A. Artikel

Membangun Harmonisasi Konteks dan Konten Pembelajaran Secara Kreatif dalam Penerapan Merdeka Belajar


Peran guru mengalami dinamika dengan adanya konsep merdeka belajar yang dicanangkan oleh Kemdikbud sejak tahun 2019 dan terusan programnya melalui pelaksanaan kurikulum merdeka pada sekolah penggerak sejak tahun 2021 dan sekolah non penggerak mulai tahun 2022. Dinamika terus terjadi baik dinamika internal dalam bidang pendidikan maupun dinamika eksternal. Revolusi industri 4.0, pandemi Covid19, dan tuntutan masyarakat merupakan contoh dinamika eksternal yang mempengaruhi pelaksanaan tugas guru. Meskipun demikian, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen masih relevan yang mengatur fungsi guru yaitu meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dalam peningkatan mutu pendidikan nasional. Untuk menjalankan fungsi tersebut maka guru harus profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Sebagai agen pembelajaran, guru menjalankan perannya sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Oleh karena itu penguasaan kompetensi profesional, pedagogik, sosial, dan kepribadian harus terus diupdate. Pada pelaksanaan pembelajaran di sekolah atau ruang kelas maka penguasaan kompetensi profesional dan pedagogik memegang peranan penting.
Menurut Suyato Kusumaryono (gtk.kemdikbud.go.id, 2020) merdeka belajar dipersepsikan sebagai upaya untuk menciptakan suatu lingkungan belajar yang bebas untuk berekspresi, bebas dari berbagai hambatan terutama tekanan psikologis. Guru memiliki kebebasan untuk lebih fokus memaksimalkan pembelajaran guna mencapai tujuan (goal oriented) pendidikan nasional, namun tetap dalam rambu kaidah kurikulum. Peserta didik bebas untuk berekspresi dalam proses pembelajaran di sekolah, namun tetap mengikuti tata tertib sekolah. Oleh karena itu, guru memiliki tantangan dalam merdeka belajar yaitu bagaimana mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan, penerapan model-model pembelajaran, bagaimana menerapkan pimpinan pembelajaran, dan penguasaan teknologi pembelajaran.
Pada dasarnya dalam kegiatan belajar dan mengajar terjadi interaksi yang melibatkan elemen konten dan konteks. Konten adalah seperangkat materi pembelajaran yang akan dibelajarkan oleh guru kepada peserta didik. Sedangkan konteks adalah suasana (situasi dan kondisi) yang harus dibangun oleh guru dengan melibatkan siswa agar kegiatan menjadi menyenangkan dan siap untuk menerima konten.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah bagaimana peran guru dalam mengkreasikan antara konteks dan konten agar pembelajaran menjadi menyenangkan seiring dengan penerapan merdeka belajar.

Belajar Efektif Menyenangkan
Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan penyampaian materi secara efektif dibutuhkan keterampilan dan kreativitas guru. Menurut Peter Kline dalam The Everyday Genius (Gordon Dryden & Jeannette Vos:2003) belajar akan efektif jika dilakukan dalam suasana menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan tidak memandang latar belakang dan status peserta didik. Dalam satu kelas tentunya terdapat beragam gaya belajar siswa. Secara umum terdapat tiga gaya belajar siswa yaitu kinestetik (bergerak, menyentuh, dan melakukan), auditorial (suara, musik), dan visual (belajar melalui gambar). Sebagai agen pembelajaran, guru dituntut dapat mewadahi dan mengapresiasi ketiga gaya belajar tersebut secara adil dan kebersamaan.
Suasana yang menyenangkan untuk belajar tetap harus dalam batas-batas tata tertib sekolah sehingga tuntutan anak tidak berlebihan. Selain itu juga menempatkan hak dan kewajiban baik anak maupun guru secara proporsional. Suasana yang menyenangkan tentunya tidak hanya dibangun di ruang belajar atau kelas saat pembelajaran namun sekolah juga perlu menerapkan budaya belajar di sekolah yang menyenangkan. Apabila suasana sekolah menyenangkan untuk pembelajaran maka para guru dapat menjadi manajer pembelajaran dengan menempatkan siswa menjadi klien. Hal itu sama seperti klien pengacara atau profesi lainnya. Suasana menyenangkan merupakan motivasi yang memicu dan memacu peserta didik untuk bahagia dalam pembelajaran sehingga memudahkan dalam menguasai materi sesuai dengan indikator yang diharapkan.
Dewasa ini banyak sekolah yang sudah menerapkan pembelajaran di sekolah dengan kehadiran siswa sejumlah seratus persen. Ibarat komputer, sekolah dapat melakukan restart untuk membentuk ulang budaya sekolah baru yang positif atau membenahi budaya yang sudah baik agar semakin kuat. Kekompakkan guru dan karyawan sekolah diperlukan sebagai bagian dari pembentukan budaya dan karakter berbasis sekolah. Apabila pembentukan budaya dan karakter hanya berbasis kelas saja maka budaya akan sulit terbina karena belum ada kesamaan visi dan aksi dari segenap stakeholder di sekolah.
Konteks dan Konten
Pernahkan Anda pergi ke café? Kopi yang dihidangkan mungkin seperti rasa kopi pada umumnya, namun suasana café dibuat sedemikian rupa sehingga pengunjung senang dan suka. Itulah gambaran antara suasana (konteks) dan kopi (konten).
Konteks dalam pembelajaran adalah suasana (situasi dan kondisi) yang harus dibangun oleh guru dengan melibatkan siswa agar kegiatan menjadi menyenangkan dan siap untuk menerima konten. Konteks yang baik mengakomodasi tujuan belajar, cara belajar, manfaat pembelajaran, dan motivasi.
Konteks dan konten sama pentingnya. Konten sebagaimana termuat dalam kurikulum dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) maupun modul pembelajaran perlu diupayakan untuk disampaikan melalui media dan cara penyampaian yang mudah dimengerti oleh peserta didik. Secanggih apapun teknologi media dan metode pembelajaran yang digunakan harus memudahkan siswa memahami konten (easy friendly) dan membuat mudah penilaian. Beragamnya gaya belajar dan tingkat kecerdasan siswa menjadi tantangan bagi guru dalam meramu konteks dan konten untuk kemudian disajikan pada peserta didik. Menurut Barbara Prashnig dalam The Power of Diversity (Gordon Dryden & Jeannette Vos: 2003:98) bahwa orang-orang dari segala usia sebenarnya dapat belajar apa saja jika mereka melakukannya dengan gaya unik mereka, dengan kekuatan pribadi mereka sendiri.
Pernahkah Anda menerapkan ice breaking dalam pembelajaran? Ice breaking atau pemecah suasana agar semangat dan tetap focus secara mnyenangkan dapat menjadi alternatif membentuk konteks yang menyenangkan. Guru tidak harus membuatnya namun dapat mencari di internet dan memodifikasinya sesuai konten yang sedang dibelajarkan. Meskipun demikian ice breaking yang membutuhkan komunikasi dan kolaborasi antarsiswa akan lebih penting seiring dengan pembelajaran abad XXI.

Guru sebagai Coach
Sebagai guru kita menyadari bahwa pembelajaran di ruang kelas selama jam mengajar tidaklah cukup. Untuk penilaian keterampilan sebuah konten atau materi, siswa memerlukan bimbingan dan pelatihan dari guru. Apalagi jika menghadapi perlombaan atau kompetisi. Guru harus bersiap menjadi coach atau pelatih. Coach yang handal tentunya harus sabar, mampu membimbing, dan pernah memiliki jam terbang dalam kompetisi. Lagi-lagi, coach harus mampu menciptakan konteks yang mendukung konten materi serta target kompetisi.
 

Coaching di kelas dan kelompok (Dok. Penulis)

Kesimpulan

Dari penjelasan tersebut, kegiatan pembelajaran yang menyeimbangkan antara harmoni konteks dengan konten dengan peran guru sebagai pendidik, pembimbing dan pelatih (coach) menciptakan suasana yang menyenangkan. Belajar menjadi efektif dalam situasi dan kondisi yang fun. Oleh karena itu dibutuhkan keterampilan dan kreativitas guru dalam membuat harmoni antara konteks dengan konten. Mendidik anak jaman sekarang tentunya berbeda dengan cara kita dulu dididik oleh guru-guru kita.
Perlu diingat bahwa zaman sudah berubah, implementasi kurikulum juga berubah dalam merdeka belajar. Maka peran dan kompetensi guru juga harus diupdate, dari guru biasa menjadi guru luar biasa. Guru luar biasa yang kreatif dalam pembelajaran, up to date, berprestasi, dan berani berkompetisi. Salah satu upaya memperbaharui informasi dengan mengikuti kegiatan Nguping Satuguru. 
 Acara Nguping Satuguru (Dok: wijayalabs.com)
Peserta didik sekarang adalah investasi kita sebagai guru untuk masa depan. Mereka membutuhkan pembelajaran yang berbeda dengan masa kita sebagai siswa atau mahasiswa dulu. Mereka adalah bonus demografi yang hidup pada era kesejahteraan di tengah kepungan media digital. Generasi merekalah yang akan memegang peran penting dalam peringatan seratus tahun Indonesia Merdeka nanti.
Berikut adalah video acara nguping satuguru apabila kemarin para guru belum sempat mengikutinya:
Referensi
  • Gordon Dryden & Dr. Jeannette Vos. 2003. Revolusi Cara Belajar. Bandung: Penerbit Kaifa.
  • R. Suyato Kusumaryono. 2020. Merdeka Belajar. https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/merdeka-belajar. Diakses pada 14 Mei 2022.
  • Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.


Tentang Penulis


Rochimudin, S.Pd. lahir di Kebumen, 21 Januari 1976. Alamat rumah berada di Perum Kutilang Sari 3 No. 35 Kelurahan Susukan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Berprofesi sebagai guru sejak tahun 1999 sampai sekarang. Sekarang mengajar di SMA Negeri 5 Semarang mata pelajaran PPKn. Selain mengajar juga menulis untuk berbagi pengalaman di media sosial seperti blog. Blog yang dikelola diantaranya https://edukasiyana.blogspot.com/.

Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top