illustrasi : aguskarianto |
Siang itu, di pinggir sungai nampak seekor siput sedang duduk termenung. Berkali-kali dia menyesali nasibnya. Dia sering menggerutu memikirkan bentuk tubuhnya yang berbeda dengan teman-temannya. Kebanyakan teman-temannya bisa bermain sejauh-jauhnya, bisa lari kencang, bisa berlompat-lompatan, namun dirinya tidak bisa melakukannya. Jangankan bisa pergi ke seberang lautan, untuk berlari cepat saja dirinya tidak mampu. Apalagi gumpalan cangkang yang ada di punggungnya menambah sulit dalam berjalan.
“Uhhhh….gara-gara cangkang yang ada di punggungku ini menjadikan aku lambat berjalan….uuuhhhh,” kata si siput ngedumel. “Kenapa aku dilahirkan dengan bentuk tubuh seperti ini? Kenapaaa? Tidak adiiilllll…Tuhan benar-benar tidak adiilll….huhuhuhuhuhu…aku jadi benci ..!!”
Begitulah, setiap hari si siput senantiasa menyesali diri sendiri. Dia senantiasa menyalahkan sang pencipta yang telah membentuk tubuhnya seperti itu. Dia tidak mengetahui kenapa Allah swt memberi bentuk tubuh seperti itu. Dia tidak mengetahui kelebihan dirinya dengan bentuk tubuh seperti itu. Sesungguhnya setiap Allah swt menciptakan makhluk-Nya tentu dibekali dengan sebuah potensi besar yang tidak dimiliki makhluk yang lain.
Siang itu, datanglah si kura-kura. Badan si kura-kura basah kuyup setelah seharian berenang di sungai.
“Assalamu’alaikum. Siput. Hohohohoho….kamu masih menghabiskan waktumu dengan menyesali diri diri yaaa?” sapa si kura-kura. Si siput tidak menghiraukan sapaan kura-kura. Dia hanya diam. Mulut si siput digerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan. Dia tidak mau berbicara dengan siapapun.
“Wuahh…ada yang mengucapkan salam kok malah tidak dijawab…dosa itu,” lanjut si kura-kura sambil melihat siput yang masih terdiam.
“Wa alaikumussalam !” jawab si siput ketus.
“Hehehehe…jawab salam kok tidak ikhlas begitu…tapi nggak apa-apalah lumayan daripada gak jawab,” kata si kura-kura. “Ada apa sih kok kamu setiap hari bersedih dan senantiasa berkeluh kesah… sepertinya kamu tidak mensyukuri pemberian Allah swt dengan tubuhmu yang cantik begitu?”
“Apa katamu, kura-kura?” tanya si siput. “Kamu bilang aku cantik? Cantik apanya? Aku menyesal memiliki tubuh seperti ini…aku sedih memiliki bentuk tubuh yang berbeda dengan kalian…aku sediiihhhh…sediiihhhh.”
Si kura-kura tersenyum mendengar jawaban si siput.
“Hei, ada teman sedih kok malah senyam-senyum begitu !”
“Sebab kamu lucu, siput” jawab kura-kura. “Jadi selama ini kamu sedih karena memiliki tubuh seperti itu? Kamu sedih karena merasa tubuhnya jelek? Kamu sedih karena menganggap bahwa dirimu tidak memiliki potensi besar seperti teman-teman kita? Kamu sedih karena Allah swt menciptakan dirimu dengan tubuh seperti itu?”
“Nah, kamu sudah tahu alasannya khan?”
“Wah..wah..wah…pikiranmu picik, kawan,” kata kura-kura.
“Apa !? Picik katamu!? ini realita khan..ini kenyataan khan… bentuk tubuhku seperti ini?“
“Benar kawan, bahwa tubuhmu diciptakan seperti itu tentu sang pencipta sudah memikirkan….sudah berpikir jauh ke depan…kamu pasti memiliki potensi yang tidak dimiliki teman-teman kita…hanya saja karena kamu senantiasa berkeluh kesah sehingga waktumu menjadi mubadzir…sis-sia…kamu jadi terlambat mengetahui bakat dan kemampuan besar yang kamu miliki.”
“Ah…sok tahu kamu!” bentak si siput kepada si kura-kura.
“Tapi benar, kawan. Kamu sebenarnya memiliki keunggulan yang tidak dimiliki teman-teman kita.”
Si siput terdiam. Ia terus merenungkan kata-kata si kura-kura. “Ucapan si kura-kura banyak benarnya juga,” kata si siput dalam hati. “Selama ini waktuku sia-sia dan terbuang percuma. Aku terlalu banyak berkeluh kesah dengan kelemahan diriku. Aku tidak pernah memikirkan bakat dan keunggulan diriku sendiri.”
Belum sempat si siput menyampaikan rasa terima kasih atas saran si kura-kura, tiba-tiba di kejauhan nampak seekor semut hitam berteriak-teriak karena anaknya terhanyut di aliran sungai. Secepat kilat si siput menuju aliran sungai. Sesampai di pinggir sungai, lalu dia mengangkat tinggi-tinggi cangkangnya menahan derasnya air sungai. Ketika dia melihat anak semut hitam, segera tubuhnya bergerak untuk memasukkan anak semut hitam ke dalam cangkangnya.
“Alhamdulillah….akhirnya aku berhasil menyelamatkannya,” kata si siput kegirangan.
“Horeee…horeee…horeee…..hidup si pahlawan kita.. hidup Siput….hidup si pahlawan penyelamat kita…horeee,” teriak semut-semut hitam lainnya yang ikut menyaksikan keberanian si siput melawan arus sungai dengan cangkangnya untuk menyelamatkan anak semut.
“Terima kasih, Siput….terima kasih….entah bagaimana aku harus membalas jasa baikmu ini,” kata pimpinan si semut hitam.
“Ahhh…terima kasih kembali, teman-teman,” kata si siput. “Bukan aku yang telah menyelamatkan kalian. Namun aku hanyalah makhluk yang menjadi sarana Allah swt untuk menyelamatkan kalian.”
“Benar Siput, tetapi bagaimanapun juga saat ini kamu sudah berhasil menyelamatkan anakku…kamu adalah pahlawanku …hidup Pak Siput…hidup pahlawan kita….”
Si siput terharu mendengar ketulusan ucapan pimpinan semut hitam. Air matanya menetes di pipinya. Dia terharu menerima sanjungan teman-temannya. Kini dia sadar, ternyata di dunia ini setiap makhluk memiliki keunggulan masing-masing. Setiap makhluk yang diciptakan Allah swt pasti memiliki potensi, keunggulan dan bakat yang tidak dimiliki oleh makhluk yang lain. Kalau kita senantiasa berkeluh kesah dengan kekurangan kita maka tidak akan menemukan potensi, keunggulan dan bakat yang telah dianugerahkan Allah swt kepada kita.
moral cerita : jangan iri dengan kelebihan orang lain sebab Allah swt menciptakan Makhluk-Nya
pasti berguna dan memiliki kelebihan dan bakat yang berbeda-beda.
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.