Ada satu jenis makanan yang menjadi favorit di tiap acara, tak terkecuali saat acara berbuka puasa. Makanan ini menjadi idola karena rasanya yang gurih, enak dan harganya pun sangat terjangkau. Hal lainnya, makanan ini sangat mudah dijumpai, ia dijual hampir di tiap persimpangan jalan, terutama di Ibukota.
Ialah gorengan. Dengan beragam jenisnya, makanan satu ini hampir pasti menjadi kegemaran dan menjadi menu buka puasa, terutama warga Jakarta. Menikmati risoles, tahu isi, atau bakwan dengan cocolan sambal kacang, nikmat sekali terasa di lidah. Tapi tahukah anda, risiko apa di balik makanan idola yang murah meriah ini ?
Pertama, Risiko Minyak yang Digunakan untuk Menggoreng.
Umumnya para penjaja gorengan di pinggir jalan menggunakan minyak untuk menggoreng secara berulang-ulang, alias menggunakan minyak goreng bekas / jelantah. Minyak goreng yang sudah dipakai berulang – ulang akan membentuk lemak trans yang dapat meningkatkan kolestrol. Jika di dalam tubuh terdapat kolestrol yang tinggi akibat mengonsumsi gorengan secara terus menerus, maka akan berisiko terkena penyakit jantung, diabetes, hipertensi dan stroke.
Kedua, Risiko Kertas Pembungkus yang Digunakan.
Pembungkus yang dipakai untuk membungkus gorengan, juga dapat membahayakan kesehatan tubuh. Penjual di tepi jalan maupun warung-warung kecil, biasanya memakai kertas yang sudah tidak terpakai lagi seperti koran, majalah, dan sebagainya untuk membungkus gorengan. Tinta yang terdapat dalam kertas apabila terkena panasnya gorengan dapat menyebabkan tinta larut. Hal ini mengakibatkan tinta menempel pada gorengan dan menyebabkan akumulasi dalam jaringan tubuh. Hal itu dapat menyebabkan kanker, terutama kanker usus besar dan penyakit kronis lainnya yang berhubungan dengan pencernaan.
Setelah membaca keterangan di atas, mungkin kita beranggapan itu hanya untuk gorengan yang dijual umum, sehingga berfikir akan lebih aman jika menggoreng sendiri.
Tapi tunggu dulu, berdasarkan penelitian dari Lembaga di Swedia menunjukkan bahwa makanan yang banyak mengandung karbohidrat yang diproses dengan digoreng dapat merangsang pembentukan senyawa karsinogenik yaitu senyawa pemicu kanker bernama akrilamida.
Akrilamida dapat berpotensi menimbulkan penyakit tumor, merusak DNA, merusak sistem reproduksi, mengganggu tingkat kesuburan dan juga mengakibatkan keguguran. Jadi untuk ibu hamil yang telah terkontaminasi akrilamida bayinya berpotensi lahir cacat.
Halal dan Thoyibkah Gorengan?
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik (halalan thayyiban) dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168).
Al Qur’an memerintahkan agar kita memakan makanan yang halal dan thoyib (baik). Menurut wikipedia Halal adalah segala obyek atau kegiatan yang diizinkan untuk digunakan atau dilaksanakan, dalam agama Islam. Sedangkan Thoyib (baik) adalah sehat, bergizi atau bermanfaat untuk tubuh, tidak mengandung bahaya untuk kesehatan tubuh.
Dari penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa gorengan merupakan makanan yang halal namun tidak thoyib untuk tubuh, terutama jika dikonsumsi terus menerus. Apalagi digunakan sebagai makanan awal berbuka puasa.
Setiap orang memiliki daya tahan tubuh yang berbeda, merasakan risikonya pun juga berbeda. Tapi yang pasti setiap makanan yang kita konsumsi akan berpengaruh terhadap tubuh kita.
Hadits Nabi SAW menjelaskan hal ini, sebagaimana yang diriwayatkan sahabat Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Perut adalah telaga bagi raga. Pembuluh-pembuluh darah berujung padanya. Jika perut sehat, pembuluh-pembuluh itu akan sehat. Sebaliknya, jika perut sakit, pembuluh darah pun akan ikut sakit.” (HR Thabrani).
Bolehkah Makan Gorengan?
Menghindari makanan yang satu ini masih sangat sulit bagi kebanyakan orang, terutama jika sudah menjadi kegemaran. Jika demikian yang harus dilakukan untuk mewaspadai menu gorengan saat berbuka puasa adalah :
1. Perhatikan minyak goreng yang digunakan.
2. Hindari menggunakan pembungkus kertas bekas, mintalah pembungkus yang bersih dari tulisan tinta.
3. Saat makan kunyahlah yang lama, dalam buku the Miracle of Enzyme, dr. Shinya mengatakan air liur dapat menetralisasi asam lemak trans pada gorengan.
4. Jangan berlebihan.
5. Saat berbuka puasa hindari mengonsumsi di awal. Dahulukan makanan yang manis seperti kurma.
Paling penting yang perlu diingat, saat memenuhi kebutuhan tubuh akan asupan makanan, hendaknya kita dapat melaksanakan perintah Allah, yakni memakan makanan yang halal dan thoyib.
Wallahu’alam.
Sumber: Suara Islam
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.