Fabel

AYAM KAMPUNG SANG JUARA (oleh : agus karianto)


 
Gambar : agus karianto

              Malam itu, di kandang ayam suasananya begitu ramai. Seluruh ayam mondar-mandir ke sana kemari sambil membawa sesuatu. Ada yang membawa kapas. Ada yang membawa obat luka. Bahkan ada yang membawa perban. Sebagian ayam meracik obat herbal berupa daun-daunan untuk obat luka. Memang saat itu, mereka sedang merawat Pak Jago yang terluka parah akibat kalah bertarung dengan Jago petarung yang kebetulan singgah di kampung mereka.
              Memang sudah hampir seminggu Jago Petarung ada di kampung mereka. Setiap hari, ia selalu berkeliling kampung. Setiap bertemu ayam jago, ia selalu menantangnya bertarung. Dan selama ini tidak ada seekor ayam jagopun yang bisa menandingi keperkasaannya. Ayam jago petarung selalu menjadi pemenangnya. Tubuh Ayam Jago petarung memang terkenal perkasa. Kedua taji yang panjang dan runcing di kakinya menjadi senjata andalannya. Banyak ayam jago yang terluka berat bila terkena taji-tajinya. Sampai akhirnya, Pak jago yang amat disegani di kalangan ayam jago kampung kini menjadi korbannya.
Sebenarnya, Pak Jago hanya ingin melindungi temannya yang ditantang Jago Petarung untuk berkelahi. Teman Pak Jago bertubuh kecil dan lemah, kalau sampai bertarung dengan si Jago Petarung tentu akan menjadi bulan-bulanan saja tubuhnya. Oleh karena itu, Pak Jago yang berusaha menggantikannya. Dan, akhirnya Pak Jago yang kalah dan luka berat.
              “Maaf, Pak Jago,” kata teman Pak Jago yang telah dilindunginya. “Akibat menggantikan posisi saya akhirnya Bapak yang terluka berat.”
             “Ahhhh…nggak apa-apa, teman. Tapi kamu tidak diajak berkelahi lagi dengannya, Khan?” jawab Pak jago sambil tiduran karena tubuhnya luka semua kena taji si Jago Petarung. Dan kini dia sedang diobati teman-temannya.
             “Eemm…sudah tidak pernah, Pak. Tapi…si Jago Petarung sekarang makin sombong saja, Pak!”
             “Lhoo..lho..lhoo..kok bisa begitu?”
             “Iya, Pak. Sejak dia bisa mengalahkan bapak dan kini sudah tidak ada ayam jago yang bisa diajak berkelahi lagi. Kini dia semakin besar kepala. Sikapnya sombong. Angkuh. Seolah-olah dialah sang jagoan di kampung kita. Padahal aku belum pernah berhadapan dengannya. Aku belum pernah bertarung dengannya”
             “Eittttssss…..jangan bertindak ceroboh, teman,” kata Pak Jago. 
             “Ceroboh bagaimana, Pak!”
             “Tubuhmu kecil dan lemah. Mana mungkin bisa mengalahkan dia?”
             “Benar kata Bapak. Tubuhku kecil dan lemah. Sebenarnya kemarin aku mau meladeni ajakannya, tapi rupanya Bapak melarangku. Dan bapak akhirnya yang menjadi korbannya. Saya kasihan melihat pengorbanan bapak. Aku harus menghentikan kesombongan dan keangkuhannya, Pak.”
             “Tapi…..aku meragukan kemampuanmu, Kawan.” kata Pak Jago ragu akan kemampuan temannya.
             “Tenang saja, Pak. Kalau kita kompak maka kita dapat mengalahkan Jago Petarung. Aku hanya butuh dukungan teman-teman. Aku hanya butuh tempat latihan untuk kuat terbang. Itu saja, Pak.”
             Dan, semua keluarga Pak Jago ikut setuju dengan rencana teman Pak Jago. Maka sejak saat itu, semua ayam ikut membantu menyusun rencana untuk melatih fisik temannya. Setiap hari, teman pak jago harus berlari mengitari pematang sawah belakang rumah Pak Jago sebanyak dua puluh lima kali. Setelah itu, teman pak jago harus bisa mengepakkan sayapnya kuat-kuat agar bisa terbang dan hinggap di atas atap rumahnya. Setelah semua latihan selesai, maka dia harus minum jamu penguat tubuh untuk memulihkan tenaganya. Demikian, latihan itu dilakukan berhari-hari.
             Sore itu, seperti biasanya teman Pak jago sedang berlari mengelilingi pematang sawah. Namun, dia tidak sadar bahwa si Jago Petarung memperhatikannya dari kejauhan. Si Jago Petarung tertawa terbahak-bahak melihat cara latihan teman Pak Jago yang dulu pernah diselamatkan dari cengkeramannya.
“OOoooo rupanya dia sedang latihan menghadapi aku, ya.” kata Jago Petarung dalam hati. “Hihihihihi….mana mungkin dengan tubuh sekecil itu bisa menghadapi aku. Cissss!” katanya sambil berusaha mendekatinya.
           “Hoiiiiii……sedang apa kamu, heh?!” bentak di Jago Petarung.
           Teman Pak Jago terkejut mendengar bentakan Jago Petarung. Ia menghentikan latihannya. Ia kini mulai berhadapan dengannya. Memang terjadi perbedaan menyolok antara tubuh jago Petarung yang gagah, tinggi besar dengan teman Pak jago yang mungil tapi lincah.
           “Kau mau menantang aku, ya? Ayo kalau berani kita bertarung!” lanjut Jago Petarung.
           “Enggg….siapa takut,” jawab teman Pak Jago sambil mulai mengambil kuda-kuda.
           “Hihihihihihi…..lucuuuu! Si kecil mungil mau menghadapiku? Kau cari mampus, ya.”
           “Kau jangan sombong dan takabur begitu! Bisa-bisa akibat kesombongan dan ketakaburanmu itu bisa berakibat fatal terhadap dirimu sendiri.”
           “Cissss ! Jangan menceramahi aku. Aku tebas lehermu dengan kedua tajiku pasti kamu akan mampus.” kata di Jago Petarung sambil meloncat ingin melukai tubuh teman Pak jago dengan tajinya. Namun, teman pak jago secepat kilat menghindarinya. Tubuhnya selamat. Si Jago Petarung marah karena terkamannya berhadil dihindari lawan. Ia mencoba sekali lagi menggempur tubuh lawannya. Namun, berkali-kali teman pak jago berhasil menghindarinya. Si Jago petarung makin marah dan emosi. Ia kini tidak bisa mengendalikan emosinya. Ia terus mengejar musuhnya kemanapun menghindar sambil mengarahkan kedua tajinya ke tubuh lawan. Tapi, untuk kesekian kalinya lawannya berhasil lolos dari sergapannya.
            Tiba-tiba teman Pak Jago lari menjauh. Dan, si Jago Petarung mengejarnya.
            “Hoiiii mau lari kemana kamu,” bentak Jago Petarung. “Jangan melarikan diri…ayo hadapi aku.”
            Rupa-rupanya teman Pak jago bukan melarikan diri. Namun, ia sengaja mencari tempat berkelahi yang tanahnya agak berair dan lembek.
           “Ayolah Jago Petarung kalau kamu berani kita bertarung di sini,” demikian tantang teman Pak jago.
           SI jago petarung semakin emosi. Ia meloncat ke sawah yang tanahnya berair dan lembek. Tetapi, rupanya ia tidak sadar bahwa ketika kedua kakinya berdiri di sana, tiba-tiba kedua kakinya masuk ke dalam tanah. Dan ia sulit bergerak dengan lincah. Ia sulit mengendalikan tubuhnya. Tubuhnya semakin berat saat ingin melompat dan mengarahkan tajinya ke tubuh lawan. Tanah yang berair dan lembek itulah yang mengakibatkan kakinya kurang bebas bergerak. Dan hal ini tidak disia-siakan oleh teman pak jago. Secepat kilat tubuhnya melayang dan menyerang di Jago Petarung. Lalu, ia mencakar kedua mata si Jago Petarung. Si Jago petarung terkejut dan mengaduh kesakitan.
          “Aduuhhhh….mataku…..aduuuhhhhh mataku sakiiitttt….mataku sakiiittt….ampuuunnnn,” rintih Jago Petarung.
Dan sekali lagi teman Pak jago mengarahkan pukulannya tepat mengenai kedua kaki Jago Petarung. Si Jago Petarung makin meraung-raung kesakitan karena tulang kakinya terluka parah. Dan akhirnya tubuhnya roboh tidak berdaya.
          “Horeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee………horeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee…..horeeeeeeeeeeee…” teriak ayam-ayam lain yang sejak tadi melihat perkelahian dari rumah Pak Jago. Dan Pak Jago bangga dengan kemenangan yang diraih temannya. Ternyata dengan latihan yang tekun dan disiplin kita bisa mengalahkan lawan yang menurut kita sulit untuk ditaklukkan.

selesai

sumenep, 5 nopember 2012

moral cerita : Jangan meremehkan potensi diri anda sendiri. Karena dengan kedisiplinan dan ketekunan
                     melakukan sesuatu maka anda akan bisa menghadapi tantangan sebesar apapun di
                     hadapan anda.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Paling Populer

To Top