sebenarnya sehat tetapi mengapa dia tetap ngotot mengatakan
bahwa giginya sakit. Bahkan si buaya senantiasa menyuruhnya untuk memeriksa
gigi terdalamnya. Itu artinya tubuhnya harus masuk ke mulut si buaya. “Wah,
gawat kalau tiba-tiba mulut si buaya tertutup maka tamatlah riwayatku,”
demikian kata si kelinci dalam hati. Namun dia tetap mengikuti perintah si buaya. Ia mencoba memeriksa gigi terdalam si buaya dengan memasuki mulutnya. “Iya betul Tuh gigi terdalamku yang terasa
sakit.” kata si buaya. “Rasain kamu dengan sekali
katupan mulutku maka si kelinci akan tewas di tanganku,” pikir si buaya.
dokter kelinci tidak kalah cerdik. Dia sadar bahwa si buaya akan berbuat jelek
terhadapnya. Diam-diam dia segera mengambil dua potongan bambu untuk ditaruh di
atas rahang bawah si buaya tanpa sepengetahuan pasiennya. Si dokter kelinci
merasakan keanehan dengan sikap si buaya. Dia merasa yakin bahwa gigi si buaya
sebenarnya sehat tetapi mengapa dia tetap ngotot mengatakan
bahwa giginya sakit. Bahkan si buaya senantiasa menyuruhnya untuk memeriksa
gigi terdalamnya. Itu artinya tubuhnya harus masuk ke mulut si buaya. “Wah,
gawat kalau tiba-tiba mulut si buaya tertutup maka tamatlah riwayatku,”
demikian kata si kelinci dalam hati. Namun dia tetap mengikuti perintah si buaya. Ia mencoba memeriksa gigi terdalam si buaya dengan memasuki mulutnya. “Iya betul Tuh gigi terdalamku yang terasa
sakit.” kata si buaya. “Rasain kamu dengan sekali
katupan mulutku maka si kelinci akan tewas di tanganku,” pikir si buaya.
“Iya benar
bagian gigi terdalamku….masukkan saja tubuhmu ke mulutku agar pemeriksaannya
lebih akurat,” kata si buaya.
bagian gigi terdalamku….masukkan saja tubuhmu ke mulutku agar pemeriksaannya
lebih akurat,” kata si buaya.
Dan ketika tubuh dokter kelinci telah memasuki mulut si buaya, tiba-tiba si buaya dengan
sekuat tenaga cepat-cepat mengatupkan kedua rahangnya sambil tertawa
terbahak-bahak.”Hahahaha…rasakan jebakanku…!!”
sekuat tenaga cepat-cepat mengatupkan kedua rahangnya sambil tertawa
terbahak-bahak.”Hahahaha…rasakan jebakanku…!!”
“Kraaakkkk….aduuhh…aduuuhhh….aduuhhh….gigiku
sakit…gigiku sakit….aduuuhhh..gigiku benar-benar sakit dokter kelinci,” demikian teriak si buaya sambil meraung-raung kesakitan sambil berlarian ke sana kemari.
sakit…gigiku sakit….aduuuhhh..gigiku benar-benar sakit dokter kelinci,” demikian teriak si buaya sambil meraung-raung kesakitan sambil berlarian ke sana kemari.
Si kelinci
terperanjat. Rupanya si buaya benar-benar telah menjebaknya. Rupanya si buaya
akan membunuhnya. Tetapi untung saja dia telah menyiapkan dua potongan bambu
untuk mengganjal kedua rahang si buaya. Dan ketika mulut si buaya akan tertutup dia secepatnya melarikan diri dan pergi menjauh. Sementara itu, niat busuk si buaya hendak
memangsa tubuh si kelinci gagal total karena si dokter kelinci lebih cerdik dengan menyiapkan
antisipasinya bila si buaya mengatupkan mulutnya.
terperanjat. Rupanya si buaya benar-benar telah menjebaknya. Rupanya si buaya
akan membunuhnya. Tetapi untung saja dia telah menyiapkan dua potongan bambu
untuk mengganjal kedua rahang si buaya. Dan ketika mulut si buaya akan tertutup dia secepatnya melarikan diri dan pergi menjauh. Sementara itu, niat busuk si buaya hendak
memangsa tubuh si kelinci gagal total karena si dokter kelinci lebih cerdik dengan menyiapkan
antisipasinya bila si buaya mengatupkan mulutnya.
“Keterlaluan
kamu, Pak Buaya! Kamu hendak membunuhku, ya! Jahat benar sikapmu ! Kamu
ternyata telah memiliki niat jelek terhadapku….pantas saja semua teman-teman
menjauhimu.” kata si dokter kelinci sambil berlari menjauhi si buaya.
kamu, Pak Buaya! Kamu hendak membunuhku, ya! Jahat benar sikapmu ! Kamu
ternyata telah memiliki niat jelek terhadapku….pantas saja semua teman-teman
menjauhimu.” kata si dokter kelinci sambil berlari menjauhi si buaya.
Si buaya merasa niat jeleknya
terbongkar. Akhirnya dia lari tunggang langgang sambil merasakan giginya benar-benar terasa sakit yang luar biasa akibat rahangnya tersusuk potongan bambu.
selesai.-
pesan moral : siapa yang berniat jelek terhadap teman tentu akan mendapatkan balasan
sesuai dengan niat jeleknya.
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.