Percaya

Tuhan Menjawab Doa – 1


Tuhan Menjawab Doa Bahkan Sebelum Kita (sempat) Berdoa – 1

Dikutip dari kisah seseorang yang saya dapat dari seseorang yang diperolehnya dari seseorang lainnya…….
 
Senja
itu hujan rintik-rintik membuat jalanan licin. Ayah saya berusia limapuluh
sembilan tahun namun masih kuat mengendarai motornya, dan senja itu ia
membonceng saya. Rumah saya terletak di pinggiran Bandung dengan jalanan sulit
meliputi dua tanjakan curam, yang selama sepuluh tahun terakhir ini tidak
menawarkan masalah apa-apa pada ayah saya, sampai senja
itu.

Entah karena ban
motornya yang gundul, entah karena jalan licin yang baru terguyur hujan, yang
pasti di tikungan kedua, ayah saya kehilangan kendali akan motornya, dan motor
itu jatuh ke arah kanan.

Saya bukan perempuan
yang bisa bereaksi cepat jika ada sesuatu yang terjadi. Pada saat kedua anjing
saya berkelahi dan yang satu mencakar bola mata yang lain (sampai tergantung
keluar seperti film kartun), saya cuma bisa menangis melihatnya sementara suami
saya langsung menelepon dokter hewan kami. Saya juga tidak pernah berlatih
karate, dan terus terang bukan penggemar olahraga, sehingga sampai saat ini saya
masih terheran-heran apa yang menyebabkan saya bisa bereaksi begitu cepat,
tangkas, dan tepat.

Pada saat motor ayah
saya oleng ke kanan (saya menggunakan rok sehingga posisi duduk saya miring),
ayah saya terkena akibat terlempar ke kiri, tapi dengan posisi seperti harimau
mengaum dengan kedua tangannya terangkat ke atas. Ia tidak bisa menahan
gravitasi bumi yang menariknya dan didepannya adalah pohon tinggi serta benteng
rumah orang. Tidak ada alternatif yang lain. Entah keningnya akan menghantam
pohon, atau dinding. Tinggal pilih saja.

Ayah saya punya sejarah
stroke dua kali. Jika kepalanya terbentur keras seperti itu saya bahkan tidak
berani membayangkan apa yang akan terjadi. Dan kejadian itu berjalan sangat
cepat dalam hitungan tiga sampai lima detik.

Anehnya, bahkan sampai
saat ini, saya masih bisa melihat kejadian itu di depan mata saya, karena saya
menyaksikannya dalam adegan slow motion, benar, seperti ada remote kehidupan
yang tombol slow motion nya ditekan. Saya masih bisa mengingat gerakan ayah saya
yang seperti harimau mengaum siap menerkam pohon atau benteng rumah orang di
depannya.

Dan saya, perempuan yang
tidak pernah bereaksi cepat kecuali jika adegan hidup adalah rutinitas yang
selalu berulang setiap hari, melompat turun dari motor yang oleng ke kanan, dan
dengan gagah berani (sambil menyandang tas berat di bahu kanan), mencengkeram
jaket ayah saya yang tebal, dan entah kenapa, punya kekuatan untuk menarik ayah
saya sehingga tidak jadi menerkam pohon di depannya.

Cuma tiga sampai lima
detik.

Tak ada waktu untuk
berpikir. Tak ada waktu untuk berdoa. Tak ada waktu bahkan untuk memanggil nama
Tuhan sekalipun. Secepat kedipan mata, bahkan saya pun tidak terpikir untuk
melakukan hal itu. Tubuh saya yang melakukannya. Reflek saya yang melakukannya.
Reflek? Yang benar saja. Handphone yang meluncur jatuh dari genggaman tangan
saya saja, saya tidak mampu menangkapnya. Dalam keadaan nyaman di depan televisi
menggenggam cangkir kopi panas saja, kopi saya tumpah tanpa ada yang
menyenggolnya. Reflek?

Senja
itu saya belajar bahwa Tuhan, penguasa semesta alam dengan galaksi besar tidak
terhitung banyaknya, masih bisa memperhatikan seseorang (dua orang) yang berada
di galaksi Bima Sakti, di planet bumi, di benua Asia, di negara Indonesia, di
kota Bandung, di pinggiran jalan basah setengah kilometer dari rumah saya. Ia
masih sempat menolong dengan menggerakkan tangan saya untuk menarik kembali ayah
saya yang sedang terjun bebas ke sebuah batang pohon. Padahal, benar, saya
bahkan tidak sempat memanggil nama Nya, apalagi berdoa melipat
tangan.

 

Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Paling Populer

To Top