Achmad Noe'man

Masjid Salman ITB: Kualitas Arsitek Terlihat dari Sudut Bangunannya


Wajah depan Masjid Salman ITB, Ir. Achmad Noe’man (1963).

Ketika berkunjung ke kampus ITB untuk suatu urusan di pertengahan 2010. Saya baru tahu kalau Masjid Salman terletak tepat di seberang kampus arsitektur Jalan Ganesha. Saya sempatkan untuk beribadah di masjid ini, yang sebelumnya hanya saya lihat di majalah atau internet. Sendiri kemudian saya mengapresiasi desain Pak Achmad Noe’man ini dari dalam hingga keliling luar; selubung persegi, sederhana dan proporsional-dalam arti tidak dilebih-lebihkan atau kekurangan-dalam desain. Selubung bangunan di keempat sisinya diselesaikan dengan baik dan khusus seolah tanpa pengecualian dengan menyesuaikan fungsi interior dan respon lingkungan luarnya.


Kemudian saya lebih detail lagi ke arah sudut bangunan. Ketika melihat susunan dinding roster merah yang bertemu di sudut tiang, dari sini saya membatin; kiranya arsitek yang bagus itu terlihat dari penyelesaiannya pada bagian sudut bangunan, sudut-sudut bangunan terpikir oleh saya menentukan kualitas si arsitek. Perancang-perancang bangunan sering terjebak pada permainan facade utama saja dan melewatkan bagian sudut yang sekedar terputus atau penyelesaian sisa dari kedua sisi yang bertemu, apalagi saat ini ragam material dengan corak bahan dan warna memungkinkan variasi facade yang menonjol. Entah bagaimanapun, sudut kadang-kadang dapat menunjukkan sejauh mana jangkauan kualitas si arsitek terhadap rancangannya.

Masjid Salman: sudut depan bagian utara.
Masjid Salman: sudut depan bagian selatan

Kiranya anggapan ini semakin kuat, kalau kita kembali melihat karya Mies pada Gedung Seagram (1958). Bagaimana beliau sangat menaruh perhatian pada detail. Lekukan baja yang menerus pada luar bangunan adalah bentukan dari tangan Mies sendiri. Hasilnya terlihat sederhana tapi ternyata tidak sederhana dalam pengerjaannya. Kebanyakan arsitek menilai bahwa ide keseluruhan adalah yang paling penting, tapi tidak demikian, detail lah yang membuat bangunan bagus secara keseluruhan, demikian kira-kira ungkapan Philip Johnson, rekan arsitek yang ikut membantu Mies merancang Seagram.



Gedung Seagram, Mies Van Der Rohe (1958).

Sudut Gedung Seagram
Detail sudut Gedung Seagram


Dari kedua contoh bangunan yang bernuansa arsitektur modern di atas, kiranya ada pelajaran yang dapat diambil dari kesederhanaannya, “In der Beschraenkung zeigt sich der Meister”. Orang yang tahu membatasi diri membuktikan diri seorang ahli. 


Sumber:

  • Foto Masjid Salman ITB, dokumentasi arsitekemarinsore.
  • Imej Seagram Building, google.
  • American architecture now; Philip Johnson, with Barbaralee Diamonstein (1986).
  • Wastu Citra, Dipl. Ing. Y.B. Mangunwijaya (1988).

Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Paling Populer

To Top