Agama

Makalah PPMDI – ISLAM DALAM DUNIA ISLAM DEWASA INI


 

ISLAM
DALAM DUNIA ISLAM DEWASA INI


BAB I
PENDAHULUAN

 

A.     
Latar Belakang Masalah

Menyoroti kondisi Islam didunia, tentu banyak
segi sorotan yang harus kita cermati. Islam saat ini sudah menyebar begitu luas
disetiap penjuru dunia. Umat Islam berasal dari berbagai bangsa, suku, dan
budaya. Mereka berbicara dalam berbagai bahasa dan melakukan adat serta
kebiasaan yang berbeda. Di Arab misalnya, Arab menjadi pusat perhatian dunia
karena sebagai negeri peletak lahirnya peradaban Islam. Ini ditandai dengan
banyaknya jumlah pengunjung diseluruh penjuru dunia terutama jama’ah haji
setiap tahunnya untuk melakukan periberibadatan ke Mekah. Maka tak heran,
negeri yang tak diberkahi kekayaan akan hasil alam ini,  mampu berkembang begitu pesat.

Namun, kita lihat sampai saat ini pun,
mayoritas umat Islam tinggal di Asia dan Afrika, bukan di wilayah Arab. Hanya
sekitar seperlima dari masyarakat Muslim merupakan bangsa Arab. Komunitas
Muslim terbesar terdapat di Indonesia, Bangladesh, Pakistan, India, dan
Nigeria, bukan di Arab Saudi, Mesir dan Iran. Selain itu, jutaan Muslim tinggal
di Eropa, Amerika dan Kanada.

B.      
Tesis Statemen

Dari jutaan penganut Islam diseluruh penjuru
dunia, Islam menciptakan peradaban yang berbeda-beda baik dari segi agama,
sosial, politik dan ekonomi disetiap negaranya. Namun walaupun berbeda-beda,
Islam tetap memiliki karakter satu kesatuan yang khas dimana setiap orang
mengenal bahwa itu peradaban Islam. Ini menandakan terdapat berbagai macam
penggambaran dan realitas tentang Islam. Dari hal tersebut penulis menujui akan
adanya peradaban Islam dalam dunia Islam dewasa ini.
 

C.     
Outline

Pada pembahasan
Islam dalam dunia Islam dewasa ini, memang benar mengalami begitu banyak
perubahan. Baik dari zaman, peradabannya, hakikatnya dan lain-lain.


BAB II
ISI RINGKASAN

Dari sudut
pandang tradisional, islam merupakan suatu agama dari wahyu ilahi yang
akar-akarnya terkandung dalam Kitab Suci Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad,
baik tertulis maupun lisan dan sakral yang berlangsung 1400 tahun lamanya.
Dalam ortodoksinya, Islam telah mencakup Sunni dan Syi’ah, dan juga dimensi
esoteris dari tradisi yang terkandung dalam sufisme. Selain menghasilkan
mazhab-mazhab hukum (syari’ah), Islam juga telah menghasilkan teologi,
filsafat, seluruh perangkat seni dan ilmu pengetahuan, suatu sistem pendidikan
yang khas, belum termasuk politik, ekonomi, sosial, dan struktur keluarga serta
norma-norma etis dan moral yang mempunyai struktur yang sling terkait satu sama
lain.

Dalam
lingkup Islam tradisional, “dunia” dibagi menjadi tiga, yaitu:

1.   
Dar al-Islam (tempat kediaman Islam), di mana Islam berkuasa sebagai agama
mayoritas, yaitu di mana hukum suci Islam (syari’ah) mengatur kehidupan
manusia.

2.   
Dar al-sulh (tempat kediaman), di mana kaum muslimin hidup sebagai minoritas,
tetapi mereka berada dalam kedamaian dan dapat melaksanakan ajaran agamanya
secara bebas.

3.   
 Dar al-harb (tempat konflik atau perang), di mana kaum muslimin bukan hanya
minoritas, melainkan juga berada dalam keadaan konflik dengan berjuang melawan
lingkungan politik dan sosial eksternal agar dapat melaksanakan ajaran agama
mereka.

Jika
sekularisme tidak menyusup masuk ke dunia Islam sejak abad ke-19, dunia Islam
hanya dapat diartikan sebagai dar al-Islam. Tetapi, situasi dewasa ini
semakin rumit oleh kenyataan bahwa pada banyak bagian dar al-Islam itu
sendiri kekuatan-kekuatan non-Islami telah memperoleh suatu pijakan. Jadi,
dunia Islam dewasa ini dapat diartikan sebagai bagian dari dunia, tanpa
memandang apakah kaum muslimin merupakan mayoritas bahkan jika tingkat rasa
cinta kaum muslimin pada kawasan ini tidak persis sama.

Masalah
sikap dan tingkat kecintaan kaum muslim terhadap Islam itu sendiri merupakan
suatu masalah penting dalam pembicaraan mengenai peranan Islam di dunia Islam
dewasa ini. Pada masa modern, kekuatan-kekuatan seperti kolonialisme,
nasionalisme sekuler, rasialisme, dan humanisme ala Barat telah menyebabkan
perbedaan penting dalam sikap dan tingkat kecintaan banyak muslim terhadap
Islam. 

Unsur
penting lain dalam studi tentang Islam dalam dunia Islam dewasa ini adalah
seluruh hakikat agama Islam yang terkandung di dalamnya, meskipun proses
sekularisasi sekarang telah mempengaruhi tingkat dan kecintaan kebanyakan
muslim terhadap agama Islam, khususnya di kota-kota besar yang merupakan pusat
pengambilan keputusan.

Selama
dua belas abad pertama dari keberadaan historisnya, Islam hidup dengan
kesadaran penuh akan kebenaran dan realisasi janji Tuhan kepada kaum muslimin
bahwa mereka akan mencapai kejayaan jika mereka mengikuti agamanya. Namun,
kemudian dunia Islam dikalahkan oleh kekuatan-kekuatan non-Islam di mana-mana
dan dengan cara yang tak dapat diubah lagi. Pada awal abad ke-19  kaum cendekiawan muslimin menyadari bahwa ada
yang tidak beres, sebagaimana disinggung oleh W.C Smith, sarjana Barat tentang
Islam. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya hal tersebut, diantaranya:

1.   
Ada sesuatu
yang tidak beres dengan dunia ini, sebagaimana yang tertera dalam Al-Qur’an dan
hadits. Kemunduran Islam merupakan suatu bukti tentang kebenaran pesan Islami
yang telah diramalkan.

2.   
Kaum muslimin
telah berhenti mengikuti ajaran Islam yang sebenarnya. Kaum muslimin harus
kembali ke agama yang murni dan dengan penuh keperkasaan menghancurkan
kekuatan-kekuatan non-Islam, serta melarikan diri dari hukuman yang diterima
dari Tuhan karena kelalaiannya terhadap agama.

3.   
Ajaran Islam
harus diubah, dimodifikasi, disesuaikan atau diperbaiki agar sesuai dengan
kondisi-kondisi modern dan mampu menyesuaikan dirinya dengan dunia modern guna
mengatasi dominasi Barat.

Dalam
beberapa hal, unsur-unsur tersebut tercampur aduk satu sama lain.
Kecenderungan-kecenderungan mahdiisme, puritanis, atau fundamentalis tercampur
dengan unsur-unsur reformis modern dalam pikiran-pikiran ajaran seorang tokoh
atau mazhab tertentu. Reaksi-reaksi ini terus menjiwai golongan-golongan
tertentu dari masyarakat Islam selama abad berikutnya sampai perang dunia II
meski gelombang mahdiisme secara bertahap mengalami kemunduran setelah
melahirkan gejala lain seperti pergerakan Ahmadiyah di India dan Pakistan,
pergerakan Babi Bahai di Persia, dan negara Mahdi di Sudan.

Dengan
berakhirnya perang dunia II, terjadi kejadian-kejadian tertentu yang
membangkitkan pergerakan-pergerakan yang telah muncul sebagai reaksi murni
Islam terhadap dominasi Barat atas dirinya. Pertama, hampir seluruh dunia Islam
menjadi merdeka secara politik, tetapi sebagai negara kebangsaan sesuai dengan
model-model negara bagian Eropa. Kebebasan ini membawa harapan akan kebebasan
kultural dan kebebasan sosial lebih besar. 
Kedua, kekayaan yang melimpah ruah tumpah ke banyak dunia Islam mambawa
akselarasi proses industrialisasi dan modernisasi serta mempertinggi
ketegangn-ketegangan yang telah ada antara Islam dan etos peradaban Barat
modern.

Setelah
perang dunia II, berbagai kekuatan nasionalistik yang dalam banyak hal
dicampuradukkan dengan perasaan religius dengan cara tertentu, dimanipulasi
dengan berbagai cara yang memungkinkan guna mencapai maksud dan tujuan dari
kekuatan-kekuatan yang bersangkutan. Manipulasi ini merupakan faktor yang perlu
diperhitungkan jika orang ingin memahami keadaan Islam dan kekuatan-kekuatan
Islam dalam dunia Islam dewasa ini.

Berdasarkan
reaksi-reaksi yang lebih awal dari dunia Islam terhadap dunia Barat serta
kekuatan-kekuatan dn perubahan-perubahan baru yang muncul di dunia Islam sejak
perang dunia II, kini terbuka kemungkinan untuk menjelaskan keadaan dari
kekuatan-kekuatan, pergerakan-pergerakan, dan kecenderungan-kecenderungan yang
mempengaruhi dan membentuk dunia Islam dewasa ini.

Pertama,
ada sejumlah kekuatan yang berbeda satu sama lain dalam banyak wujud dasarnya
yang mewarisi tipe reaksi Wahhabi terdahulu terhadap dunia Barat, yang biasa
disebut fundamentalis, meskipun istilah ini mengandung konotasi Kristen
Protestan, sehingga tidak dapat diterapkan seutuhnya untuk situasi Islam.
Kekuatan-kekuatan ini terutama terpusat di Arab Saudi yang secara resmi
mengikuti tafsiran Wahhabi tentang Islam dan sejak permulaannya dihubungkan
dengan suatu kelompok sarjana Islam di Hijaz dan khususnya Madinah, termasuk
kaum Neo-Wahabi di Mesir, Syiria, Yordania, dan negara-negara lain dekat Arab
Timur.

Reaksi
kedua, yaitu dengan adanya dukungan terhadap salah satu bentuk modernisme
menyebabkan munculnya kekuatan-kekuatan yang watak dan tingkat Islamitasnya
telah terbuka terhadap perdebatan. Dari perdebatan ini  berkembang istilah nasionalisme Islam, yaitu
suatu cara berpikir yang menerima Islam dan bentuk kebangsaan tertentu dan
berusaha mempersatukan mereka satu sama lain.

Bentuk
pergerakan lain yang telah tumbuh dari segi-segi proses modernisasi dalam duni
Islam dan digemari di kalangan kaum muslimin muda selama dua dasawarsa yang
lampau adalah sosialisme Islam atau Marxisme Islam. orang-orang yang mengikuti
pergerakan ini pasti dipengaruhi oleh Soviet dan dunia sosialis serta dukungan
nyata mereka yang pro-Arab dan pro-Islam menyebabkan masalah seperti sengketa
Arab-Israel. Sementara itu Marxisme Islam merupakan suatu tesis yang muncul
terkait dengan kelompok-kelompok ekstrem tertentu di Timur Tengah yang
menganggap dirinya sebagai muslim tetapi menggunakan hampir seluruh ideologi
politik marxis dan juga sarana-sarana pencapaian tujuan-tujuan mereka.

Peristiwa-peristiwa
perubahan besar akhir-akhir ini juga menghidupkan kembli pergerakan Mahdiisme
yang sudah tidak aktif lagi selama lebih dari seabad sejak gelombang pertemuan
pertama antara Islam dan dunia modern.

Akhirnya,
ada suatu jenis kekuatan atau kehadirn keempat dalam dunia Islam kontemporer,
yaitu kebangkitan tradisi Islam dari dalam oleh orang-orang yang telah
mengalami dunia modern sepenuhnya dan orang-orang yang menyadari sepenuhnya
akan sifat dunia modern dan seluruh masalah mengenai hakikat filosofis, ilmiah,
dan sosial yang diajukannya. Bagi kelompok ini, Islam adalah Islam tradisional
dengan akar-akarnya tertanam di langit dan cabang-cabangnya menyebar keseluruh
dunia menjangkau suatu ruang yang terbentang dari Atlantik hingga Pasifik dan
dalam suatu waktu yang merentang meliputi empat belas abad. Bagi mereka,
kebangkitan dunia Islam harus bersamaan dengn kebangkitan kaum muslimin itu
sendiri. Mereka menekankan perubahan batin masyarakat Islam secara keseluruhan.
Sikap mental mereka terhadap dunia, termasuk dunia modern, bukanlah penerimaan
pasif. Mereka mengkritik dunia modern berdasarkan prinsip-prinsip abadi dan
memandangnya sebagai suatu kanvas menarik dari jauh, tetapi kemudian terlihat
menjadi alam ilusi keika jaringannya dilihat dari dekat.

Keempat
jenis kelompok atau pergerakan dalam dunia Islam dewasa ini, yaitu
fundamentalis, modernis, mahdiis, dan tradisional tentu tidak selalu tertutup
satu sama lain, meskipun sikap tertentu seperti tradisional tidak mencakup sikp
lainnya, misalnya modernis.

 

BAB III
ANALISA

        1.       
Kritik terhadap
Barat

  Nasr menyatakan bahwa peradaban modern yang berkembang di Barat
sejak zaman Renaisans adalah sebuah eksperimen yang telah mengalami kegagalan
yang sangat parah. Kegagalan peradaban modern tersebut, menurut Nasr, di
sebebabkan oleh kesalahan konsep yang melandasinya. “Peradaban modern telah di
tegakan di atas landasan konsep mengenai manusia yang tidak menyertakan hal
yang paling esensial bagi manusia sendiri.

Di sisi lain, Nasr mengkritik proses pemberatan terhadap umat
islam. Ia menyatakan, saat ini proses pemberatan terhadap umat islam sudah
mengalami titik puncaknya. Beberapa bagian dimensi kehidupan, terutama tentang
moral, politik, ekonomi, dan sains mengalami westernisasi yang luar biasa.

Negara-negara
Islam atau yang mayoritas penduduknya Islam tidak memiliki strategi pembangunan
yang benar-benar didasarkan pada prinsip Islam. Namun, yang mencoba melakukan
eksperimen ekonomi Islam barulah Malaysia dan Iran. Sedangkan Indonesia
menggunakan sistem ekonomi ”campuran“. Adanya fenomena-fenomena mungkin tanpa
kita sadari telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging dalam perlakuan
kita sehari-hari. Telah kita ketahui zaman jahiliyah
merupakan zaman yang penuh dengan kebobrokan moral dan akhlak.[1]

Masyarkat Barat memuja-muja sains dan teknologi yang bebas nilai.
Akibatnya, tanpa disadari integritas kemanusian tereduksi, selanjutnya
terperangkap dalam jaringan sistem rasionalitas teknologi industri yang mengabaikan
moral.

Dunia modern, dalam pengamatan Nasr, di tandai oleh kecemasan
terhadap bahaya perang, krisis ekologi, polusi udara dan air. Masalah yang paling
akut dihadapi manusia modern bukan muncul dari situasi keterbelakangan (underdevelopment),
melainkan justru dari keterlalumajuan (overdevelopment). Lebih dari itu,
semua masalah dan krisis peradaban modern berakar pada polusi jiwa manusia yang
muncul begitu manusia Barat mengambil alih peran ketuhanan di muka bumi dengan
menyingkirkan dimensi ilahi dari kehidupanya. Nasr memandang manusia modern
yang memperlalukan alam seperti memperlakukan pelacur dan mengambil kepuasan
dari alam tanpa tanggung jawab apa pun.[2]

        2.       
Spiritualisme
dan Sufisme

Menurut Nasr, salah satu solusi atas problem manusia modern adalah
spiritualisme atau sufisme. Memang Nasr memiliki kepedulian yang tinggi atas
dunia esoteris. Ia berpandangan amat positif terhadap sufisme. Menurutnya,
dengan menolak sufisme dan mengkambing hitamkanya sebagai penyebab kemunduran
umat, Islam akan tereduksi hingga yang tersisa hanyalah doktrin fikih kaku,
yang pada gilirannya juga tidak mampu menghadapi serangan bertubi-tubi dari
intelektual barat.[3]

Menurut Nasr, setidaknya ada tiga tujuan mensosialisasikan sufisme
kepada masyarakat Barat, yaitu pertama, menyelamatkan kemanusian dari kondisi
kebingungan sebagi akibat hilangnya nila-nilai spiritul, kedua memperkenalkan
aspek esoteris Islam bak terhadap masyarakat Islam maupun masyarakat Barat,
ketiga menegaskan kembali bahwa aspek esoteris/sufisme adalah jantung ajaran
Islam sehingga bila wilayah ini kering dan tidak lagi berdenyut, keringlah
aspek-aspek ajaran Islam yang lain.

Dalam hal ini Nasr menegaskan bahwa “thariqah” atau jalan rohani”
yang biasanya dikenal sebagai tasawuf merupakan dimensi kedalam dan kerahasian
dalam islam, sebagaimana syariat berakar pada Al-Quran dan sunah. Dalam
mewujudkan tujuan tersebut harus bertitik tolak pada pendekatan
historis-kultural tanpa melupakan prinsip dasar sufisme.

Menurut Nasr, sufisme adalah rohnya ajaran Islam dan sumber
kehidupan yang mengatur seluruh organisme keagamaan dalam Islam. Hal ini dapat
dimaklumi karena tasawuf dapat membangkitkan cinta membara dalam wujud
kemurnian spiritual menuju ma’rifat.[4].

Keyakinan Nasr akan pengaruh sufisme di Barat tampak dari
pernyataan yang optimis. Menurutnya, besar kemungkinan dalam waktu dekat
sufisme akan memperlihatkan pengaruhnya di Barat. Pengaruh ini terjadi pada
tiga level. Pertama, ada kemungkinan sufisme tersebut dilaksanakan secara
aktif. Ada sekelompok kecil orang-orang tertentu di Barat yang telah
mempratikkan sufisme secara serius, dan beberapa cabang sufisme cabang-cabang
yang otentik di sana. Kelompok ini pasti akan berkembang walaupun tidak dapat
menampung semua orang Barat yang pada saat ini tertarik keapada sufisme.

Level kedua, mungkin sekali sufisme mempengaruhi dunia Barat
melalui perkenalannya dengan Islam dalam bentuknya yang lebih menarik. Mereka
akan menemukan di dalam praktik-praktik Islam segala sesuatu yang sedang mereka
cari pada saat ini melalui sufisme.

Level ketiga, sufisme dapat memainkan peran penting di Barat, yaitu
untuk mengingatkan dan menjagakan orang-orang Barat dari tidurnya. Karena
sufisme itu adalah tradisi yang masih hidup dan kaya dengan doktrin-doktrin
metafisis, doktrin-doktrin kosmologis, sebuah psikologi dan psikoterapi
keagamaan yang hampir tak pernah dipelajari di Barat, sebuah doktrin mengenai
seni religius dan sains-sains tradisional, ia dapat menghidupkan kembali
berbagai aspek tradisi Baat yang pada saat ini telah dilupakan.[5]

Menurut
Huntington[6] di
dunia ini ada 9 peradaban besar,
yaitu: Barat, Konfusius,
Jepang, Islam, Hindu, Cina, Amerika Latin, Kristen Ortodoks, dan Afrika. Namun
hanya dua peradaban yang menjadi favorit pembahasannya yakni Barat dan Islam.
Huntington mengemukakan ada enam alasan pokok mengapa benturan peradaban akan
menjadi sumber konflik utama di masa pasca perang dingin ini

1.    Kenyataan
bahwa perbedaan antar peradaban tidak hanya riil, tapi juga mendasar.

2.    Dunia
yang makin menyempit mengakibatkan interaksi makin meningkat, sehingga
pergesekan-pergesekan antar budaya dan peradaban makin kuat.

3.    Proses
modernisasi ekonomi dan perubahan sosial dunia yang telah membuat masyarakat
tercabut dari identitas lokal dan memperlemah negara bangsa sebagai sumber
identitas mereka.

4.    Terjadinya
konflik peradaban akibat tumbuhnya kesadaran peradaban akibat benturan dengan
dunia Barat.

5.    Karateristik
dan perbedaan budaya kurang bisa menyatu dibanding dengan karateristik dan
perbedaan politikekonomi.

6.    Munculnya
regionalisme ekonomi yang semakin meningkat.

Penulis
menyetujui bahwa ada yang tidak beres dengan dunia ini karena saat ini Islam mengalami
kemunduran. Hal tersebut berbeda dengan Islam pada masa awal yang hidup dengan
kesadaran penuh akan kebenaran dan realisasi janji Tuhan kepada kaum muslimin
sehingga Islam mengalami kemenangan. Adanya pengaruh barat dalam dunia Islam
dewasa ini telah mempengaruhi sikap dan kecintaan umat muslim terhadap islam.
Oleh karena itu, ajaran islam harus disesuaikan atau diperbaiki dalam hal
furu’iyahnya agar sesuai dengan kondisi-kondisi modern dan mampu menyesuaikan
dengan dunia  modern serta dapat mengatasi
dominasi Barat.

Pada
kenyataanya, Islam dewasa ini telah mengalami kemunduran. Hal itu disebabkan
karena kemajuan zaman, terutama karena adanya pengaruh peradaban Barat.
Pengaruh Barat tersebut, terlihat pada aspek moral, politik, ekonomi, dan
saintek. Masyarakat Islam dewasa ini banyak yang memiliki tingkat kecintaan
terhadap Islam yang rendah karena terpengaruh oleh budaya Barat. Umat Islam
yang benar-benar mencintai Islam dan mengamalkan ajaran Islam dengan sepenuhnya
hanya sebagian saja. Kebanyakan dari mereka tidak dapat menghadapi
tantangan-tantangan di masa modern ini sehingga mereka terbawa kedalam
peradaban Barat dan tidak lagi menjalankan ajaran Islam sepenuhnya.

   Dewasa
ini, berkembang istilah terorisme dalam dunia Islam. Menurut peraturan pemerintah
pengganti Undang-Undang RI no 1 tahun 2002 pasal 6, tindak pidana terorisme
adalah yang mengandung unsur pelaku kejahatan, kekerasan atau ancaman kekerasan
(intimidasi), korban kecelakaan, termasuk kerusakan dan kehancuran obyek-obyek
vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas
internasional.[7]

Isu
terorisme menjadi hangat pasca tragedi WTC tanggal 11 September 2001, di mana
Presiden Amerika Serikat, George Walker Bush menuduh Usamah bin Ladin terlibat
dalam aksi teroris yang dituduh menyerang gedung WTC dan Pentagon. Kejadian
tersebut menimbulkan opini dunia bahwa konotasi teroris adalah Islam
fundamentalis, Islam militan, Islam radikal atau Islam ekstrim. Pemberian nama
(labelling) teroris kepada kelompok Islam tertentu semakin kuat dan
meluas sehubungan dengan tuduhan kepada jaringan Al-Qaidah, yaitu jaringan
teroris internasional yang terdapat di seluruh dunia, khususnya di Asia
Tenggara termasuk Indonesia.[8]

Akhir-akhir
ini juga berkembang fenomena ISIS (Islamic State
of Iraq and Syiria
) yang menggemparkan dunia. ISIS terbentuk pada 3 Januari
2014 dan mendeklarasikan ke-khalifah-an pada 29 Juni 2014. Ideologi ISIS
dicirikan sebagai Salafy Jihadi, Wahhabism, ke-khalifa-han, serta sikap
anti Syiah yang kuat. Saat ini sebagai khalifah bentukan ISIS adalah Abu Bakr
al-Baghdadi. Tidak mau kalah dengan ISIS, faksi al Qaidah Jabath Nusroh
beberapa waktu kemudian mengumumkan kekuasaan “Emirat Islam” di wilayah yang
mereka kuasai. Gerakan Boko Haram di Somalia pada Agustus 2014 juga
mendeklarasikan ke-khalifah-an Islam dengan pimpinan mereka sebagai khalifah-nya.

Di Indonesia sendiri, beberapa kelompok Islam garis keras cukup
antusias memberikan dukungan kepada ISIS dan ke-khilafah-an yang mereka
bentuk. Pada Februari, sejumlah kelompok Islam yang berjumlah ratusan yang
menamakan diri sebagai Forum Aktivis Syariat Islam (FAKSI) menyatakan baiatnya
kepada amir ISIS. Setelah ISIS mendeklarasikan khilafah Islamiyah pada
29 Juni 2014 maka seminggu kemudian ratusan orang dengan bendera FAKSI tangal 6
Juli 2014 menyatakan baiatnya kepada ke-khilafah-an ISIS. Sebagian besar
peserta berasal dari beberapa daerah di Jawa Barat, Banten, Lampung dan Riau.[9]

   

BAB IV
PENUTUP

A.     
Kesimpulan

Islam dalam dunia islam dewasa ini berbeda dengan Islam
tradisional. Islam dewasa ini sudah mengalami perubahan-perubahan dan terdapat
dominasi dari Barat. Masalah yang paling penting tentang Islam dalam dunia
Islam dewasa ini adalah sikap dan tingkat kecintaan kaum muslim terdhadap Islam
itu sendiri serta seluruh hakikat agam Islam yang terkandung didalamnya. Jika
orang ingin memahami keadaan Islam dan kekuatan-kekuatan Islam dalam dunia
Islam dewasa ini maka salah satu faktor yang perlu diperhitungkan adalah
memanipulasi kekuasaan nasionalitik yang dalam banyak hal dicampuradukan dengan
perasaan religus dengan cara tertentu.

Dalam dunia Islam dewasa ini, muncul empat jenis kelompok atau
pergerakan, yaitu fundamentalis, modernis, mahdiss, dan tradisional yang
masing-masing tidak selalu tertutup satu sama lain, meskipun sikap tertentu
seperti tradisional tidak mencakup sikap lainya, misalnya modernis. Pada masa
modern ini, telah muncul kebangkitan tradisi Islam atau dalam oleh orang-orang
yang telah mengalami dunia modern sepenuhnya dan orang-orang yang menyadari
sepenuhnya akan sifat dunia modern dan seluruh masalah mengenai hakikat
filosofis, ilmiah, dan sosial yang diajukanya.

B.      
Saran

1.   
Teoritis

Penulis
menyarankan agar makalah ini dijadikan referensi untuk penulisan makalah
selanjutnya.

2.   
Praktis

Penulis
menyarankan kepada semua umat Islam untuk melaksanakan ajaran Islam dengan
seutuhnya serta berpegang teguh kepada Al-Quran dan hadist agar tidak mudah
terpengaruh dengan peradaban dan budaya Barat yang telah mendominasi dunia
Islam.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Maulani, ZA, dkk. 2002. Terorisme dan Konspirasi Anti-Islam.
Jakarta: Pustaka Al- Kautsar.

Nasution,Harun dan Azyumardi Azra. 1985. Perkembangan Modern
dalam Islam.
(Yayasan Obor Indonesia: PT Midas Surya Grafindo).

Saefudin, Didin. 2003. Pemikiran Modern dan Postmodern Islam.
(Jakarta:PT Grasindo).

http://sobecan.blogspot.co.id/2015/06/tragis-inilah-berita-dunia-islam.html diambil pada tanggal 10 Oktober 2016 pada pukul 17.01 WIB

Fitria, Vita. Konflik Peradaban Samuel P. Huntington: (Kebangkitan
Islam Yang Dirisaukan?). Jurnal UNY, diunduh pada 4 Januari 2017,
<journal.uny.ac.id>

Mubarak, M. Zaki. Dari NII ke ISIS: Transformasi Ideologi dan
Gerakan dalam Islam Radikal di Indonesia Kontemporer. ejurnal vol. 10, no. 1,
Juni 2015, diunduh pada 4 Januari 2017, <ejournal.iain-tulungagung.ac.id>

 



[1] http://sobecan.blogspot.co.id/2015/06/tragis-inilah-berita-dunia-islam.html diambil pada
tanggal 10 Oktober 2016 pada pukul 17.01 WIB

[2] Didin Saefudin. Pemikiran Modern dan Postmodern Islam.
(Jakarta:PT Grasindo). 2003.hal 200

[3] Didin Saefudin. Pemikiran Modern …hal 204

[4] Didin Saefudin. Pemikiran Modern …hal 206

[5] Didin Saefudin. Pemikiran Modern …hal 207

[6] Vita Fitria, Konflik Peradaban Samuel P. Huntington: (Kebangkitan
Islam Yang Dirisaukan?), Jurnal UNY, diunduh pada 4 Januari 2017,
<journal.uny.ac.id>

[7] ZA Maulani, dkk, Terorisme dan Konspirasi Anti-Islam, (Jakarta:
Pustaka Al- Kautsar, 2002), hlm. 33

[8] ZA Maulani, dkk, Terorisme…hlm. 31                                    

[9]
M. Zaki Mubarak, Dari NII ke ISIS: Transformasi Ideologi dan Gerakan dalam
Islam Radikal di Indonesia Kontemporer, ejurnal vol. 10, no. 1, Juni 2015,
diunduh pada 4 Januari 2017, <ejournal.iain-tulungagung.ac.id>




Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top