Penjelasan Gambar : Penderita penyakit cacar ( variola major), kelainan kulit uniform terdapat di seluruh tubuh. Menyebar mulai dari wajah , tangan, kaki menuju ke tubuh (sentrifugal).
Topic : Academic
By dr. Santoso Soeroso, Sp A (K), MARS
Sejak tahun 1980 secara resmi di seluruh dunia vaksinasi cacar dihentikan samasekali setelah dunia dinyatakan bebas cacar. Sebagaimana diketahui, tidak berbeda dengan penyakit lain kekebalan terhadap cacar hanya terjadi pada seseorang setelah dia mendapat vaksinasi atau mengalami infeksi alamiah.
Vaksinasi cacar tidak dilakukan lagi sementara virus cacar sudah tidak lagi ada di dunia ini kecuali di dua tempat yang oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) disepakati sebagai tempat yang dipercaya untuk menyimpan sisa virus cacar dengan pengawasan ketat yaitu State Research Center of Virology and Biotechnology, Koltsovo, Novosibirsk, Republik Federasi Rusia dan di Center for Disease Control and Prevention (CDC) Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, vaksinasi cacar bahkan telah dihentikan sejak tahun 1972.
Oleh karena itu, sekarang kita baru sadar bahwa separo dari seluruh populasi dunia saat ini diperkirakan tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit cacar. Mereka adalah anak-anak dan pemuda yang secara imunologis naïve atau tidak memiliki kekebalan samasekali terhadap penyakit cacar dan mereka yang meskipun telah divaksinasi namun kekebalannya telah menurun.
Pertanyaannya adalah dengan kenyataan separo populasi dunia tidak pernah lagi divaksinasi cacar dan secara imunologis naive , mungkinkah cacar muncul kembali ?
Nyaris dilupakan
Tiga puluh tahun sejak kemenangan dunia melawan penyakit cacar, penyakit itu sudah lenyap dari banyak buku ajar ilmu kedokteran , sementara itu banyak tenaga kesehatan belum pernah melihat sendiri penyakit ini.
Cacar disebabkan oleh virus variola dari genus orthopoxvirus. Virus dapat bertahan hidup selama beberapa jam di luar tubuh manusia asalkan tidak terkena sinar matahari atau sinar ultraviolet. Penyakit cacar memiliki dua bentuk utama yang disebut variola major dan variola minor. Keduanya memiliki persamaan kelainan kulit akan tetapi gejala kliniknya ringan pada variola minor dan berat pada variola major.
Masa inkubasi 12 – 14 hari setelah itu diikuti gejala mirip influenza, demam, sakit punggung yang berat dan muntah. Dua atau tiga hari setelah itu, demam turun diikuti keluarnya ruam kulit yang khas mulai dari wajah, tangan, lengan , kaki dan tungkai dan dalam beberapa hari meliputi seluruh tubuh. Pola timbulnya kelainan kulit dari tepi ke arah tubuh ini (sentrifugal) merupakan ciri khas cacar yang membedakan dari penyakit cacar air yang sampai sekarang masih sering ditemukan pada anak , yang bersifat sentripetal dimulai dari tubuh baru kemudian menyebar ke tepi.
Kelainan kulit dimulai ruam kemerahan diikuti gelembung kecil berisi cairan, lalu berisi nanah kemudian pecah dan menjadi keropeng mengering dan akhirnya terkelupas. Semua terjadi serentak dan sama rupa (uniform) berbeda dengan kelainan kulit pada cacar air (chickenpox/varicella) yang bersifat banyak rupa yaitu pada suatu saat terdapat berbagai jenis kelainan kulit. Meskipun gambaran klinisnya mirip dengan cacar, penyakit cacar air yang banyak menyerang anak-anak dewasa ini bukanlah penyakit yang satu rumpun dengan penyakit cacar.Varicella atau cacar air disebabkan oleh virus herpes atau varicella-zooster virus. Perjalanan klinisnya relatif sangat ringan dapat sembuh dengan sendirinya dan jarang menimbulkan kematian.
Sementara itu, angka kematian variola minor 1 persen sedangkan variola major mencapai 30 persen. Variola menyerang tanpa pandang bulu. Meskipun kini nyaris dilupakan, dahulu variola dikenal sebagai penyebab kematian beberapa raja dan ratu di Eropa antara lain Ratu Mary II dari Inggris, Kaisar Joseph I dari Austria, Raja Luis I dari Spanyol, Tsar Peter II dari Rusia dan Raja Louis XV dari Prancis
Di Indonesia penderita penyakit cacar terakhir ditemukan pada 23 Januari 1972 di desa Gaga , kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang, Jawa Barat. Setelah dilakukan evaluasi oleh komisi independen yang terdiri atas pakar penyakit cacar dari Malaysia, Singapura, Filipina, Australia, Jepang yang diorganisir oleh WHO, secara resmi Indonesia dinyatakan bebas cacar pada tanggal 25 April 1974.
Fakta dan fiksi
Ancaman munculnya kembali penyakit cacar di dunia , dikemukakan oleh pembicara dalam suatu lokakarya Smallpox Biosecurity Preparedness, yang diselenggarakan di Kuala Lumpur tahun 2004. Lokakarya internasional itu membicarakan tentang kemungkinan munculnya kembali penyakit cacar di dunia dan bagaimana cara menanggulanginya.
Penyakit cacar diduga akan muncul kembali melalui biological weapon atau senjata biologis. Sesuatu yang diluar jangkauan pemikiran masyarakat pada umumnya namun mungkin terwujud dalam situasi terpojok oleh masyarakat yang mampu memiliki teknologi senjata biologis tersebut.
Dalam berbagai film dan tayangan televisi terkait bioterorisme menggunakan virus cacar digambarkan seolah penyakit cacar akan segera muncul begitu seseorang terkena virus cacar. Faktanya hal itu tidaklah benar. Karena infeksi oleh virus cacar memerlukan masa inkubasi sebelum menimbulkan gejala dan tanda penyakit cacar.
Masa inkubasi tanpa gejala penyakit cacar berkisar 12 – 14 hari dengan rentang waktu 7 – 17 hari. Selama masa inkubasi ini mereka yang terinfeksi tidak akan dapat menularkan penyakit ke orang lain.
Dalam film fiksi tentang penyakit cacar digambarkan bahwa seorang yang terinfeksi dapat menularkan pada 20 orang lainnya. Faktanya penyakit cacar meskipun merupakan penyakit yang menular akan tetapi menularnya tidaklah sehebat itu. Pengalaman wabah penyakit cacar yang lalu sebelum dieradikasi pada tahun 1980 menunjukkan bahwa penderita cacar memeperoleh infeksi setelah bergaul erat dengan penderita lainnya yang serumah atau berdekatan rumah tinggalnya. Jadi bukan oleh karena kontak yang berlangsung singkat. Namun cacar memang mampu menular ke 5 – 6 orang lainnya yang berhubungan erat dengan kasus.
Keadaan itulah yang mengilhami cara pemberantasan cacar dengan ring vaccination yaitu metoda yang digunakan pada tahun 1967 dan berhasil dalam program eradikasi cacar. Vaksinasi diberikan pada semua orang yang kontak dengan penderita cacar serta kepada orang yang berhubungan dengan orang yang kontak dengan penderita penyakit cacar. sehingga letupan kasus cacar dapat dihentikan di suatu daerah.
Dengan ring vaccination cacar telah berhasil diberantas dari muka bumi.
Respons wabah
WHO fact sheet on Smallpox , Okober 2001 menjelaskan bahwa pada situasi wabah, upaya harus ditekankan pada pencegahan penyebaran penyakit dan perlu diingat selama masa inkubasi sampai timbulnya demam , penyakit cacar belum mampu menular.
Vaksinasi cacar juga cepat sekali menghasilkan kekebalan. Jika diberikan segera sampai 4 hari setelah kontak sebelum kelainan kulit muncul, vaksin akan mampu melindungi.
Pengamatan penyakit cacar (smallpox surveillance) amat mudah dilakukan karena gejalanya jelas. Diikuti dengan pencegahan penularan dan penyebaran penyakit melalui identifikasi orang yang kontak dan melakukan ring vaccination biasanya wabah dapat diatasi.
Penderita cacar harus diisolasi dan semua orang termasuk petugas kesehatan yang merawat divaksinasi. WHO telah mengevaluasi ketersediaan vaksin di dunia, dan berdasar survei tahun 1998 tersedia 90 juta dosis vaksin. Bibit virus cacar (vaccinia virus strain Lister Elstree) yang digunakan untuk memproduksi vaksin masih disimpan di WHO Collaborating Center for Smallpox di Bilthoven, Negeri Belanda.
Evaluasi yang dilakukan oleh Centre for Disease Control and Prevention (CDC) Atlanta, Amerika serikat menyatakan bahwa kemungkinan penggunaan senjata biologis virus Cacar belum diketahui, namun kemungkinannya dipandang sangat kecil.
Meskipun demikian sejak pertemuan Advisory Committee on Immunization Practice (ACIP) dan National Vaccine Advisory Commiittee (NVAC) 9 Mei 2002 , Amerika Serikat menyediakan 286 juta dosis vaksin untuk berjaga-jaga apabila hal itu terjadi.
Meski kecil kemungkinannya, penyakit cacar mungkin mucul kembali. Tak perlu panik. Kita boleh belajar kembali gejala penyakit cacar agar kita mampu mengenal dan mencegahnya. Dalam pencegahan penyakit infeksi yang potensial menimbulkan kematian tidak ada kata lengah , kita harus mampu menangani pencegahannya termasuk diagnosis dini dan tatalaksana kasus secara baik dan benar.
dr. Santoso Soeroso, Sp A (K), MARS adalah Pengamat Masalah Penyakit Infeksi, tinggal di Depok.
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.