fabel-tauladan

PERSAHABATAN MONYET, KURA-KURA DAN PENYU (oleh : aguskarianto)


          Pagi itu, mentari sekali-kali muncul dan sekali-kali hilang tertutup awan. Sehingga sinar mentari yang menyinari bumi terkadang terang dan terkadang redup. Angin bertiup sepoi-sepoi. Udara pagi hari itu menjadi sejuk. Hal ini membuat si Monyet yang duduk di atas dahan pohon mengantuk. Padahal dia semalaman sudah tidur nyenyak sejak sore hingga menjelang matahari terbit. Namun, rasa kantuk si monyet seketika sirna ketika melihat kedatangan kura-kura dan penyu. Kedua temannya itu membawa sekeranjang kacang tanah. Si monyet merasa keheranan. Hari masih pagi namun kedua temannya sudah membawa sekeranjang kacang tanah. “Wah, ada yang nggak beres, nih,” pikir si monyet.
          “Hoiiii….berhenti!” teriak si monyet menghentikan langkah kura-kura dan penyu.
          Kura-kura dan penyu terkejut dengan kedatangan si monyet. Mereka berusaha untuk tidak menghiraukan teriakan si monyet. Mereka terus berjalan. Mereka ingin segera menghindar agar  tidak berurusan dengan si monyet. Mereka ingin segera mencari tempat persembunyian agar si monyet tidak bisa mengetahui keberadaannya. Namun, langkah kaki mereka terlampau kecil dibandingkan si monyet. Dan dengan beberapa lompatan saja si kura-kura dan penyu berhasil dikejar si monyet.
         “Hei…kenapa kamu berusaha menghindar dariku?” tanya si monyet kemudian. “Wah…pasti ada yang tidak beres nih dengan isi keranjang yang kamu bawa.”
          Kura-kura dan penyu hanya saling pandang. Mereka enggan berdebat dengan si monyet. Berdebat dengan si monyet tidak ada untungnya. Mereka selalu dikalahkannya. Si monyet selalu ingin menangnya sendiri. Si monyet selalu suka bohong. Kata-katanya sulit dipercaya. Banyak temannya yang selalu menjauhinya. Sifatnya tidak disukai teman-temannya.
         “Pasti kalian mencuri, ya! Pagi-pagi sudah membawa sekeranjang kacang tanah. Pasti barang curian, ya?” tuduh si monyet kepada mereka.
         Mendapat tuduhan si monyet akhirnya kura-kura dan penyu tidak terima. Ia ingin membela diri.
         “Enak saja,” jawab kura-kura. “Kamu jangan asal tuduh saja, Nyet! Tuduhanmu itu amat menyakitkan hati kami.”
         “Ya tentu saja aku curiga…kalian sepagi ini sudah membawa sekeranjang kacang tanah? Dapat darimana kalian, kalau tidak mencurinya.”
         “Wah tuduhan tanpa bukti adalah fitnah, lho! Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan, Nyet!”
         “Tapi, benar khan kalian mencuri?!”
         “Nyet !!,” bentak si penyu. “Lama-lama aku muak dengan tuduhanmu yang tanpa dasar itu! Kamu sama sekali tidak menghargai kerja kerasku sejak pagi. Kami barusaja datang dari kebun Pak Ahmad. Kami ikut membantu memanen kebun kacang tanahnya. Untuk itulah kami mendapat upah sekeranjang kecang tanah ini. Terserah kalau kamu tidak percaya. Biarkan kami pergi. Jangan ganggu perjalanan kami.” kata si penyu lalu melanjutkan perjalanannya.
         “Hei…hei…hei….sebentar dong,” kata si monyet sambil berdiri di tengah jalan agar mereka tidak segera pergi. “Bukan maksudku menuduhmu, teman! Namun, aku cuma ingin memastikan. Memastikan darimana kacang tanah itu kalian dapat. Itu saja. Kalau aku tahu cara kamu mendapatkannya, maka aku juga bisa membelamu bila ada teman kita yang ingin merebut kacang tanahmu.”
         “Ah…alasan saja kamu, Nyet!” kata kura-kura. “Bilang saja kalau kamu juga menginginkan kacang tanahku, khan?!”
         Si monyet jadi salah tingkah. Ternyata kura-kura bisa mengetahui maksudnya. Namun ia pura-pura bersikap baik hati kepada mereka. Ia berusaha mencari kesempatan untuk bisa mencuri sekeranjang kacang tanah yang dibawa kura-kura dan penyu. Oleh karena itu, kemanapun si kura-kura dan penyu berjalan senantiasa diikutinya dari kejauhan. Cara ini dilakukan agar kedua temannya tidak mengetahui kalau ia ikuti dari jauh.
         Ketika berada di pinggir sungai, si kura-kura dan penyu menghentikan langkahnya. Mereka kelelahan dan ingin istirahat. Di bawah pohon yang rindang mereka merebahkan diri. Sekeranjang kacang tanah mereka apit berdua dengan tujuan bila ada yang mencuri mereka berdua bisa mengetahuinya. Angin yang berhembus sepoi-sepoi membuat mereka segera teridur.
        Betapa senangnya si monyet melihat teman-temannya tertidur. “Wah, ada kesempatan membawa kacang tanahnya, nih,” pikirnya. Kemudian, si monyet pelan-pelan menghampiri mereka. Ia berusaha memanggil nama mereka. Namun karena kecapekan setelah bekerja rupanya tidur mereka teramat pulas. Mereka tidak sadar akan keberadaan monyet di sana. Oleh karena itu, si monyet dengan leluasa membawa sekeranjang kacang tanah mereka. Dan secepat kilat si monyet berlari menjauh dengan membawa sekeranjang kacang tanah milik kura-kura dan penyu.
       Sesaat kemudian, si kura-kura dan penyu terbangun. Mereka terkejut sebab sekeranjang kacang tanahnya telah hilang. Mereka berusaha mencari kesana kemari namun tidak ketemu juga. Mereka menangis. Mereka bersedih. Mereka menyesal telah tidur terlalu pulas.Dan dengan langkah gontai mereka berjalan menyusuri pematang sawah sambil terus mencari keberadaan barang miliknya.
        “huuu   huuu  hhuuuuu…gara-gara kita tidur terlalu pulas akhirnya hilang dech kacang tanah kita,” kata si kura-kura menyesali diri.
        “Iya…ya…coba kalau kita tadi terus pulang ke rumah tentu barang kita tidak sampai hilang.”
        “Sialan !Memangnya siapa sih yang usil mencuri kacang tanah kita? Awas ya kalau ketahuan! Aku akan mengambil perhitungan dengan mereka.”
        “Iya…kita akan keroyok saja mereka. Kita laporkan bapak polisi saja biar dihukum berat.”
        Tiba-tiba langkah mereka dihentikan oleh seekor kepiting sawah. Si kepiting ternyata telah mendengar semua pembicaraan mereka.
        “Sabar, teman-teman!” sapa si kepiting. “Aku sebenarnya mengetahui siapa yang telah mencuri kacang tanahmu>”
        “Hah ?! Benarkah ucapanmu itu, Pak Kepiting?” tanya si penyu bersemangat.
        “Benar, aku tahu. Si monyetlah yang telah membawa sekeranjang kacang tanahmu tadi,”
        “Astaghfirullahaladziem….lagi-lagi dia yang selalu bikin ulah,” kata kura-kura. “Lalu, kemana dia pergi, Pak Kepiting?”
        “Sabar, ya. Bapak mau menolong kalian. Bapak tadi telah menyuruh anak-anak mengikuti kemana saja si monyet pergi. Sebab bapak curiga dengan sikap tergesa-gesanya. Sebentar lagi tentu ada laporan keberadaan si monyet.”
         Si kura-kura dan penyu akhirnya bisa bernafas lega. Ternyata Pak Kepiting akan membantu mereka. Dan tidak lama lagi mereka akan menemukan kacang tanah mereka.
        “Pak Kepitiiiiiiiing…..dia berhenti tidak jauh dari sini, Pak!” teriak anak kepiting. “Dia berhenti di bawah pohon pinggir sungai, Pak.”
        “Baiklah, ayo kita segera ke sana,” kata Pak kepiting mengajak seluruh anaknya, si kura-kura dan penyu menuju tempat dimana si monyet berada.
        “Naaaaahhhh….itu dia, Pak.” kata anak kepiting sambil menunjuk si monyet yang sedang duduk sambil menikmati kacang tanah.
        “Ayo kita atur strategi, ya,” kata Pak Kepiting. “Ada yang berada di sebelah kanan, ada yang bagian kiri, ada yang bagian belakang, dan Bapak akan berada di bagian bawahnya. Usahakan agar dia tidak mengetahui keberadaan kita. Semua harus sudah siap dengan capit-capitnya. Dan setelah mendengar komando Bapak maka secepatnya kalian capit tubuh si monyet kuat-kuat, yaaaa.”
         “Siaaaaaappppp!”
         Lalu Pak Kepiting dan anak-anaknya mengambil posisi masing-maasing. Sementara si kura-kura dan penyu mengamatinya dari kejauhan.
         Si monyet tidak menyadari akan kehadiran kelompok kepiting. Ia terus menguliti kulit kacang dan memakan biji-bijinya. “Hemmmmm….lezatttt….enaaaakkk,” kata si kera sambil menjulur-julurkan ekornya ke bawah. Setiap kiulit kacang tanah yang telah dibukanya ia lempar begitu saja ke aliran sungai di depannya.
         “Awassss…..satuuuu….duuaaaa….tiiii…ggaaaaaaaaaaaaaa!” teriak Pak Kepiting
         “Wuaduuuuuuuuuuuuuuccchhhhhhhhh…..ssaaakiiiiiittttt….saakiiiittt….sakiiiittttt,” teriak si Monyet sambil menarik-narik ekornya yang dicapit oleh Pak Kepiting bersama-sama dengan anak-anaknya. Si Monyet lari tunggang langgang sambil terus berusaha melepaskan capitan Pak Kepiting. Namun karena capitan Pak kepiting terlalu kuat maka ia kesulitan melepaskannya. Akhirnya, si monyet tidak bisa mengendalikan tubuhnya. Ketika ia berusaha melompat di pinggir sungai, tubuhnya oleng. Dan akhirnya…byuuuuuuurrrr…..tubuh si monyet tenggelam ke dalam air sungai yang alirannya deras. Si monyet tidak bisa berenang. Tubuhnya hanyut terbawa aliran sungai.
        “Terima kasih, Pak Kepiting,” kata si kura-kura dan penyu kepada Pak Kepiting yang baru berenang dan keluar dari air sungai. “Terima kasih juga kepada anak-anak Pak kepiting. Kami tidak tahu harus bagaimana membalas kebaikan kalian.”
         “Sudahlah, teman. Bapak senang bisa membantu kalian. Si pekerja keras seperti kalian layak ditolong daripada di pencuri itu!”
         Kemudian si kura-kura dan penyu pamit pulang sambil membawa sisa kacang tanah yang masih belum dimakan oleh si monyet.

selesai

sumenep, 19, oktober 2012

Moral Cerita : Jadilah pekerja keras dimanapun berada dengan segala potensi yang anda miliki. Jangan
                       berusaha membandingkannya dengan potensi teman. Aku adalah aku. Insyaallah si
                       pekerja keras lebih dihormati daripada si pencuri dan pemalas.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Paling Populer

To Top