Illustrasi : agus karianto |
Saat pagi buta ketika matahari belum menampakkan sinar kehangatannya, nampak seekor cacing berjalan-jalan di sela-sela akar pohon apel. Dia bergerak ke kiri dan ke kanan. Berkali-kali kepalanya membentur akar pohon apel. Hal ini membuat pohon apel terbangun karena tidurnya terganggu. Dan tanpa pikir panjang, benda yang mengganggu akarnya dilemparkan jauh-jauh. “Wushhhhh…” Dan si cacing terkejut karena tubuhnya tiba-tiba melayang ke udara dan jatuh ke atas tanah.
“Aughh….sakiiit! Sialan, pagi-pagi tubuhku sudah dilemparkan pohon apel!” teriak si Cacing. “Dasar apel sialan! Tubuhku jadi sakit, nih!”
“Ooo jadi kamu yang mengganggu tidurku, ya?!” bentak pohon apel. “Rasain tuh! Memangnya ngapain kamu pagi-pagi sudah mengganggu tidurku ? Kini aku jadi tidak bisa tidur lagi, khan !”
“Tapi….badanku jadi sakit semua, Pel! Awas ya… kamu harus bertanggung jawab kalau tubuhku sampai patah tulang.”
“Hihihihi….Lalu, maumu apa, Cing?”
“Pokoknya aku minta keadilan. Aku minta ganti rugi….ganti rugi…..”
“Lho, kamu yang salah kok aku yang dimintai ganti rugi? Mana ada ceritanya di dunia ini yang salah mendapat ganti rugi atas kesalahannya sendiri?”
“Nggak bisa ! pokoknya aku minta ganti rugi!” teriak si cacing.
Saat si Cacing dan pohon apel berdebat tentang siapa yang benar dan siapa yang salah, datanglah seekor kupu-kupu untuk melerai perdebatan mereka.
“Selamat pagi, teman-teman,” sapa kupu-kupu “Masih pagi kok sudah bertengkar? Memangnya ada persoalan apa? Adakah yang bisa saya bantu?”
Mendengar sapaan si kupu-kupu, membuat si cacing dan pohon apel berhenti bertengkar. Lalu mereka menceritakan penyebab kejadian pertengkaran mereka.
“O jadi itu permasalahannya?” kata si kupu-kupu sambil mengangguk-anggukan kepala.
“Begini teman-temanku,” lanjut si kupu-kupu mencoba memecahkan persoalan yang mereka hadapi. “Sebenarnya di antara kalian berdua telah terjadi salah paham. Tidak ada yang salah maupun yang benar dalam persoalan ini. Bukankah Alloh SWT menciptakan semua isi alam semesta ini pasti ada gunanya. Si cacing berjalan di dalam tanah saat pagi hari untuk mencari makanan. Mungkin si apel merasa terganggu. Bekas jalan yang ditinggalkan si cacing sebenarnya berguna bagi akar-akar si pohon apel untuk bernafas. Kalau akar-akar mendapat udara segar maka si apel akan tumbuh dengan sehat. Dan kamu si apel, seharusnya berterima kasih kepada cacing karena tanah di sekitarmu jadi subur. Jangan mau menang sendiri. Akupun perlu menghisap madu di bunga apel dan bunga-bunga yang lain untuk makananku. Akupun juga jadi perantara bunga-bunga mengadakan penyerbukan untuk menghasilkan buah. Semua makhluk hidup itu saling membutuhkan. Tidak ada makhluk yang merasa paling berjasa. Merasa paling berguna di antara makhluk hidup yang lain. Allah SWT menciptakan makhluk di alam semesta ini pasti ada gunanya. Tidak boleh ada makhluk yang berkata dia tidak berguna hidup di dunia. Semuanya pasti ada gunanya.”
Pohon apel dan si cacing saling mengangguk-anggukkan kepala. Mereka sadar akan kekhilafannya. Memang tidak sepantasnya sebagai makhluk ciptaan Allah swt merasa sok mulia dan merasa sok berharga dibandingkan dengan makhluk yang lain. Semua makhluk memiliki kedudukan yang sama di hadapan sang pencipta. Kita diciptakan untuk saling menghargai dan menyayangi sesama makhluk Allah swt.
“TERNYATA SEMUA MAKHLUK HIDUP ITU BERGUNA YA, CING” kata si apel sambil memeluk tubuh si cacing sebagai tanda mereka telah saling memaafkan. Dan si kupu-kupu tersenyum sambil beterbangan di atas mereka.
– selesai –
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.