Uncategorized

Penulisan Script Film : Urgensi Peran dibalik Layar dalam Dunia Perfilman



Penulisan Script Film : Urgensi Peran dibalik Layar dalam Dunia
Perfilman

Oleh : Bana Fatahillah

            Kairo– Ditengah  hiruk pikuknya arus
globalisasi pada era modern ini, dunia perkembangan elektronik tampil sebagai
nominasi pertama yang dapat menarik simpati masyarakat saat ini. Setiap mata tertuju
pada tampilan layar yang sama. Jika ingin memperhatikan lebih detail, manusia
sekarang ini pada umumnya, disetiap waktunya hanya berpindah dari satu layar ke
layar yang lain– dari layar televisi, handphone, laptop, komputer, ataupu
tablet. Dan ini semua bukan hanya dikonsumsi oleh kalangan anak muda, bahkan para
bapak, ibu, hingga anak berumur tiga tahun pun sudah lihai memencet, menyetel,
dan memainkan jarinya di setiap barang elektronik jejaring sosial.

            Dalam wawancaranya
pada Sabtu (11/2), Ahmad Syafiqni, salah satu tim media pada simposium Internasional
PPI Timur Tengah tahun lalu, berpendapat bahwsasanya saat ini peran media baik
televisi, radio, koran, website, sangatlah penting. Bahkan dikatakan, “siapa
yang menguasai media, berarti dapat menguasai dunia”. Kalau sekiranya media
dikuasai oleh orang-orang muslim yang sholeh dan pemahaman agamanya baik, maka
media yang dikelolanya tidak akan menurunkan tanggapan atau ulasan yang
merugikan islam, memojokkan kaum muslimin atau menyakiti umat Rasulullah SAW.

            Dunia perfilman
misalnya, sebagai salah satu sarana hiburan masyarakat setiap harinya, para
sutradara tak pernah hentinya ketinggalan untuk bergantian dan bersaing
menerbitkan film-film terbarunya untuk dipertontotkan di masyarakat luas, baik
itu produksi lokal atau interlokal, semuanya sama. Alur cerita yang simpatik
dan menarik di layar kaca membuat para penonton sulit berkomentar apa apa. Ada
yang termotivasi, tepengaruh, terkagum-kagum, sampai ada yang tak sudi
menontonnya karena tak adanya unsur manfaat ataupun dianggap berbeda dengan apa
yang ada di pikirannya.

Layaknya kabar berita, setiap film pasti ingin menyampaikan pesan
yang hendak dituju, entah itu positif ataupun negatif yang bersifat subjektif
maupun objektif, semua tergantung pada sutradara yang berperan pada film
tersebut. Mencoba memutar jarum jam, ketika muncul film-film yang mengubah
opini-opini masyarakat, umat muslim khususnya. Tahun 2011 sebuah film berjudul
“?” beredar dikalangan rakyat indonesia. Secara sadar atau tidak, film tersebut
ingin menyampaikan sebuah ideologi bernama pluralisme, yang mengatakan
bahwasanya semua ajaran agama adalah “sama saja” yaitu menyembah Tuhan.  

Selanjutnya, pada tahun 2012, sutradara yang sama merilis sebuah
film berjudul “Cinta tapi Beda”. Singkatnya film ini menceritakan bahwa
mencintai dalam ranah perbedaan agama adalah sebuah fitrah pada manusia. Selanjutnya
tak lupa film “Perempuan berkalung sorban”, yang mana merupakan film yang
menjatuhkan martabat sebuah Pesatren. Perkataan itu termaktub pada  novel berjudul “Kemi : Cinta kebebasan yang
tersesat”. Taufiq Ismail, seorang sastrawan terkenal, memberi catatan bahwa
novel tersebut dengan perkataan : “Novel ini telah mengangkat martabat
Pesantren setelah tercoreng dengan film “Perempuan berkalung Sorban”. Dan
film-film lainnya yang telah menjatuhkan umat islam dan menggiring opini umat
muslim kepada kebebasan berfikir dalam jurang ranah sekularisme dan arus deras westernisasi.

Seorang  Masisir, sebagai
pemegang dan penerus estafet manhaj al-Wasati milik al-Azhar harus
memapu menelaah setiap permasalahan dengan berbagai ajaran-ajaran yang
disampaikan oleh Azhar. Melihat derasnya arus ideologi yang salah dalam penyapaian
pada setiap film yang muncul, Azhari bukan berarti harus menafikan itu semua,
atau bahkan mengecap dunia perfilman atau orang-orang yang berkecimpung dalam
dunia tersebut sebagai “kafir” dan “bid’ah”, dengan dalih-dalih tidak ada pada
zaman nabi Muhammad SAW. Seperti yang kita lihat di era modern ini.

Kita semua tidak bisa menafikan film-film yang telah sukses
menyampaikan pesan-pesannya kepada umat ini dengan baik. Nama “Habiburrahman
el-Shirazy” yang akrab dengan kang Abik, adalah salah satu pelaku dari itu
semua. Film fimnya seperti Ayat-Ayat Cinta, ketika cinta bertasbih yang dirilis
di Mesir, Dalam Mihrab Cinta, dan Cinta suci Zahrana telah sukses menjalar dan
diterima baik dikalangan umat islam. Juga film-film ulama-ulama muslim
terdahulu, seperti film musalsal Imam Ghazali, Imam Syafi’i, Muhammad
al-Fatih, dan film lainnya yang menceritakan kegigihan para ulama terdahulu.
Belum lagi Film “Fajar di Tanah Rantau” yang belum lama ini dirilis oleh
mahasiswa Mesir dan menang dalam perlombaan movie awward internasional.

            Sebagai wadah dari
membangkitkan peran para mahasiswa dalam dunia perfilman, terkhusus dalam bidag
penulisan script film layaknya sutradara dalam film, Persatuan Pelajar
Mahasiswa Indonesia (PPMI)  mengadakan
lomba penulisan script film dan pembuatan video satu menit bertemakan
“Nasionalisme Masisir”. Menurut penanggung jawab lomba tersebut, Ahmad Syafiqni,
dunia perfilman adalah sarana paling mobile dan efektif dalam
sosialisasi, promosi, dan yang paling penting dalam berdakwah di era ini, serta
untuk membentengi masyarakat dari berita berita bohong atau hoax.

Bukan hanya pada majlis, mimbar, ataupun selembar kertas saja
sebuah pesan akan sampai kepada sasaran, terkadang melalui sarana perfilman seseorang
dapat menyampaikan pesan yang ingin ditujunya. Karena lagi-lagi umat harus
mengakui dalam era apa kita sedang hidup saat ini. selain memberi wadah bagi
pemilik minat untuk berapreasiasi dan untuk meningkatkan minat para Masisir
dalam dunia perfilman, lomba ini juga bertujuan untuk merespon animo Masisir
akan dunia perfilman yang ada.

 PPMI ingin melihat
bakat-bakat terpendam pada diri setiap mahasiswa al-Azhar, Masisir khususnya. Karena
sebenarnya, tugas kita bukan hanya meng-azhari-kan ajaran- ajaran islam dalam
setiap majlisnya, namun tugas kita adalah meng-azharikan pola pikir dan
ideologi kita semua akan permasalahan-permasalahan keseharian  yang sering terjadi, seperti perfilman ini. Disaat
kaum sekuler mulai memasukkan ideologinya melalui dunia perfilman, maka
sebaiknya kita harus menghandirkan sutradara-sutradara muslim yang soleh dan
bermanhaj azhari, sehingga bissa terciptanya film-film yang menarik lagi
bermanfaat.

Orang yang selalu hadir dalam setiap majlis talaqqi, misalnya,
ketika ia dapat menceritakan dan menuliskan perjalanan gurunya, atau
menceritakan semua pemikiran gurunya, dari apa yang ia katakan berupa pelajaran
atau kisah kisah menarik lainnya dalam berbentuk cerita, maka ia akan
memunculkan sebuah naskah film yang sangat menarik dimata umat, khususnya dikalangan
Azhari. Film musalsal Imam Ghazali misalnya, yang merupakan kisah kehidupan
seorang Imam Besar, Hujjatul Islam dalam mencari ilmu.           

 Diakhir, kang Syafiq ingin
menunjukkan bahwasanya kita sebagai Masisir yang notabene belajar agama itu tidak
harus berdakwah diranah khutbah dan tulisan saja, kita juga harus tau
bahwasanya dunia sekarang sudah dikuasai oleh media video dan perfilman. All
the end of the day
semoga Indonesia dari Masisir ada yang menciptakan dunia
pertelevisian. Wallahu a’lam bisshowab. 

Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top