Marta lu udah tahu ? pesan temanya di Partai lewat WA. Dia segera telp temannya “ Tahu apa?
“ Sepertinya kamu lolos ke Senayan.” kata temannya.
“ Oh gitu. Sukurlah.” Jawabnya singkat. “ Nanti saya telp lagi. Saya sedang meeting “ sambungnya, Sebenarnya dia tidak tahu mau bersikap apa terhada berita itu. Kalaupun happy itu terlalu naif. Karena dia tidak ada effort apapun sampai bisa terpilih sebagai orang orang terhormat. Karena sejak penentuan partai, pendaftaran caleg, sampai kepada kampanye diatur oleh orang orangnya Pak Widjaya. Dia hanya tanda tangan saja dan patuh saja sesuai arahan Pak Widjaya.
Dia teringat lebih 10 tahun lalu saat kali pertama bertemu dengan Pak Widjaya. Dia hanya membantu Widjaya untuk mendapatkan akses wanita seleb kalangan Atas yang bisa di-utilize memanjakan pejabat. Menemani pejabat penting dalam perjalanan ke luar negeri. Kebetulan dia bergaul dengan kalangan seleb dan modeling. Tidak sulit dia dapatkan wanita yang qualified sesuai standar pak Widjaya.
Belakangan Pak Widjaya menawarkan Marta menduduki jabatan direktu korporat dan pemegang saham proxy dengan status beneficial owner. Kompetensi nya hanya karena dia punya akses ke kalangan seleb dan pejabat. Itu aja.
“ Marta, Seru Pak Widjaya “ Saya akan kembangkan potensi kamu. Tetapi saya tidak akan menjadikan perusahaan kamu sebagai kendaraan untuk bisnis fasilitas impor dan ekspor. Perusahaan kamu akan jadi fasilitator financing untuk clients kamu yang punya akses dapatkan quota impor dan ekspor. Kalau mereka perlu seed capital ya saya akan atur mereka deal dengan pengusaha rente. Nanti kalau mereka dapat quota, kamu bantu mereka pembiayaannya. Tugas kamu giring mereka teken kontrak ke Singapore. Setelah itu urusan saya.” Kata Wijaya briefing dia.
Marta kenal semua mereka yang berpotensi sebagai clients yang punya fasilitas impor quota pangan dan ekspor mineral tambang. Mereka adalah perusahaan boneka yang terhubung dengan elite partai dan Ring1 presiden dan tentu punya pengaruh besar di kalangan ormas besar. Di balik clients itu ada pengusaha besar yang juga jaringan pak Wijaya yang siap ongkosi hidup mereka dan memberi mereka profit secara legal.
Walau status Marta sebagai direktur, sebenarnya tugasnya sama. Yaitu melaksanakan agenda pak Widjaya dalam bisnis impor pangan dan ekspor mineral tambang. Perusahaannya hanya bertindak sebagai shadow banker untuk fasilitas trade financing. Itupun perusahaannya hanya agent dari luar negeri. Belakangan clients nya minta tolong dia menitipkan uang hasil komisi haram itu. Kawatir kena tracking PPATK. Marta gunakan fasilitas shadow banker memindahkan dana itu ke luar negari dengan aman. Diapun dapat fee dari bisnis penitipan uang itu.
Namun Marta dilarang Pak Wijaya mempunyai akun sosial media dan tampil hedonisme. ” Sangat tolol kalau kita tampil vulgar hedonisme. Karena itu sama saja kita memancing kecemburuan sosial ditengah masyarakat yang mayoritas hidup dalam kemiskinan. Gimanapun yang harus kamu sadari bahwa kita hanyalah kumpulan Anjing yang menikmati kekayaan dari kebodohan orang banyak.” Demikian alasan Pak Wijaya.
***
Jam meja di kamar tidur mengeluarkan suara Alarm membangunkan Marta dari lelapnya. Dia menyibak selimut. Mematikan alarm itu. Tubuhnya yang dibalut lingering memperlihatkan dadanya yang mancung. Dia berdiri depan pintu kamar apartemetnnya di kawasan super mewah di Jantung Jakarta. Dia juga punya rumah mewah di kawasan elite. Matanya menatap keluar. “ Selamat pagi Jakarta. Selamat pagi kemunafikan” Katanya tersenyum.
“ Apa susahnya mengakui hidup dalam munafik. Apalagi pengakuan itu kepada diri sendiri tanpa ada orang lain mendengar. “ Kata Wijaya tadi malam. Walau semua pria yang dekat dengan Marta pasti berujung ke tempat tidur. Tetapi tidak bagi pak Wijaya. Sangat disiplin mengelola skema bisnis. Pak Wijaya tidak pernah terlibat skandal dengan proxy dan siapapun wanita yang terhubung dengan bisnisnya. Katanya itu pesan dari Ayah Babtis nya yang harus dia jaga.
“ Janga lupa besok jam 4 sore kamu akan bertemu dengan Ayah Babtis. Saya jemput kamu jam 3 sore. Kita sama sama ke tempat Ayah Babtis saya. “ Pesan Pak Wijaya kemarin malam. Pak Wijaya selalu menyebut bahwa dia hanya anak asuh dari Ayah Baptis. Pak Wijaya saja sudah sangat kaya. Gimana ayah baptisnya? Pasti sangat kaya. Pikir Marta. Lebih 10 tahun bekerja dengan Pak Wijaya, dia tidak pernah bertemu dengan ayah babtis itu. Dan sore ini dia akan bertemu dengan Ayah Baptis. Siapakah dia.
***
Sebelum ketemu Ayah Babtis, Marta sempatkan bertemu dengan clients nya di cafe tidak jauh dari Apartemetnnya. Clients nya adalah Hanif tokoh Ormas. Saat dia sampai di cafe, Pak Hanif sedang santai bersama relasinya. Ini kali pertama dia bertemu relasi Pak Hanif itu. Mereka terus aja berbicara tanpa ada keinginan dari Pak Hanif perkenalkan relasinya itu kedia. Marta hanya menyimak dari table sebelahnya.
“ Kini yang ada di DPR adalah mantan aktifis yang sukses menjatuhkan rezim orba. Idealisme penuh semangat meniti karir sebagai politisi di bawah angin reformasi. Tapi dari mereka lah pengusaha mendapatkan akses menjarah SDA dan memanjakan teman teman mereka yang duduk di kabinet. Tanpa disadari mereka berkumpul dalam teater kekuasaan untuk saling berbagi nikmat diatas kemunafikan. Oligarkhi itu nyata, bukan fiksi “Kata Hanif
“ Kamu tahu “ kata Hanif kepada relasinya yang selalu tersenyum. “ tanda-tanda kiamat adalah diangkatnya orang bodoh sebagai pemimpin. Dikatakan, pemimpin akhir zaman ini akan berbicara tanpa dilandasi ilmu sehingga hanya akan menyesatkan. “ Marta Menyimak. Hanif bicara berdasarkan hadith sohih, ini katanya “ Allah SWT tidaklah mengangkat ilmu dengan mencabutnya dari diri manusia, tetapi ilmu diangkat dengan cara mewafatkan para ulama sehingga tidak ada seorang ulama pun, lalu manusia mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Jika mereka ditanya tentang suatu urusan, mereka menjawab tanpa ilmu, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.”
“ Pak Hanif.” Kata relasi Pak Hanif ”, esensinya di era modern sekarang ini tidak ada ilmu yang harus jadi pijakan sebagai kebenaran absolut. Semua hal tentang fenomena realita hanyalah persepsi. Yang karenanya perlu dialektika mengasah logika. Dari sini manusia akan terbelah. Cerdas dan Dungu. Bagi yang cerdas, tidak melihat dunia dalam dimensi hitam dan putih. Dia mandiri bersikap tanpa jadi follower. Dia berjalan diantara hitam dan putih dengan kekuatan spiritual. Sementara bagi yang dungu, masih saja melihat dunia dari sudut kacamata hitam putih. Dunianya dunia follower. Berharap lahir pemimpin berilmu yang bisa membawa mereka kepada dunia putih dan menjauh dari hitam. Itu utopia dan pasti paradox. “
“ Lantas mengapa kegiatan ekonomi itu terbelah. Ada yang formal dan ada yang informal. Ada yang kaya dan ada yang miskin. Ada yang melimpah sumber daya dan ada yang kekeringan. Mengapa ? tanya Hanif. Marta tahu ini pertanyaan retorik yang sebenarnya Marta sudah punya perspektif sendiri terhadap jawaban itu. Apa ? Ya faktor ketidak adilan.
“ Sebenarnya kalau anda mengerti ilmu filsafat ekonomi. Anda akan paham apa yang disebut dengan teori rasional. Bahwa individu atau kelompok selalu membuat keputusan yang bijak dan logis atas pilihan yang ada. Jadi bukan ketidak adilan sumber masalah tetapi soal pilihan. “ Kata relasi Hanif
Pak Hanif mengerutkan kening.
“ Kemampuan membuat keputusan memilih itu tergantung kepada mindset atau prilaku. Sementara prilaku individu dipengaruhi banyak faktor, seperti nilai sosial dan budaya yang sering kali tidak dapat dijelaskan secara rasional. Contoh orang yang lahir dari keluarga pegawai, yang hidup secara linear. Sekolah, masuk universitas, terus jadi pegawai. Engga mungkin dia mengambil pilihan sebagai wirausaha mengelola sumber daya yang terbatas dan beresiko, Dia cenderung memilih cara aman. Walau sebenarnya cara aman itu justru tidak aman dalam jangka panjang.
Atau orang yang lahir dari lingkungan pedagang informal dan dari keluarga tidak terpelajar. Dia tidak akan mampu berpikir mendirikan pabrik dengan memanfaatkan fasilitas bank atau lembaga ventura. Dia lebih focus mencari lapak dan barang yang bisa laku dijual. Kalau karena itu tidak membuat dia kaya, itu bukan pilihan dia. Dia engga ambil pusing. Pilihannya hanya ganjel perut dan melanjutkan hidup dengan apa adanya. Masyarakat berkelas, itu sunnatullah. Kaya dan miskin, cerdas dan dungu akan selalu bersanding di dunia ini sepanjang masa.” Kata relasi pak Hanif. Marta terpesona dengan kata kata itu.
Setelah itu, relasi Pak Hanif itu permisi undur diri. Marta perhatikan sekilas, relasi pak Hanif itu. Pria belum terlalu mature tetapi sangat sederhana bersikap. Penampilannya juga sederhana. Pria itu berlalu dan Marta masih terkesan.
***
Jam 3 sore. Pak Wijaya sudah ada di lobi apartemen menanti Marta untuk pergi ketemu dengan Ayah Babtis nya. “ Marta, kamu kan sebentar lagi akan jadi anggota Dewan. Boss saya ingin bertemu dengan kamu. Untuk kamu tahu, menjadikan kamu janggota dewan itu sudah rencana dia dan sudah keputusan dia. Saya menyediakan sumber daya untuk kamu terpilih juga atas perintah dia. Jadi, dengar baik baik arahan dia.” kata Pak Wijaya saat di dalam kendaraan. Marta mengangguk. Dia membayangkan bertemu dengan pria yang pasti bukan pria biasa. Apalagi bisa membuat pak Wijaya segan dan takut, itu sesuatu banget.
Kurang dari 30 menit. Mereka sudah sampai di sebuah gedung apartement yang menyatu dengan Mall bergengsi di Jakarta. Saat masuk lift, Marta melirik pak Wijaya. “ Dia tinggal di apartemen ini? tanya Marta. “ Ini safehouse “ Jawab Pak Wijaya dengan tersenyum.
Sampai di lantai apartement yang dituju. Pak Wijaya menuntun Marta masuk ke ruang Cigar. Ini Apartemen tetapi interior ruangan di design seperti lounge executive hotel bintang V. Marta terkesiap saat meliat pria masuk ruangan Cigar dengan senyuman. Tidak ada kesan dia ayahn baptis. Senyum ramahnya mengambang “ Apa kabar Marta “ kata Pria itu menyapanya. Marta hendak menyalami pria itu dengan membungkuk. Tetapi pria itu memeluknya dengan kasih seorang ayah.
“ Marta, disaat kamu mengenakan pin DPR , yang ada hanya kamu dan Tuhan. Jadi patuhi nurani kamu. Namun disaat kamu keluar dari gedung DPR, yang ada hanya kamu dan setan. Cerdaslah hidup.” Pesan pria yang disebut Pak Wijaya sebagai Ayah Babtis itu. Dia kemudian uraikan dengan taktis pesan itu. Dia tidak mendikte tetapi mengajak Marta menjadi pribadi yang tranformative. Marta terhenyak. Baru dua jam lalu dia bertemu dengan pria ini bersama dengan Pak Hanif…Ternyata tidak seperti cerita sosok ayah baptis pada umumnya. Dia sangat sederhana dan bersahabat, penuh kasih.
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.