anak Indonesia

Melawan Malnutrisi dengan Perawatan Berbasis Komunitas


oleh Blandina Bait, Pejabat Nutrisi

UNICEF mendukung pemerintah
Indonesia untuk mengimplementasikan program nutrisi CMAM © UNICEF / 2017

Alfredo (dua
tahun) sudah menderita diare selama dua hari saat ibunya yang khawatir, Yosina,
membawanya ke puskesmas di dekat komunitas petani pedesaan di Nusa Tenggara
Timur, Indonesia.
Anak
laki-laki itu sangat lemah dan terlihat pucat; petugas kesehatan yang
menanganinya menyatakan bahwa Alfredo menderita gizi buruk akut (SAM).
“Saya
sedih dan kaget saat tahu bahwa Alfredo menderita gizi buruk akut,” kata
Yosina. Dia lebih khawatir lagi ketika mengetahui bahwa SAM membuat Alfredo
lebih rentan terhadap penyakit yang bisa mengakibatkan kematian.
Yosina tidak ragu
saat petugas kesehatan memintanya untuk

mendaftarkan diri dalam program
Pengelolaan Gizi Buruk Berbasis Komunitas (CMAM) untuk anak-anak berusia 6-59
bulan. Meskipun biaya perjalanan pulang pergi selama satu jam (4 dolar/Rp.
55.000,-) ke puskesmas untuk perawatan mingguan Alfredo adalah biaya yang cukup
besar bagi keluarga petani kecil, dia dan suaminya setuju bahwa ini penting
demi masa depan Alfredo.

UNICEF bermitra
dengan LSM Action Against Hunger
(Aksi Melawan Kelaparan) dalam mendukung Kementerian Kesehatan untuk
memperkenalkan pendekatan CMAM dalam menangani malnutrisi akut di Indonesia.
CMAM memiliki
fokus yang kuat pada mobilisasi masyarakat dan secara aktif mencari kasus-kasus
yang terjadi, untuk memastikan semua anak dengan SAM dapat diidentifikasi dan
dirujuk untuk perawatan. Hambatan jarak dicoba untuk dihilangkan dengan cara merawat
anak-anak sebagai pasien rawat jalan. Sesuai pedoman WHO, hanya anak-anak
dengan komplikasi medis yang harus dirawat sebagai pasien rawat inap.
Sebagai
pasien rawat jalan, anak-anak menerima Ready-to-Use
Therapeutic Food
(RUTF/makanan terapeutik siap saji) dan mengunjungi puskesmas
seminggu sekali. Pendekatan ini mengurangi beban pada sistem kesehatan dan
orang tua, dengan membiarkan anak-anak tanpa komplikasi tetap berada di rumah
selama masa perawatan.
Sebelum
mengikuti program CMAM, nafsu makan Alfredo buruk dan sulit makan, dia sering
tidak mau makan bubur nasi yang diberikan ibunya. Tapi hanya tiga minggu setelah
mengikuti program, Yosina sudah bisa melihat perubahan positif pada Alfredo; nafsu
makannya membaik dan berat badannya bertambah.
  
Hasil ini
memotivasi Yosina untuk terus membawanya ke puskesmas setiap minggu dan setelah
8 minggu, dia sembuh dan dapat keluar dari program tersebut.
Sebagai
bagian dari program ini, Yosina juga diberikan bimbingan dalam praktik
Pemberian Makan yang Baik bagi Bayi dan Anak serta saran-saran umum kesehatan
dan gizi untuk memberikan makanan seimbang bagi seluruh keluarga. Dia belajar
pentingnya menambahkan lebih banyak sayuran dan protein ke dalam bubur, nasi
atau mie untuk membantu memerangi kekurangan gizi.
Saat ini,
Alfredo adalah anak yang bahagia dan aktif dengan mata yang tajam dan jernih.
Sambil tersenyum, dia bermain dengan bonekanya, sementara ibunya mengobrol
dengannya dengan penuh rasa sayang. Dia adalah anak pertama dari desa Ekatata
yang terdaftar dalam program ini dan masyarakat desanya bangga bahwa dia telah
sembuh dan selesai mengikuti program.
Ibunya sangat
ingin berbagi pengalaman dan memotivasi orang tua lainnya di desanya untuk
secara teratur memeriksa status gizi anak-anak mereka dan melakukan pemeriksaan
gizi bulanan di puskesmas.

Kelegaannya
terlihat saat dia menjelaskan bagaimana program CMAM telah mengubah kesehatan
Alfredo. “Sekarang, saya tidak perlu menggendongnya ke sekitar rumah hanya
untuk menghabiskan semangkuk bubur, karena dia memiliki selera makan yang baik;
sekarang dia selalu minta makan dan menghabiskannya. “

Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top