Beberapa hari yang lalu, saya berbincang-bincang dengan seorang guru senior. Beliau sudah mengajar di atas 15 tahun. Banyak kisah yang beliau ceritakan. Mulai dari peristiwa-peristiwa menyenangkan hingga yang tidak menyenangkan. Pengalaman beliau menjadi pembelajaran bagi saya karena, sebagai guru, saya bisa dikatakan belum berpengalaman.
Guru senior ini menceritakan beberapa keberhasilannya. Salah satunya, sempat menolak siswa-siswi yang ingin mendaftar. Artinya, jumlah yang ingin mendaftar ke sekolah – saat itu – sangat membludak. Itu dulu semasa kepemimpinannya. Beda dengan sekarang, jumlah siswa terus menurun. Beliau juga menceritakan pernah konflik dengan atasan. Ia menceritakan begitu detil, sehingga saya tidak bisa menuliskannya di sini. Intinya, ia kecewa dan kesal dengan kepemimpinan di organisasi/yayasan kami sekarang. Sekolah kami ini adalah sekolah swasta di bawah yayasan. Intervensi yayasan begitu terasa sehingga kepemimpinan kepala sekolah menjadi kabur. Kadang-kadang para guru dibuat bingung, pemimpin sebenarnya siapa – yayasan atau kepala sekolah?
Ternyata guru senior ini sudah memprediksi bahwa jumlah siswa yang mendaftar akan cenderung menurun. Yayasan yang terlalu otoriter dan terlalu ‘masuk’ ke proses pembelajaran, akan membuat guru tidak nyaman, merasa tertekan, dan buktinya, banyak guru tidak betah. Memang benar, tiap semester terjadi pergantian guru. Akibatnya, kepuasan pelanggan (orang tua, siswa) menurun dan ini tersebar dari mulut ke mulut kepada masyarakat. Pembaca mudah-mudahan paham penjelasan saya.
Lalu apa hubungannya dengan pentingnya belajar seperti judul saya di atas? Begini, saya sebagai guru tidak berpengalaman (baru 5 tahun mengajar saat menuliskan ini) merupakan salah satu guru yang melanjutkan studi ke jenjang S2. Yang saya tahu beberapa guru lain juga lanjut studi tapi dengan biaya sendiri, bukan di-beasiswa-kan oleh yayasan seperti di tempat lain.
Saya mengambil jurusan magister administrasi/manajemen pendidikan. Banyak hal yang saya dapatkan dari kuliah saya. Semua yang diceritakan guru senior tadi tentang permasalahan kepemimpinan dan sekolah ternyata saya pelajari di kuliah. Maksudnya, tanpa melalui pengalaman di atas 15 tahun – seperti guru senior tadi – saya mampu menganalisis keadaan sekolah saat ini. Saya pernah melakukan pengamatan diam-diam, sebelum perbincangan kami di atas, hasil analisis yang saya peroleh persis seperti yang diceritakan guru senior tadi.
Inilah pentingnya belajar. Dengan belajar kita mudah membaca dan menganalisis situasi dan bisa memprediksi kendala-kendala yang akan terjadi. Dengan Belajar kita dapat memecahkan masalah dengan efektif. Pengalaman di atas 15 tahun memang penting dan berharga, namun jauh lebih efektif jika kita sudah belajar sejak dini. Setidaknya-tidaknya, dengan belajar, kita tidak dibodohi oleh orang lain.
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.