Artikel Dakwah

Mengembalikan Peran Masjid



Masjid
tempat peribadatan umat Islam bukanlah hal yang asing dan jarang kita temui.
Apalagi di Indonesia yang mana kita merupakan mayoritas Islam dan masjid-masjid
banyak kita temui dimana-mana. Namun, sudahkah kita temui masjid-masjid itu
digunakan sebagaimana perannya dibangun? Loh,
maksudnya? Bukankah masjid memang dibangun untuk digunakan sebagaimana
perannya? Yakni sebagai bentuk beribadah, seperti sholat? Iya betul sekali,
namun apakah masjid dibangun hanya sebatas itu saja?
 Mari kita telaah bersama bagaimana peran
masjid sesungguhnya dan mampukah kita membangun umat dimulai dari masjid?
Peran Masjid zaman
Rasulullah
Tidak
bisa kita pungkiri bahwa kejayaan Islam berabad-abad lamanya semua bermula dari
tarbiyah yang diberikan Rasulullah kepada para sahabatnya dan umat Islam
lainnya, dan semua bermula dari aktivitas yang dilakukan di masjid. Bermula
dari dijadikannya masjid sebagai pusat aktivitas atau kegiatan masyarakat pada
saat itu. Masjid tidak hanya dijadikan sebagai tempat untuk beribadah (hanya untuk
sholat 5 waktu), namun lebih dari itu semua. Dan bisa kita lihat dampak yang
luar biasa peradaban yang berhasil Rasulullah raih. Dan sampai hari ini pun
masih kita rasakan meskipun telah berlalu berabad-abad silam. Peran dan fungsi
masjid di zaman Nabiyullah Muhammad Shallallahu’alaihi
wasallam
tidak hanya digunakan sebagai tempat melakukan ibadah magdhah,
seperti shalat, dzikir dan baca Al-Qur-an, tetapi masjid juga digunakan sebagai
tempat pendidikan, tempat santunan sosial, tempat persiapan perang, tempat
pengobatan para korban perang, tempat mendamaikan dan menyelesaikan sengketa,
tempat menerima utusan atau delegasi dan tamu, serta sebagai pusat penerangan
dan pembela agama.
Di
samping itu, masjid pada zaman Nabi merupakan pusat pembinaan ruhiyah (Tarbiyah Ruhiyah) umat Islam. Di masjid
ini ditegakkan sholat lima waktu secara berjama’ah serta berperan sebagai wadah
pembinaan dan peningkatan kekuatan ruhiyah (keimanan) ummat. Rasulullah juga
menggunakan masjid sebagai tempat pendidikan dan pengajaran. Dimana Nabi shalallahu’alaihi wasallam mendidik para
sahabat dan mengajarkan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Di masjid
juga lah dijadikan sebagai tempat untuk melatih para Da’i untuk kemudian
dikirim ke berbagai daerah untuk mengajarkan Islam kepada penduduknya. Masjid
juga dijadikan sebagai pusat pengembangan kebudayaan dalam segala aspek
kehidupan. Maka tidak mengherankan kalau pada masa selanjutnya masjid menjadi
pusat berkembangannya ilmu-ilmu ke-Islaman. Seperti; Universitas Al-Azhar di Kairo-Mesir,
pada mulanya kegiatan belajarnya di masjid Al-Azhar yang dibangun pada masa
dinasti Fatimiyah.
Begitupun
dengan masjid Nabawi di Madinah dahulu berperan sebagai pusat kegiatan sosial.
Di masjid inilah dibuat sebuah tenda tempat memberi santunan kepada fakir dan
miskin berupa uang dan makanan. Masalah pernikahan, perceraian, perdamaian dan
penyelesaian sengketa serta masalah yang lain semua diselesaikan di masjid.
Seperti itulah gambaran kecil fungsi dan peran masjid di zaman Rasulullah.
Dimana semua pusat kegiatan masyarakat terurusi di masjid. Lalu bagaimana dengan peran masjid zaman sekarang? Masihkah berada pada
fungsi dan tujuannya didirikan? Atau sebaliknya? Ataukah hanya dijadikan
sebagai tempat untuk mengugurkan kewajiban ibadah pada Allah?
Realitas Peran Masjid
Zaman Sekarang
Menurut
Badan Pusat Statistik (BPS) Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia dengan
jumlah penduduk 207.176.162 jiwa pada tahun 2010 atau sebesar 87,18% dari total
penduduk Indonesia yang berjumlah 237.641.326 jiwa. Besarnya populasi muslim di
Indonesia tentu berbarengan dengan besarnya jumlah masjid. Menurut data KEMENAG
tahun 2013 jumlah masjid di Indonesia adalah 731.096 bangunan.
Dengan
begitu banyaknya bangunan masjid khususnya di Indonesia, maka sudah seharusnya
sentral kegiatan masyarakat menjadikan masjid senantiasa terbuka dua empat jam
serta menjadi tempat tersibuk untuk segala urusan masyarakat; itu kalau masjid
difungsikan sebagaimana perannya. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Masjid
yang seharusnya menjadi tempat kebutuhan masyarakat malah hanya dijadikan
sebagai tempat untuk beribadah (mengugurkan kewajiban sholat lima waktu)
meskipun tidak semua masjid bernasib seperti itu. Kita bisa melihat banyaknya
pintu-pintu masjid yang terkunci setelah sholat fardhu dan hanya akan dibukan
kembali ketika masuk waktu sholat berikutnya. Tidak ada kegiatan tambah yang
menjadi wadah sentral untuk kegiatan masyarakat seperti zamannya Rasulullah.
Tidak ada kegiatan pembinaan umat; generasi muda. Maka jangan heran ketika kita
melihat pemandangan yang miris sekali dimana masjid-masjid hanya diisi oleh
jama’ah yang sudah berumur. Sementara tempat-tempat keramaian yang hanya
membuang waktu sia-sia diisi oleh generasi muda kita.
Ditambah
lagi keberadaan masjid sekarang melahirkan sebuah mindset yang kurang bersahabat dengan banyaknya paradigma; “Masjid itu untuk orang tua yang berumur
untuk lebih banyak berbenah diri atas dosa-dosanya” “Jangan keseringan ke Masjid,
tuh lihat yang rajin ke masjid jadi tersangka teroris!” “Jangan berlama-lama di
masjid nanti jadi Islam fanatik,”
dan masih banyak lagi paradigma miring
tentang masjid yang tidak sepantasnya. Memang tidak dapat kita pungkiri bahwa
kebanyakan masjid sekarang hanya dibangun dengan kemegahan yang sungguh indah
luar biasa, dengan biaya yang banyak pula. Namun esensi daripada masjid itu
hilang. Kemegahan masjid hanya menjadi ikon suatu daerah dan menjadi tempat
wisata imani katanya, namun ketika waktu sholat banyak kita temui mereka masih
asyik bercengkraman riang, tertawa dan bercanda di pelataran masjid tanpa
menghiraukan serta bergeming untuk memenuhi seruan panggil kemenangan dan
penghambaan kepada Allah. Ini hanyalah sebagian kecil dari peran masjid zaman
sekarang yang kita temui, esensial masjid telah hilang. Serta nyaris tidak
punya kepedulian needs jama’ah.
Dari
Masjid Membangun Umat
Membangun
umat, berarti tidak lepas dari panutan dan tuntunan dari Rasulullah karena apa
yang telah Rasulullah lakukan telah mendapat prestasi gemilang dalam membangun
umat yang berperadaban dan beradab hanya dalam kurung waktu yang relatif
singkat. Maka dari itu sebaik-baik dari teladan dalam membangun umat adalah flashback pada strategi dan ghirah manusia teladan terbaik kita;
Rasulullah. Sebagaimana dalam firman-Nya QS. Al-Ahzab ayat 21 “Sungguh pada diri Rasulullah terdapat
teladan yang baik.”
Membangun
umat berawal dari masjid adalah contoh nyata yang telah Rasulullah buktikan
kepada kita semua. Itu ditandai dengan lahirnya tokoh-tokoh yang berjasa dalam
pengembangan Islam ke seontero jagad raya, seperti khalifah Abu Bakr
As-Shiddiq, Umar bin Khottab, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Tholib, Mu’adz bin
Jabal, Khalid bin Walid, Hamzah, Bilal bin Rabah dan sahabat-sahabat lainnya
yang mereka dibina oleh Rasulullah dimulai dari masjid. Seluruh masyarakat
bangsa Arab yang dulunya jahil dan tidak beradab ditarbiyah langsung, dibina
dan dikader oleh Rasulullah melalui wadah masjid. Maka sudah seharusnya-lah
kita yang hidup di zaman sekarang yang tidak ada wahyu dan masa ke-nabi-an
sangat butuh sekali mengambil teladan dari kehidupan Rasulullah dalam membangun
umat, yakni dari masjid membangun umat.
Maka
langkah yang harus kita tempuh untuk menwujudkan sebuah tujuan mulia; dari
masjid membangun umat adalah memerlukan ilmu dan keterampilan, manajemen
metode, perencanaan, strategi, dan model evaluasi yang dipergunakan dalam
manajemen modern merupakan alat bantu yang juga diperlukan dalam manajemen
masjid modern. Dengan begitu kita semakin sadar bahwa kebutuhan jama’ah masjid
juga sudah bergeser menuju pada keanekaragaman kebutuhan, maka tidak bisa
asal-asalan lagi dalam pengelolaan masjid.
Kita
bisa mengambil salah satu Masjid Percontohan Nasional, yakni masjid Jogokariyan
yang terletak di Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta.  Masjid ini dikelola dengan sangat profesional
dan modern sehingga masyarakat sekitar sangat merasakan manfaat dengan
kehadiran masjid. Maka tak heran ketika kita menjumpai, setiap sholat lima
waktu, masjid ini  selalu penuh sampai di
serambi-serambi masjid. Selain itu, Masjid Jogokariyan juga telah banyak
menjadi subjek penelitian berbagai kalangan, mulai dari skripsi, tesis,
desertasi dalam negeri dan luar negeri. Ada yang dari Jepang, Amerika, dan
Prancis. Mereka tertarik dengan bagaimana perubahan masyarakat yang terjadi di
sana. Bagaimana mereka mampu membangun umat dari masjid. Bukan hanya keperluan
akademisi, tapi banyak pula yang melakukan penelitian terkait bagaimana peran
masjid di bidang ekonomi, sosial dan kesehatan.
Dari
masjid membangun umat, bukan lagi hal yang mustahil sebab telah dicontohkan
oleh Rasulullah pada beberapa abad yang lalu. Begitupun dengan adanya beberapa
masjid sekarang yang membuktikannya bahwa berawal dari masjid masyarakat dapat
berubah disusul dengan perubahan aspek kehidupan lainnya. Sebab solusi
kemerosotan dan degradasi serta dehidrasi moral ummat kita hari ini sebab
mereka jauh dari masjid. Jauh dari petunjuk yang benar; Al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah. Jauh dari teladan manusia terbaik sepanjang sejarah manusia;
Rasulullah shallallahu’alahi wasallam.
“Hanyalah yang
memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat dan tidak takut
(kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS.
At-Taubah: 18).
[]

Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top