5 poin arsitektur baru

Penjelasan dari 5 Poin Arsitektur Baru



Setelah Le Corbusier berhasil mengembangkan
atau meningkatkan beberapa atribut dari sistem
‘domino’ pada bangunan-bangunan vila yang sebenarnya, ia siap mengeluarkan apa
yang baginya merupakan manifesto programatik pertama dari ‘arsitektur baru’
yang disebutnya sebagai lima poin arsitektur baru.


Untuk alasan polemik ia mengusulkan
bahwa lima poin arsitektur baru ini akan menjadi bahasa yang berlaku secara
universal dari arsitektur yang baru. Dan bahwa lima poin itu adalah hasil logis
dan penggunaan yang benar, baik dari teknologi konstruksi yang tersedia seperti
rangka beton, dan pada saat yang sama kosakata yang menyediakan – apa yang Le
Corbusier sebut sebagai – kebutuhan spiritual untuk melengkapi kebutuhan teknis
tersebut. Manifesto lima poin arsitektur baru ini mempromosikan dengan maksud untuk
membiasakan masyarakat awam dan publik internasional dengan ide-ide yang
mendasari arsitektur baru ini.


Diagram sistem Dom-ino, Le Corbusier, 1914.


Lima poin atau prinsip yang bersifat
teknis sekaligus arsitektural itu, antara lain: (1) pilotis / Pilotis, (2)
taman atap / Roof Garden, (3) denah bebas / Free Plan, (4) jendela
memanjang / Ribbon window dan (5) façade bebas / Free Façade.

(1) Pilotis adalah kolom yang berasal dari
kolom sistem domino yang mendukung pelat horizontal dan mengangkat bangunan di
atas tanah. Pada saat Le Corbusier mengembangkan pilotis di bangunan-bangunan vila,
dia semakin tertarik menggunakan pilotis untuk mengangkat bangunan dari tanah. Pilotis
dengan demikian merupakan pembalikan dari bangunan podium arsitektur klasik
yang menjangkar bangunan ke bumi, tetapi juga pembalikan ruang bawah tanah
tradisional yang dianggap Le Corbusier sebagai ruang lembap dan tidak sehat.
Pada saat yang sama, pilotis sejalan dengan kebiasaan bangunan Eropa dalam hal ‘piano
nobile’ (italia), atau lantai mulia,
yaitu lantai utama yang terletak satu lantai di atas tanah. Pilotis juga
memiliki implikasi untuk distribusi hunian yang terdiri dari beberapa bagian, bahkan
pada skala perkotaan. Corbusier membayangkan bahwa di luar dari rumah adalah
gagasan untuk menaikkan ruang-ruang hunian di atas satu lantai dan membiarkan permukaan
tanah terbuka untuk kegiatan rekreasi, sirkulasi, transportasi, yang tersedia secara
kolektif yang memahami kebutuhan kota. Ini sebenarnya menyiratkan ruang baru
yang lebih demokratis. Membuka  ketersediaan permukaan tanah untuk penggunaan yang
spontan dan bervariasi.

Dengan cara yang sama menaikkan
bangunan di atas pilotis menggantikan ruang bawah tanah, selanjutnya teras atap
atau (2) taman di
atap

menggantikan atap miring dan loteng dengan ruang di udara terbuka. Beton
bertulang membuat setiap pelat lantai memiliki struktur yang homogen sehingga
pelat lantai atas, yakni atap (dag)  sama
kuatnya dengan pelat lantai di bawahnya.

Tidak ada satu fitur pun dari
karya Le Corbusier yang paling menyimpulkan keyakinannya tentang kualitas
penyembuhan dari rumah itu sendiri selain taman atap. Di taman atap ada
kekuatan inspirasi yang menginspirasi dan kekuatan paparan higienis tubuh
terhadap Matahari. Teras  atap
mengingatkan kehidupan pra-industri yang lebih hidup di luar dan bagi Le
Corbusier akan lebih sehat tetapi juga menyarankan kesenangan higienis dari
relaksasi dan bepergian di atas kapal laut itu sendiri salah satu tujuan modernisme.

Dengan membebaskan struktur kolom
dari partisi interior yang melingkupi program ruang, Le Corbusier menciptakan
(3) denah bebas. Denah bebas adalah perlawanan
dari apa yang disebut Le Corbusier dengan denah ‘lumpuh’. Denah lumpuh adalah denah
kamar yang masing-masing terpisah dari yang lain yang dibuat oleh dinding yang
menahan beban. Dinding yang menahan beban berarti bahwa ruangan harus memiliki
ukuran tertentu dan dalam bentuk tertentu. Mereka harus dimasuki melalui pintu
dan dibolongi oleh jendela-jendela kecil. Denah bebas memungkinkan ukuran dan pengaturan
ruang yang jauh lebih terbuka serta penetrasi antar ruang yang satu ke yang
lain. Pemisahan ruang dengan struktur atau struktur dengan partisi yang melingkupi
ruang juga memungkinkan sebuah artikulasi kosakata hubungan plastik bentuk yang
merupakan awal dari ‘elemen-elemen bergambar’ yang memberikan jiwa pada denah
bebas terbuka baik secara visual maupun secara spasial.

Ini adalah saat dimana kondisi
teknis dari diagram domino yang mengubah solusi struktural bangunan dan metode
konstruksi sebenarnya memberikan pengaruh bahwa ini pada dasarnya bukan semua
tentang teknologi, tetapi lebih tentang kemungkinan-kemungkinan baru pada ruang,
kemungkinan-kemungkinan baru pada bentuk yang sekarang dapat dieksplorasi
secara scluptural, arsitektural maupun secara programatis.

Yang keempat dari lima poin ini
adalah (4) jendela
memanjang
. Jendela
memanjang adalah hasil wajar dari façade bebas. Yaitu jendela yang dapat
dipotong ke dalam dinding karena dinding tidak memuat beban. Tetapi juga
sebagai perangkat ia meniadakan jendela reguler, semacam jendela berbingkai yang
memposisikan dirinya dalam persegi panjang vertikal. Jendela memanjang adalah
jendela kolektif, bukan jendela individual dan juga bukan jendela yang menstabilkan
perspektif satu titik. Ini lebih seperti jendela yang menghasilkan panorama,
hampir seperti versi sinematik dari sebuah jendela, bukan versi jendela yang seperti
bingkai lukisan. Kita dapat membayang jendela memanjang ini seperti alur bidikan
dalam film. Le Corbusier bersikeras bahwa meskipun dikembangkan untuk keperluan
rumah, jendela memanjang bisa menjadi elemen produksi massal mekanis standar
untuk semua jenis bangunan.

Akhirnya poin kelima, (5) façade bebas. Fasad bebas menetapkan
ketersediaan bergambar komposisi dinding permukaan. Bahkan juga memungkinkan
ketipisan dinding itu menjadi lebih mirip seperti membran, semacam pembungkus tipis
yang menutupi bangunan dan menekankan kualitas volumetrik yang sangat penting
bagi Le Corbusier daripada kualitas struktural kompresi yang statis. Dinding
menjadi membran tipis yang memungkinkan jendela diperpanjang tanpa gangguan.
Tetapi juga memungkinkan jenis-jenis bukaan lainnya menjadi jauh lebih
bervariasi dan disusun secara geometris dan visual ketimbang ditentukan secara
konstruksi atau struktural.




Sumber: HarvardX



Terkait:

  • 5 Prinsip Revolusioner Arsitektur Modern – Le Corbusier & Pierre Jeanneret





Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Paling Populer

To Top