Aqidah Ath-Thahawiyah

Halaqah 50 ~ Al-Qur’an adalah Kalamullah (3)


Halaqah 50 ~ Al-Qur’an adalah Kalamullah (3)

📘 Kitab : Aqidah Ath-Thahawiyah

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Beliau mengatakan rahimahullāh,
منه بدا بلا كيفية قولاً
Dari Allāh mulainya berupa ucapan.
Allāh mengucapkan pertama kali kita tetapkan tetapkan yang demikian & tidak boleh kita menentukan kaifiyah nya dan tidak boleh kita mentasybih dan tidak boleh kita menafikan.
Siapa yang mendengar ketika Allāh subhanahu wa ta’ala berbicara?
Yang mendengarnya adalah malaikat Jibril memang ditugaskan oleh Allāh subhanahu wa ta’ala untuk menyampaikan wahyu, Allāh subhanahu wa ta’ala berbicara sesuai dengan keanggunganNya kemudian didengar oleh Malaikat Jibril alaihissalam kemudian oleh Malaikat Jibril alaihissalam dan dia adalah Ruhul amiin kata Allāh ﷻ,
نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ ۝
[QS Ash Shuara193]
Malaikat Jibril yang dipercaya oleh Allāh, dan Allāh ﷻ Dialah yang mengetahui segala sesuatu, Allāh mensifati Jibril dengan al Amanah
نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ ۝ عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ ۝ بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ ۝
[QS Ash Shuara193~195]
Disampaikan kepada Nabi Muhammad ﷺ
عَلَى قَلْبِكَ
Disampaikan apa yang dia dengar dari Allāh subhanahu wa ta’ala dan dia adalah Rasul Al Malaki (Rasul dari kalangan Malaikat yang Amiin) dan dia adalah mubaligh dia sampaikan kepada Nabi kita Muhammad ﷺ sebagai Rasulu Al Basyari (utusan Allāh dari kalangan manusia) Rahmat dari Allāh subhanahu wa ta’ala dijadikan Rasul yang diutus kepada kita dari kalangan kita/manusia, bukan dari kalangan Malaikat atau dari kalangan Jin supaya tidak ada hujjah bagi manusia kenapa diutus kepada kami seorang Rasul dari kalangan Malaikat yang kami tidak melihat dia/tidak sama dengan kami, diutus kepada kita dari kalangan manusia, beliau adalah Rasulullah ﷺ, Wahyu disampaikan kepada Rasulullah ﷺ dengan berbagai cara terkadang Malaikat Jibril menjelma sebagai manusia, terkadang langsung disampaikan kedalam hati Nabi ﷺ
۞ وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِن وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
[QS Ash Sura 51]
Dan Nabi ﷺ setelah menerima wahyu tadi dengan perantara Malaikat Jibril alaihissalam maka beliau menyampaikan itu kepada umatnya.
Beliau adalah rasul yang Amin sebagaimana Malaikat Jibril alaihi salam adalah Malaikat yang Amin dan sejak dahulu beliau ﷺ disifati oleh kaumnya sebagai seorang yang Amiin.
Sebagaimana dalam kisah ketika orang² Quraisy kira² kurang lebih 5 tahun sebelum Nabi ﷺ diutus menjadi seorang Nabi, mereka merenovasi Ka’bah kemudian ketika sudah saatnya untuk meletakkan yaitu batu Hajar Aswad mereka berselisih pendapat sampai hampir terjadi pertumpahan darah salah seorang diantara mereka mengusulkan, sekarang begini saja kita tunggu siapa yang pertama kali masuk dari pintu tersebut karena di sekitar Ka’bah itu ada pintu khusus untuk melakukan Tawaf, maka mereka sepakat yang pertama kali masuk pintu ini maka dialah yang berhak untuk menaruh batu tersebut, akhirnya mereka menunggu ternyata yang masuk dari pintu tersebut adalah Muhammad bin Abdullah ﷺ, maka mereka mengatakan,
Jamal Amiin, kami ridho dengan Al Amiin, tidak ada diantara kami yang tidak ridho Muhammad Ibnu Abdillah Al Hasyim.
Oleh karenanya Nabi ﷺ dengan bijaksananya saat itu beliau belum menjadi Nabi, beliau meminta semua kabilah mengutus perwakilan, kemudian beliau menggelar sehelai kain dan masing-masing disuruh untuk memegang ujung dari kain tersebut setelah itu beliau meletakkan batu di tengah-tengah dan masing-masing Qobilah ada perwakilannya membawa bersama-sama batu tadi kearah pojokan dari Hajar Aswad/pojokan dari Ka’bah untuk yang digunakan untuk meletakkan Hajar Aswad setelah sampai disana maka Nabi ﷺ yang mengambil Dan meletakkan ditempat. > Ath Thahawiyyah 2: Menunjukkan bahwasanya beliau ﷺ adalah seorang yang memang Amiin, tentunya yang lebih dahsyat dari itu yang mengatakan Al Amiin / yang mempercayai bukan hanya manusia tetapi juga Allāh Rabbul’alamin , beliau sampaikan apa yang beliau terima dari Malaikat Jibril alaihissalam kepada para shahabat Radhiallahu ta’ala anhum.
Sehingga didalam Al-Qur’an ada Ayat yang di situ disebutkan bahwasanya Al-Qur’an di idhofahkan atau disandarkan kepada Rasulullah ﷺ dan terkadang didalam ayat yang lain diihodfahkan Malaikat Jibril alaihissalam sebagaimana firman Allāh ﷻ,
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ ۝
وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ ۚ قَلِيلًا مَّا تُؤْمِنُونَ ۝.
[QS Al Haaqoh 41,42]
Sesungguhnya itu adalah ucapan Rasul yang mulia, maksudnya adalah penyandaran ucapan kepada yang menyampaikan,
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ
Ini adalah ucapan yaitu Al Qur’an adalah ucapan Rasul yang mulia maksudnya adalah diihodfahkan ucapan disini kepada mubaligh nya yaitu Rasulullah ﷺ/ idhofatu tabligh, kemudian Allāh mengatakan,
وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ ۚ
Dan bukanlah Al-Qur’an itu ucapan tukang syair
قَلِيلًا مَّا تُؤْمِنُونَ
Sedikit sekali diantara kalian yang beriman.
Ini bukanlah ucapan tukang syair tapi ini adalah ucapan Allāh yang disampaikan oleh Rasul yang mulia.
Jadi idhofah disini adalah idhofatu tabligh.
Dalam ayat yang lain Allāh mengatakan,
إنه لقول رسول كريم
Sama sesungguhnya ini adalah yaitu Al-Qur’an adalah ucapan Rasul yang mulia, tapi Rasul yang dimaksud disini aadalah Malaikat Jibril
ذي قوة عند ذي العرش مكين
Malaikat Jibril tersebut dia memiliki kekuatan yang besar
عند ذي العرش
Disisi Allāh yang Arsy
مكين
Dia adalah Malaikat yang memiliki kedudukan yang tinggi memiliki makalah, memiliki kedudukan yang tinggi.
Ayat yang pertama tadi Rasul yang dimaksud adalah Nabi Muhammad ﷺ adapun yang ini maka yang dimaksud adalah Malaikat Jibril.
Kenapa diihodfahkan kepada malaikat Jibril atau diihodfahkan kepada Nabi Muhammad ﷺ ini adalah idhofatu tabligh, penyandaran kepada yang menyampaikan bukan kepada yang berbicara, yang berbicara yang mengucapkan pertama kali adalah Allāh, oleh karenanya dia adalah Kalamullah, Al-Qur’an adalah kalamullah, adapun
إنه لقول رسول كريم
Maka ini adalah idhofatu tabligh/penyandaran kepada yang menyampaikan, karena kalau dikatakan ini adalah idhofatu Al Mutakalim /idhofah yang mengucapkan maka tentunya disana ada talaquf (ini ucapan Jibril atau ucapan Muhammad ﷺ) Al-Qur’an tidak ada didalamnya talaquf /pertentangan
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا ۝
[QS An Nisa 82]
Apakah mereka tidak mentadabburi Al-Qur’an, seandainya itu berasal dari selain Allāh, niscaya mereka akan mendapatkan didalamnya perselisihan yang banyak.
وإن القران كلام الله
Al-Qur’an yang didalam mushaf diawali dengan Al-fatihah sampai An Nas maka itu semuanya adalah Kalamullah.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى


Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top