PUASA DALAM PERSPEKTIF TASAWUF
Topbisnisonline.com – Mubarok,S.Ag, Penyuluh Agama Islam Fungsional Kecamatan Negerikaton Kabupaten Pesawaran menyampaikan Mau’idhatul hasanah pada acara Songsong Ramadhan yang diadakan di Masjid Al-ikhlas Kantor kementerian Agama Kabupaten Pesawaran pada hari Senin 13 Maret 2023 jam 09.00 pagi sampai selesai.
Acara tersebut dihadiri oleh Para Pejabat Kankemenag dan Seluruh ASN beserta Ibu ibu Dharmawanitanya.
Dalam Acara tersebut, Mubarok,S.Ag Menyampaikan Tausiahnya dengan Tema “Puasa menurut Konsep Tashawuf”.
Dengan Tema Tersebut ia berharap agar dirinya dan jama’ah bisa meningkatkan Kualitas Ibadah Puasa Ramadhan nanti, yakni tidak hanya sekedar lapar dan haus yang diperoleh, tetapi juga mendapatkan Ridha dan Rahmat Allah, sekaligus dapat mengadakan perubahan diri kearah pribadi yang lebih baik, yakni baik dhahir dan baik batin, baik perbuatan, baik ucapan dan baik hati.
Dalam Ceramahnya ia mengatakan bahwa dalam konsep tasawuf, Puasa itu ada 3 macam, yaitu Puasa Syari’at, Puasa Thariqat dan Puasa Hakikat.
1. Puasa Syari’at adalah “Mencegah diri dari makan, minum dan bersenggama disiang hari”.
Pada tahap ini orang yang melakukan puasa hanya sekedar menggugurkan kewajiban, yang penting
ia tidak makan, tidak minum, dan tidak melakukan persenggamaan sejak terbitnya fajar hingga ter-
benamnya matahari. disamping itu lidah dan anggota anggota tubuh lainya ia biarkan untuk melaku
kan berbagai kemaksiatan. maka berlakukah Hadits Nabi yang artinya “Betapa banyak orang orang
yang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan apa apa dari puasanya kecuali lapar dan haus”.
Puasa seperti ini tentu belum bisa mengadakan perubahan prilaku kearah yang lebih baik bagi pela
kunya.
2. Puasa Thariqat, yaitu “Mencegah semua anggota tubuh dari perbuatan perbuatan yang haram yang di
larang oleh Agama; dan mencegah hati dari sifat sifat yang tercela seperti riya, ujub dan lain seba
gainya, baik diwaktu siang maupun diwaktu malam.
Puasa semacam ini tentu akan dapat membawa perubahan besar bagi pelakunya, sebagai contoh ada
lah “Sang pelaku Puasa tidak akan pernah menggunakan lisannya untuk menggunjing, memfitnah,
berdusta, mencaci maki, menyebar kebencian serta perpecahan, dan lain sebagainya”.
Jika Puasa Syari’at dan Puasa Thariqat dipadukan jadi satu dan dikerjakan secara bersama sama
maka sudah barang pasti sang pelaku puasa akan menjadi sosok manusia yang baik, berbudi luhur,
shalih dan bertakwa. Dan Puasa semacam inilah yang dimaksud oleh Allah s.w.t didalam Al-qur’an.
3. Puasa Hakikat, yaitu ” Mencegah hati dari merenungkan dan menyaksikan selain Allah s.w.t”.
Puasa tahap ketiga ini adalah puasa yang biasa dilakukan oleh para Nabi dan wali wali Allah S.w.t,
dengan tanpa meninggalkan Puasa Syari’at dan Puasa Thariqat seperti tersebuat diatas.
Dan Tahapan Puasa Hakikat ini akan menimbulkan pelakunya menjadi sosok manusia
yang Arif billah dan Muqarabin atau manusia yang sempurna,
Demikian Mau’idhatul hasanah yang disampaikan oleh Mubarok,S.Ag sang Penyuluh Agama Islam
yang bertugas di KUA Kecamatan Negerikaton, yang ia ambil dari Kitab Sirul Asrar karya Syekh Ab
dul Qadir Aljilani Q.s. dan Kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Al-Ghazali.
Semoga bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.