Datang ke
salah satu resto di jantung kota Surabaya ini tak sekedar suasana romantis saja
yang dirasakan, tetapi kita seolah hadir dalam suasana tempo dulu. Arsitektur
bangunan kuno dipadu dengan tata letak ruangan sekaligus penataan cahaya yang
apik membuat suasana terasa syahdu. The Biliton, sebuah resto yang terletak di
Jl. Biliton, Surabaya, memiliki dua bangunan. Bangunan utama ada di sebelah
kanan, dan di sebelah kiri berdiri bangunan tambahan selebar sekitar lima meter
memanjang ke belakang. Dari sisi arsitektur, bagian bangunan utama terasa
sekali berkarakter bangunan tempo dulu.
salah satu resto di jantung kota Surabaya ini tak sekedar suasana romantis saja
yang dirasakan, tetapi kita seolah hadir dalam suasana tempo dulu. Arsitektur
bangunan kuno dipadu dengan tata letak ruangan sekaligus penataan cahaya yang
apik membuat suasana terasa syahdu. The Biliton, sebuah resto yang terletak di
Jl. Biliton, Surabaya, memiliki dua bangunan. Bangunan utama ada di sebelah
kanan, dan di sebelah kiri berdiri bangunan tambahan selebar sekitar lima meter
memanjang ke belakang. Dari sisi arsitektur, bagian bangunan utama terasa
sekali berkarakter bangunan tempo dulu.
Bangunan yang
ditempati The Biliton merupakan peninggalan zaman Belanda. Layaknya bangunan
tempo dulu, bentuknya sederhana, hanya bangunan persegi empat dengan teras
depan dan samping yang dibatasi oleh tembok dengan tinggi sekitar 75 cm.
Sementara teras bagian depan dan samping juga dikelilingi jendela kaca tembus
pandang berukuran besar khas rumah kuno. Bangunan The Biliton ini juga masuk kategori
cagar budaya sehingga harus dijaga kelestariannya, tidak boleh diubah atau
dipugar kecuali direstorasi. Menurut sejarah, dulunya di bangunan ini merupakan
rumah orang Belanda yang pada masa itu biasa digunakan untuk mengadakan
perjamuan.
ditempati The Biliton merupakan peninggalan zaman Belanda. Layaknya bangunan
tempo dulu, bentuknya sederhana, hanya bangunan persegi empat dengan teras
depan dan samping yang dibatasi oleh tembok dengan tinggi sekitar 75 cm.
Sementara teras bagian depan dan samping juga dikelilingi jendela kaca tembus
pandang berukuran besar khas rumah kuno. Bangunan The Biliton ini juga masuk kategori
cagar budaya sehingga harus dijaga kelestariannya, tidak boleh diubah atau
dipugar kecuali direstorasi. Menurut sejarah, dulunya di bangunan ini merupakan
rumah orang Belanda yang pada masa itu biasa digunakan untuk mengadakan
perjamuan.
Begitu masuk
pintu bangunan utama, mata akan disuguhi interior berdesain Eropa dan Asia.
Pencahayaan yang redup dimaksudkan untuk menambah suasana romantis, sementara
masing-masing meja yang didominasi warna cokelat tua diberi candle light. Sebagian besar dinding
ditempeli ornamen-ornamen tiga dimensi yang dibingkai dalam sebuah pigura.
Sedang dinding sebelah kiri ditempeli ornamen bergambar laci yang ditata secara
acak. Di bagian depan pintu masuk terdapat satu sekat dengan foto kuno
berukuran besar yang ditempel di dinding, menggambarkan Jl. Biliton tempo dulu.
Kendati The Biliton merupakan bangunan kuno berciri Eropa, tetapi beberapa
sudut sengaja diberi sentuhan desain masa kini. Salah satunya adalah keberadaan
kaca cermin yang ditempel di beberapa sudut dinding.
pintu bangunan utama, mata akan disuguhi interior berdesain Eropa dan Asia.
Pencahayaan yang redup dimaksudkan untuk menambah suasana romantis, sementara
masing-masing meja yang didominasi warna cokelat tua diberi candle light. Sebagian besar dinding
ditempeli ornamen-ornamen tiga dimensi yang dibingkai dalam sebuah pigura.
Sedang dinding sebelah kiri ditempeli ornamen bergambar laci yang ditata secara
acak. Di bagian depan pintu masuk terdapat satu sekat dengan foto kuno
berukuran besar yang ditempel di dinding, menggambarkan Jl. Biliton tempo dulu.
Kendati The Biliton merupakan bangunan kuno berciri Eropa, tetapi beberapa
sudut sengaja diberi sentuhan desain masa kini. Salah satunya adalah keberadaan
kaca cermin yang ditempel di beberapa sudut dinding.
Tak hanya soal
arsitektur dan tata letak, pelayanan juga memberi ciri tersendiri. Pada siang
hari, The Biliton didominasi jenis makanan Asia, sementara pada malam hari,
selain Asia juga ada menu-menu khas Eropa. Ada satu menu bernama Vodka Agrio
yang memiliki kekhasan dalam ritual cara menikmatinya. Makanan ini sejenis
pasta, ada spageti atau fetucini yang
bisa dipadu dengan sosis, chicken
atau beef. Yang menarik, sebelum
menikmati Vodka Agrio, di sekitar topping
disiram dengan Vodka kemudian oleh waiters
disulut dengan api hingga menghasilkan api berwarna biru dan aroma
tersendiri. Jadi, ketika orang datang ke resto ini, tidak hanya lidah saja yang
dimanjakan, tetapi mata juga akan melihat sebuah pemandangan yang menakjubkan.
Demikian pula hidung, akan merasakan aroma yang berbeda.
arsitektur dan tata letak, pelayanan juga memberi ciri tersendiri. Pada siang
hari, The Biliton didominasi jenis makanan Asia, sementara pada malam hari,
selain Asia juga ada menu-menu khas Eropa. Ada satu menu bernama Vodka Agrio
yang memiliki kekhasan dalam ritual cara menikmatinya. Makanan ini sejenis
pasta, ada spageti atau fetucini yang
bisa dipadu dengan sosis, chicken
atau beef. Yang menarik, sebelum
menikmati Vodka Agrio, di sekitar topping
disiram dengan Vodka kemudian oleh waiters
disulut dengan api hingga menghasilkan api berwarna biru dan aroma
tersendiri. Jadi, ketika orang datang ke resto ini, tidak hanya lidah saja yang
dimanjakan, tetapi mata juga akan melihat sebuah pemandangan yang menakjubkan.
Demikian pula hidung, akan merasakan aroma yang berbeda.
Sementara
bangunan tambahan di sebelah kiri dijadikan lounge
room. Desainnya sendiri masuk dalam kategori rastic elegance atau dalam bahasa awamnya jorok tetapi rapi.
Misalnya, meja yang karatan tetapi ditata denga rapi dan bersih. Sedang kesan elegance dibentuk dari tata cahaya
temaram. Yang kerap datang ke lounge room
ini biasanya dari kalangan sosialita. Sambil mengobrol, para sosialita itu
biasanya sambil menikmati live music.
Sementara resto di bangunan utama, biasanya pelanggan datang untuk makan siang,
makan malam, serta sebagian ibu-ibu kumpul mengadakan pertemuan.
bangunan tambahan di sebelah kiri dijadikan lounge
room. Desainnya sendiri masuk dalam kategori rastic elegance atau dalam bahasa awamnya jorok tetapi rapi.
Misalnya, meja yang karatan tetapi ditata denga rapi dan bersih. Sedang kesan elegance dibentuk dari tata cahaya
temaram. Yang kerap datang ke lounge room
ini biasanya dari kalangan sosialita. Sambil mengobrol, para sosialita itu
biasanya sambil menikmati live music.
Sementara resto di bangunan utama, biasanya pelanggan datang untuk makan siang,
makan malam, serta sebagian ibu-ibu kumpul mengadakan pertemuan.
Menurut owner The Biliton, Lucky Hasmoro, ia
berusaha keras membuat image bahwa
The Biliton kelak akan menjadi salah satu resto ikonik di kota Surabaya. Karena
dari sisi lokasi yang strategis ditambah bangunan yang masuk dalam kategori heritage, diyakininya akan menjadi salah
satu daya tarik tersendiri. Hasmoro pun saat ini sudah memasarkan restonya ke
berbagai daerah dengan menggandeng tour
and travel.
berusaha keras membuat image bahwa
The Biliton kelak akan menjadi salah satu resto ikonik di kota Surabaya. Karena
dari sisi lokasi yang strategis ditambah bangunan yang masuk dalam kategori heritage, diyakininya akan menjadi salah
satu daya tarik tersendiri. Hasmoro pun saat ini sudah memasarkan restonya ke
berbagai daerah dengan menggandeng tour
and travel.
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.