Pengertian Nadzar
Syaikhul Islam Zakaria al-Anshori menjelaskan pengertian nadzar dalam kitabnya Fathul Wahhab bi syarh manhaj al-Thullab.
كتاب النذر
بمعجمة ولغة الوعد بشر أَوْ الْتِزَامُ مَا
لَيْسَ بِلَازِمٍ أَوْ الْوَعْدُ بِخَيْرٍ أَوْ شَرٍّ وَشَرْعًا الْتِزَامُ
قُرْبَةٍ لَمْ تَتَعَيَّنْ كَمَا يُعْلَمُ مِمَّا يَأْتِي وَالْأَصْلُ فِيهِ آيات
كقوله تعالى: {وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ} وَأَخْبَارٌ كَخَبَرِ الْبُخَارِيِّ مَنْ
نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ اللَّهَ فَلْيُطِعْهُ وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَ اللَّهَ فَلَا
يَعْصِه
Secara bahasa nadzar memiliki pengertian berjanji untuk menghindari perbuatan buruk atau mewajibkan sesuatu yang asalnya tidak wajib atau dapat juga berarti membuat janji untuk melaksanakan perkara yang baik dan menghindari perkara buruk.
Definisi istilah syara’, nadzar berarti mewajibkan ibadah yang tidak memiliki ketentuan hukum syar’i seperti sholat, zakat dan lain-lain.
Dasar hukum nadzar
Secara nash Al-Quran dan Hadis menjelaskan masalah nazar.
Dalam Q.S. Al-Hajj ayat 29 Allah swt berfirman :
ثُمَّ لْيَقْضُوْا تَفَثَهُمْ وَلْيُوْفُوْا
نُذُوْرَهُمْ وَلْيَطَّوَّفُوْا بِالْبَيْتِ الْعَتِيْقِ
Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran (yang ada di badan) mereka, menyempurnakan nazar-nazar mereka dan melakukan tawaf sekeliling rumah tua (Baitullah).
Ayat tersebut memberikan pemahaman terkait perintah melaksanakan nadzar.
Diriwayatkan dalam sahih Bukhari dari Aisyah r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ اللَّهَ فَلْيُطِعْهُ ، وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَهُ فَلاَ يَعْصِهِ
“Barangsiapa yang bernazar untuk taat pada Allah, maka penuhilah nazar tersebut. Barangsiapa yang bernazar untuk bermaksiat pada Allah, maka janganlah memaksiati-Nya.” (HR. Bukhari)
Bernadzar atas perkara yang wajib
Bagaimana jika sesorang bernadzar atas perkara yang wajib?
Seperti contoh “Jika saya juara kelas, saya bernadzar akan melaksanakan sholat lima waktu selama seminggu”. Nadzar semacam ini tidak sah dan tidak wajib membayar kafarat bagi orang yang bernadzar.
Dalam kitab fath al-Wahhab Syekhul Islam Zakaria al-Anshori menjelaskan juga terkait nadzar atas perkara wajib, maksiat, mubah dan perkara makruh. Beliau menjelaskan bahwa bernadzar atas perkara-perkara tersebut tidak sah. Dan apabila orang yang bernadzar melanggar maka tidak wajib membayar kafarat.
فَلَوْ نَذَرَ غَيْرَهَا أَيْ غير القرية المذكورة وَاجِبٍ عَيْنِيٍّ كَصَلَاةِ الظُّهْرِ أَوْ مُخَيَّرٍ كَأَحَدِ خِصَالِ كَفَّارَةِ الْيَمِينِ مُبْهَمًا أَوْ مَعْصِيَةٍ كَشُرْبِ خَمْرٍ وَصَلَاةٍ بِحَدَثٍ أَوْ مَكْرُوهٍ كَصَوْمِ الدَّهْرِ لِمَنْ خَافَ بِهِ ضَرَرًا أَوْ فَوْتِ حَقٍّ أو مباح كقيام وقعود سواءأَنَذَرَ فِعْلَهُ أَمْ تَرَكَهُ لَمْ يَصِحَّ نَذْرُهُ
Jika seseorang bernazar atas perkara selain ibadah yang telah disebutkan (yang sah nazarnya) yakni bernazar atas perkara wajib ‘ain seperti salat dzuhur, bernazar atas perkara mukhoyyar seperti bernadzar akan melaksanakan kafarat sumpah, bernadzar atas perkara maksiat seperti minum khamr atau sholat dalam keadaan memiliki hadas, bernadzar atas perkara makruh seperti puasa setahun bagi orang yang dikhawatirkan dalam bahaya atau meninggakan yang haq, serta bernadzar atas perkara yang mubah seperti berdiri dan duduk. Dari semua perkara tersebut baik seseorang bernadzar akan melaksanakannya atau meninggalkannya maka tidak sah nadzarnya.
Baca juga : Keselarasan Hakikat dan syariat
Alasan bernadzar atas perkara yang wajib tidak sah
Masih dalam kitab Fathul Wahhab. Adapun alasan kenapa bernadzar atas perkara di atas tidak sah, Syaikhul Islam Zakaria al-Anshori menjelaskan :
Perkara Wajib
Bernadzar atas perkara wajib tidak sah dikarenakan perkara wajib sudah menyandang hukum wajib sebelum adanya nadzar sehingga kewajiban melaksanakan nadzar tidak berlaku dalam hal ini.
أَمَّا الْوَاجِبُ الْمَذْكُورُ فَلِأَنَّهُ
لَزِمَ عَيْنًا بِإِلْزَامِ الشَّرْعِ قَبْلَ النَّذْرِ فَلَا مَعْنَى
لِالْتِزَامِهِ وَأَمَّا الْمَعْصِيَةُ فَلِخَبَرِ مُسْلِمٍ لَا نَذْرَ فِي
مَعْصِيَةِ اللَّهِ تَعَالَى وَلَا فِيمَا لَا يَمْلِكُهُ ابْنُ آدَمَ وَأَمَّا
الْمَكْرُوهُ وَهُوَ مِنْ زِيَادَتِي وَالْمُبَاحُ فَلِأَنَّهُمَا لَا يُتَقَرَّبُ
بِهِمَا وَلِخَبَرِ أَبِي دَاوُد لَا نَذْرَ إلَّا فِيمَا اُبْتُغِيَ بِهِ وَجْهُ
اللَّهِ
Perkara maksiat
Tidak sah seseorang bernadzar atas perkara maksiat berdasarkan hadis nabi riwayat imam Abu Daud “Tidak berlaku nadzar atas perkara maksiat terhadap Allah, dan tidak berlaku juga bagi perkara yang tidak dimiliki oleh anak adam”
Perkara makruh dan mubah
Tidak sahnya seseorang bernadzar atas perkara makruh merupakan keterangan tambahan dari syekh Zakaria al-Anshori dalam fath al-Wahhab, disamakan dengan perkara mubah yang mana bernadzar atas kedua perkara tersebut tidak menyebabkan nadzar bernilai ibadah sebagaimana hadis nabi riwayat imam Abu Daud “Nadzar tidak berlaku atas perkara yang tidak mengharapkan ridho Allah”
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.