Anas Hidayat

Bedah Buku Omah Bata Andy Rahman dan Anas Hidayat


Sekitar sebulan yang lalu saya
diminta untuk menjadi pembahas dalam bedah buku berjudul ‘Natabata’. Kegiatan
ini diadakan oleh VOID yang berafiliasi dengan YYAF (Yogyakarta Young
Architects Forum) pada 3 mei di Esco Restaurant.  Buku Natabata ditulis oleh Andy Rachman dan
Anas Hidayat. Keduanya berkolaborasi dalam penulisan buku ini. Andy Rachman
siapa yang tidak kenal beliau. Arsitek muda yang saat ini sedang naik daun
dengan karya-karya rumah tinggalnya yang dominan berfasad bata. Sementara Anas
Hidayat yang lebih memperkenalkan dirinya sebagai ‘arsi-text’ adalah arsitek
penulis yang telah menulis beberapa buku arsitektur dengan nuansa filosofi
sesuai dengan latar pendidikan dan profesi beliau sebagai akademisi. Keduanya
berbasis di Malang dan dalam setahun dua tahun terakhir ini sering bolak-balik
ke Jogja dalam rangka memperkenalkan buku dan berdiskusi tentang teknis lapangan
hingga materi filosofis dengan para praktisi, akademisi dan mahasiswa
arsitektur.
Dalam penulisan buku ini Andy
Rahman berperan sebagai konseptor sementara Anas Hidayat sebagai penulis narasi
yang mengulas desain-desain yang dirancang Andy Rahman dan kantornya. Bagi Andy
Rahman sendiri buku ini sebenarnya untuk menunjukkan bahwa arsitek juga bisa
mengeluarkan buku walaupun-seperti yang umumnya diketahui-arsitek kebanyakan
tidak bisa menulis. Beliau mengakui kalau beliau sendiri tidak bisa menulis
buku dan karenanya dengan mengajak Anas Hidayat buku ini pun bisa terwujud. Sebelum
saya memberikan ulasan bedah buku saya pun meminta ijin menyampaikan  ‘pengakuan’ di depan si arsitek dan juga
kepada para audiens. Pengakuan itu adalah bahwa selama ini jauh sebelum Andy
Rahman dan saya bertemu dan berkomunikasi dalam bedah buku ini, saya adalah
kritikus lama dari karya-karya beliau di sekitar tahun 2011-an. Sebelum beliau
memulai eksperimen bata pada bangunan. Kritik saya yang mungkin pedas tapi
mudah-mudahan masih di dalam koridor ilmu pengetahuan bisa dilihat di arsip
blog ini. Memang membangun ikatan dengan penulis dan pembahas saya kira hal
yang penting. Meskipun tidak selalu membangun ikatan sebagai fans, tapi posisi
sebagai kritikus mungkin hubungan yang unik tersendiri ketika mengulas desain
beliau. Alhamdulillah beliau tampak legowo terhdap pengakuan saya itu J




Menjadi pembahas dalam bedah buku
saya dipasangkan bersama Mas Arief Isrefidianto (studio AI-CTLA). Kami kiranya
berbagi peran dalam membedah buku dan sebenarnya bisa dibilang pula membedah
karya Andy Rahman. Membedah desain kiranya sama juga dengan membedah buku
karena desain itu sendiri adalah esensi dari buku itu sendiri. Mungkin itu kekhasan
bedah buku arsitektur dengan buku yang ditulis di luar disiplin arsitektur. Hal
yang unik sebagai pembahas adalah kami diminta oleh para penulis untuk
menggunakan dress code ‘sarungan’
dengan atasan bebas. Memang akhir-akhir ini diskusi tentang arsitektur yang
bernuansa nusantara diadakan oleh para ahli dan Begawan arsitektur nusantara
beliau Prof. Josef Prijotomo menginisiasi kelompok ‘sarungan’. Mungkin saja ini
upaya agar lebih terasa dan menjiwai atmosfir nusantaranya. Hadir juga dalam
acara tersebut Pak Eko Prawoto yang memberikan ulasan-ulasan mengenai
keberlanjutan arsitektur nusantara dan ketukangan.

Buku yang berjudul lengkap
“Natabata kecerdasan Nusantara” berisikan ulasan desain Andy Rahman yang
merupakan perjalanan dari satu desain ke desain berikutnya yang diakhir buku
bermuara pada ulasan desain Omah Boto. Desain terakhir ini yang menjadi inti
pembahasan karena merupakan desain dengan ekplorasi batu bata yang cukup
beragam. Ada tiga belas pola bata menarik yang dibuat oleh Andy Rahman dan dibantu
oleh para tukang yang mengisi tidak hanya fasad dinding luar dan dinding
interior, lantai tapi bahkan langit-langit. Buku ini dilengkapi dengan diagram
dua dan tiga dimensional berwarna yang menyimbolkan cara pemasangan
masing-masing bata dalam komposisi keseluruhan bata. Dalam diskusi malam itu, Andy
Rahman mengatakan bahwa klien beliau seorang kontraktor yang sangat terbuka
dengan ide ekplorasi kenusantaraan yang memberikan ciri khas pada bangunan
rumah tinggalnya.

Keterlibatan Anas Hidayat dalam
penulisan buku sebagai pengulas memberikan sudut pandang yang tidak hanya
mendeskripsikan desain yang ditunjukkan oleh gambar di dalam buku. Narasi
ringan yang ditulis beliau atas permintaan Andy Rahman supaya tidak menggunakan
bahasa yang terlalu ‘dhuwur’ atau bahasa-bahasa filosofis tingkat tinggi yang
sudah menjadi makanan sehari-hari Mas Anas seperti pada buku-buku yang
ditulisnya sendiri. Dalam penulisan buku ini godaan-godaan untuk menulis yang
mendalam dialami oleh Mas Anas. Sekali-sekali ulasan itu mulai mendalam Mas
Andy akan mengingatkan agar tidak terlalu dalam, justru disarankan yang
dangkal-dangkal saja. Lucunya bagi Mas Anas sendiri ternyata menulis dengan
pikiran dangkal itu lebih sulit daripada menulis yang mendalam. Hal menarik
yang Mas Anas lakukan adalah pengamatan beliau terhadap proses eksplorasi bata
Andy Rahman yang apa adanya. Tidak ada pemikiran yang filosofis atau maknawi
dalam tata bata tersebut tapi bata dipandang sebagai material yang apa adanya.
Seperti apa yang dilihat oleh para tukang sehari-hari sebagai praktisi langsung
di lapangan.

Kritik akademisi

Kritik tentang buku ini diterima
Andy Rahman ketika dibahas di alamamater beliau ITS. Salah satu kritik adalah
buku ini kurang enak dibaca oleh para akademisi. Hal ini menurut Mas Andy
Rahman mungkin disebabkan oleh pola pikir akademisi yang metodis dan teoritis sementara
buku ini adalah ekplorasi praktis lapangan yang lebih banyak mengalamai proses try dan error.  Dan kritik yang
paling penting yang diberikan oleh para akademisi adalah judul yang diusung
buku ini tentang peran tukang dalam pekerjaan masih belum muncul. Meskipun
peran tukang itu cukup penting bagi khasanah keilmuan arsitektur juga namun
belum ada pembahasannya di dalam buku. Dalam pengantar di depan buku prof
jospri juga memberikan masukan yang bagi saya cukup pedas supaya penghargaan
terhadap kreatifitas tukang dalam proses ketukangan itu tidak hanya disajikan
lewat tulisan-tulisan puisi. Meskipun dokumentasi foto tukang dan pekerjaannya
sudah disajikan namun penjelasannya atau narasi mengenai proses tukan sebagai
ujung tombak itu pembangunan itu sendiri belum terungkap.
Saya sendiri yang diminta untuk
membahas konten buku ini juga akhirnya terdorong untuk memberikan ulasan pada
rancangan Andy Rahman yakni Omah Boto. Sebenarnya agak sulit untuk berterus
terang dalam mengungkapkan pandangan kita terhadap desain orang lain, terlebih
saya bukan lah praktisi yang mengerjakan proyek yang sama dengan arsitek yang
karyanya kita ulas. Tentu ulasan atau interpretasi kita terhadap sebuah karya  bisa berbeda dengan yang dimaksudkan oleh si
arsitek. Namun yang membuat saya termotivasi adalah sikap Andy Rahman yang
terbuka terhadap kritik dan membebaskan orang laian menginterpretasikan apapun
terhadap karyanya. Justru itulah yang kedua penulis ini kehendaki dari sesi
bedah buku ini, yakni sudut pandang lain. Terlebih lagi ulasan dari Prof. Josef
Prijotomo yang di kesempatan berbeda pernah ‘melabelkan’ Omah Boto sebagai
salah satu contoh perwujudan  “arsitektur
nusantara”. Di bagian prolog buku, sudut pandang beliau terhadap Omah Boto ini
unik ketika membandingkannya dengan sebuah candi,  dimana kalau candi dibuat dari susunan bata
yang dibangun dengan berorientasi keluar sementara Omah boto bata-bata disusun
untuk membentuk ruang yang berorientasi ke dalam. Artinya arsitektur nusantara
itu tidak mesti mengerjakan hal yang sama dengan yang dibuat orang masa lalu.
Contohnya dalam konteks pengerjaan susunan bata tadi. 
Saya sebagai akademisi muda
kemudian ‘menyimpan’ pendapat yang diutarakan Begawan arsitektur nusantara itu
terhadap karya Omah Boto untuk memperkaya khasanah pengetahuan arsitektur
nusantara yang saya sendiri sedang mencari jalan sejak lima tahun terakhir.
Pemahaman saya terhadap arsitektur nusantara mungkin agak rumit atau masih
kabur selain hanya melihat arsitektur nusantara adalah bangunan-bangunan dengan
susunan fasad atau interior bata. Tapi itu kita bahas di lain kesempatan saja
dengan sampel proses yang pernah saya lakukan.

Bersambung…


Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Paling Populer

To Top