Uncategorized

Program yang Berdampak Positif pada Murid


Pengelolaan Program
yang Berdampak Positif pada Murid merupakan salah satu bahasan modul penghujung
dari serangkaian modul pada diklat Calon Guru Penggerak Angkatan 8. Dengan
mempelajari modul 3.3 ini telah memberikan kesan mendalam bagi diri saya,
karena materi yang diberikan merupakan pengalaman baru bagi saya tentang
bagaimana membuat program yang dapat mendorong suara, pilihan, dan kepemimpinan
yang berdampak positif bagi murid.

Selain itu dapat
membentuk karakter murid yang berkesesuaian dengan profil pelajar Pancasila.
Hal itu memberikan pemahaman tentang pentingnya keterlibatan murid secara aktif
dalam menyusun program sekolah misalnya tata tertib sekolah, visi dan misi
sekolah, dsb. Dengan adanya keterlibatan murid bisa menjadikan kekuatan yang
mengubah sesuatu menjadi lebih baik dan dapat menumbuhkembangkan jiwa
kepemimpinan murid melalui OSIS dan kegiatan ekstrakurikuler.

Apa intisari yang Anda dapatkan dari modul ini?

Dasar filosofi dari
Ki Hajar Dewantara, bahwa pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk
perikehidupan bersama adalah memerdekakan manusia sebagai anggota persatuan
(rakyat), yang mampu bergotong royong.

Berlatih kepemimpinan
di kalangan pemuda memerlukan keterlibatan murid untuk berinteraksi dengan
orang lain, bekerjasama dan berkontribusi dalam masyarakat dan lingkungan yang lebih
luas. Dengan menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan mendorong murid
mengembangkan berbagai sikap positif termasuk cinta kebersihan lingkungan,
toleransi, tertib hukum yang merupakan pengejawantahan dari iman, ketaqwaan,
dan akhlak mulia dan mandiri.

Menumbuhkembangkan
kepemimpinan murid dapat mengambil kontrol dan bertanggung jawab pada proses
pembelajaran mereka sendiri  secara
mandiri. Intinya, kepemimpinan merupakan kemampuan murid dalam mengungkapkan
gagasan-gagasan atau ide-ide yang mengarah pada proses pembelajarannya sendiri,
mengkomunikasikan gagasan dan membuat pilihan-pilihan dalam proses
pembelajaran.

Pada saat murid menjadi
pemimpin atau student agent, maka sebenarnya
mereka memiliki suara (voice), pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership) dalam
proses pembelajarannya sendiri. Kepemimpinan murid dapat tercapai jika pendidik
dapat mendorong munculnya tiga aspek tersebut. Oleh karena itu ini menjadi
tantangan guru bagaimana menggali potensi dan mengembangkan bakat siswa dengan
serangkaian kegiatan pembelajaran yang berpusat pada murid.

Pendidik berperan
menfasilitasi dengan menciptakan lingkungan yang dapat menumbuhkan kepemimpinan
murid. Dengan tumbuhnya kepemimpinan murid maka tujuan menciptakan profil
pelajar Pancasila pada diri murid pun akan tercapai. Meskipun demikian tentu
akan dijumpai hambatan dan tantangan. Mendidik generasi murid sekarang tidak
bisa dilakukan dengan cara-cara terdahulu. Jaman telah berubah dan banyak ilmu
pendidikan yang dapat kita pelajari untuk mewujudkannya.

Untuk mewujudkan hal
tersebut perlu adanya dukungan lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan
murid dan peran keterlibatan komunitas dalam menumbuhkembangkannya, serta
lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif,
arif, dan bijaksana. Lingkungan yang baik dengan budaya-budaya positif harus
dibentuk, dibiasakan dan diaktualisasikan setahap demi setahap.

Apa keterkaitan yang dapat Anda lihat antara Modul ini dengan modul-modul
sebelumnya?

Keterkaitan Modul 3.3
ini dengan modul-modul sebelumnya yaitu kita diajak kembali untuk menghubungkan
materi yang sudah dipelajari sebelumnya untuk membantu dalam pembuatan program.
Setiap modul saling terkait dan saling dibutuhkan supaya menjadi lengkap dalam
mempeajarinya.

Mendesaian
perencanaan dan pengelolaan program sekolah secara cermat dan tepat menjadikan
pengelolaan program sekolah menjadi jelas dan berdampak pada murid. Keterlibatan
murid menjadi penting agar kita dapat mendengar suara mereka dan pilihannya.

Resiko tidak dapat
dihindari, tetapi dapat dikelola dan dikendalikan karena apabila resiko tidak
dikelola dengan baik, maka akan mengakibatkan hambatan dan kerugian. Untuk itu,
sekolah bisa meminimalisasi sehingga program sekolah yang telah direncanakan
berjalan dengan baik.

Hubungan Modul 3.3 dengan Modul 1.1

Filosofi Ki Hajar
Dewantara, bahwa guru mempunyai peran strategis untuk menuntun segala kodrat
yang ada pada anak-anak sehingga mereka dapat bahagia dan selamat sebagai
individu masyarakat. Dalam modul ini juga dibahas bahwa murid adalah pribadi
yang unik dan utuh, sehingga guru sebaiknya dapat menuntun murid sesuai dengan
kodratnya. Berkembangnya kodrat murid tentu sekolah atau guru harus memiliki
program untuk itu.

Hubungan Modul 3.3 dengan Modul 1.2
mengenai nilai dan peran guru penggerak.

Nilai-nilai dari
seorang guru penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan
berpihak pada murid. Nilai dan peran dari guru penggerak tersebut tidak
terlepas dari cita-cita mulia untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila dan
merdeka belajar. Dalam menjalankan perannya, seorang guru tidak hanya cukup
sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, namun juga memiliki tanggung jawab
sebagai pemimpin dalam pengelolaan program sekolah yang berpihak pada murid.

Hubungan Modul 3.3 dengan Modul 1.3

Dalam merencanakan
dan mengelola program yang berdampak pada murid dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif model BAGJA. Perencanan program
sebaiknya memenuhi tahapan 5D / BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran,
Gali mimpi, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi) sehingga program yang
terwujud akan lebih tearah dan tertata. Konsep BAGJA hadir
sebagai model manajemen perubahan yang membantu mewujudkan murid merdeka
belajar di sekolah. Konsep ini juga dikenal dengan
strategi 5D yaitu Define, Discovery, Dream, Design and Destiny.

Define berarti
pentingnya menentukan suatu arah dan tujuan dari program yang akan dilaksanakan.
Hal ini dapat dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan utama yang dibuat untuk
mengarahkan kepada penelusuran hal-hal yang akan dilakukan. Discovery sebagai cara untuk
menemukan potensi terbaik yang dimiliki atau dikenal dengan tahap pencarian
jati diri. Dapat dilakukan dengan mengambil pelajaran pada peristiwa yang
terjadi sebelumnya. Dream artinya
dengan harapan, mimpi dan segala hal yang mungkin menjadi cita-cita bersama
melalui program yang direncanakan. Tentunya mimpi ini dapat dicapai jika ada kolaborasi
dan dukungan dari seluruh warga sekolah serta stakeholder yang ada. 

Design merupakan
rancangan langkah strategi untuk melaksanakan program. Strategi yang efektif
diperlukan untuk mencapai visi misi. Hal ini dapat dikembangkan ke hal-hal
positif yang menjadikan murid merasa aman, nyaman dan bahagia. Sehingga,
diperlukan Destiny atau
cara membangun budaya melalui inovasi pembelajaran dan kreativitas yang tinggi
dalam model pembelajaran.

Dengan terlebih
dahulu memetakan aset atau sumber daya sekolah, dan mengembangkan aset atau
potensi yang bisa dikembangkan untuk merencanakan program sekolah yang
berdampak pada murid.

Hubungan Modul 3.3 dengan Modul 1.4

Budaya positif,
berupa lingkungan yang mendukung perkembangan potensi, minat dan profil belajar
murid terutama kekuatan kodrat pada anak-anak. Guru seyogyanya dapat
mengoptimalkan sumber daya lingkungan yang positif dan mengembangkan budaya
positif agar anak-anak dapat tumbuh sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman
dan mendukung program yang berdampak pada murid.

Hubungan Modul 3.3 dengan Modul 2.1

Dengan pembelajaran
berdiferensiasi maka guru dapat memberikan pelayanan terbaik yang berpihak pada
murid, karena pembelajaran dapat melayani gaya belajar dan kebutuhan murid.
Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan solusi atas beragamnya karakteristik
dan kecerdasan murid. Sebelum merencanakan pembelajaran berdiferensiasi,
seorang guru hendaknya melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar, minat dan
profil belajar murid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui aset atau kekuatan
yang dimiliki oleh murid.

Hubungan Modul 3.3 dengan Modul 2.2

Guru dilatih untuk senantiasa
mampu mengembangkan kompetensi sosial murid. Tehnik mindfullness menjadi strategi pengembangan lima kompetensi sosial
emosional (KSE) yang didasarkan pada program yang berpihak pada murid dan
mewujudkan merdeka belajar dan budaya positif di sekolah.

Hubungan Modul 3.3 dengan Modul 2.3

Coaching merupakan
langkah dalam menggali potensi/ide/gagasan murid. Hal ini
dikarenakan melalui coaching maka
dapat melejitkan kinerja murid untuk menemukan sendiri solusi atas permasalahan
yang dihadapi ketika melaksanakan program sekolah yang berdampak pada murid. Dengan coaching berperan bagi seorang pemimpin
pembelajaran untuk menuntun anak dan menggali potensi yang dimiliki oleh anak
dan memberikan keleluasaan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir.

Dalam pengelolaan
program yang berdampak pada murid, coaching
dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya murid,
mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk mencapai tujuan
pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak.

Hubungan Modul 3.3 dengan Modul 3.1

Guru sebagai seorang
pemimpin pembelajaran harus dapat mengambil keputusan secara bijak diantaranya
yaitu keputusan yang berpihak pada murid. Dasar, prinsip serta paradigma atau
nilai dalam pengambilan keputusan harus konsisten, terutama berkaitan dengan
dilema etika atau bujukan moral. Disinilah guru harus berani dan berhati-hati
dalam menentukan pilihan.

Hubungan Modul 3.3 dengan Modul 3.2

Seorang guru sebagai
pemimpin pembelajaran maupun pengelola program sekolah dituntut mampu memetakan
dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik aset fisik maupun
nonfisik. Itu digunakan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sekolah
sebagai komunitas pendidikan. Pendekatan berbasis masalah juga penting meskipun
ada beragam kekurangannya, penerapannya harus disesuaikan dengan situasi
kondisi atau konteks yang tepat. Dengan berfokus pada pengelolaan aset yang
dimiliki, pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat terencana dengan
baik.

Dalam Modul 3.3
tentang pengelolaan program yang berdampak pada murid, ada tujuh aset atau
modal yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sekolah, antara lain: modal
manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial,
modal politik, modal agama dan budaya. Dengan mengetahui dan memahami modal
atau sumber daya yang ada di sekolah, maka sebagai pemimpin guru bisa memetakan
tujuh aset tersebut dan mengoptimalkan pengelolaannya untuk peningkatan
pembelajaran di sekolah.

Setelah melihat keterkaitan antara
modul ini dengan modul-modul lainnya, jelaskanlah perspektif Anda tentang
program yang berdampak positif pada murid. Bagaimana seharusnya program-program
atau kegiatan sekolah harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi agar
program-program tersebut dapat berdampak positif pada murid?

Dari pemaparan saya
di atas sudah terlihat keterkaitan antarmodul. Mempelajari modul – modul yang
ada memberikan arah terwujudnya visi Pendidikan Indonesia sesuai dengan yang
diamanatkan Ki Hajar Dewantara sebagaimana dalam filosofinya. Kita dapat
mengambil sebuah kesimpulan bahwa penyusunan program sekolah perlu
mempertimbangkannya secara matang agar dapat memberikan dampak yang positif
bagi murid.

Dari sini terlihat
peran guru sangat besar untuk mengembangkan diri untuk meningkatkan kualitas
murid melalui program tersebut. Pengalaman masa lalu membuat saya belum menjadi
sosok guru sepenuhnya, dan itu membuat saya terus belajar dan akan terus
belajar. 

Dengan perannya sebagai
guru setelah belajar BAGJA, maka dalam menyusun program dengan mempertimbangkan
suara murid direncanakan melalui tahapan BAGJA, dilaksanakann dengan melibatkan
peserta didik secara langsung dan setelahnya dievaluasi melalui sembilan
langkah tahapan pengujian dan pengambilan keputusan.

Berdasarkan langkah
program yang direncanakan sekolah, maka saya akan berupaya memberikan dampak
yang positif pada peserta didik. Dari hal tersebut sebagai guru penggerak dapat
mengimplementasikan suara murid untuk menyusun suatu program yang nantinya diharapkan
memberikan dampak positif dan kontribusi bagi murid.

Program andalan tersebut
adalah Praktik-Praktik Budaya Toleransi yang
merupakan program untuk menjaga harmonisasi pergaulan sosial di lingkungan
kelas dan sekolah. Dengan program kegiatan tersebut, murid dapat terlibat
membuat kriteria penilaian yang akan dilakukan oleh murid secara bergantian sesuai
dengan jadwal.

Hasil yang dinilai
bersama disampaikan secara langsung kepada kelas yang diobservasi, dan
dilaporkan kepada Wakasek kesiswaan dan Kurikulum untuk selanjutnya dilaporkan
ke wali kelas. Program ini disusun dengan memperhatikan tahapan BAGJA dengan harapan
semua elemen tergerak dan bergerak baik dari murid maupun guru. Demikian
pemaparan koneksi antarmateri Modul 33 dengan modul-modul sebelumnya. Semoga
dapat bermanfaat bagi para pembaca semua, atas perhatiannya diucapkan terima
kasih.

Koneksi antarmateri Modul 3.3


Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top