sebetulnya hanya temuan sepele dan tanpa disengaja. Beberapa waktu lalu, ketika
menerjemahkan sebuah buku berbahasa Arab, saya mendapati kutipan dari
Perjanjian Lama, tepatnya kitab ‘Ubadya ( عوبديا ).
Karena agak kesulitan mengikuti gaya bahasanya, saya kemudian merujuk kepada
naskah Alkitab edisi Indonesia. Namun, saya kebingungan. Bolak-balik saya
meneliti nama-nama kitab dalam kumpulan Perjanjian Lama edisi Indonesia, tetapi
tidak saya temukan nama kitab yang dikutip dalam buku berbahasa Arab tsb. Akhirnya, saya perhatikan baik-baik, satu per satu,
seluruh nama kitab dalam kumpulan Perjanjian Lama, dan menemukan satu nama yang
agak mirip, yaitu kitab Obaja. Ketika saya rujuk pasal dan nomor ayatnya,
ternyata cocok dengan teks Arabnya. Saya pun mengambil teks itu, dan
memasukkannya ke dalam naskah terjemahan.
Akan tetapi, sejak saat itu saya
selalu berpikir, mengapa nama ‘Ubadya bisa berubah menjadi Obaja? Dari mana
logika dan asal-usul perubahan ini? Sejak kapan perubahan itu terjadi? Jika
Kristen masuk ke Indonesia melalui para misionaris Spanyol dan Belanda, apa
nama kitab ‘Ubadya dalam bahasa asli kedua bangsa tersebut? Pertanyaan-pertanyaan
ini kemudian mendorong saya untuk memeriksa seluruh versi Perjanjian Lama yang
saya ketahui, baik dalam edisi Indonesia, Arab, Inggris, Belanda, Spanyol, Persia,
Yunani, Ibrani, bahkan edisi-edisi terjemahan bahasa lokal seperti Batak, Jawa,
Makassar, Bali, Sunda, dsb. Saya juga berupaya memeriksa edisi yang diterbitkan
pada tahun berlainan, dengan harapan menemukan sumber pertama
ketidakakuratannya.
Apa yang saya harapkan dari
penelitian ini? Saya hanya berharap mengerti asal-usul ketidakakuratan itu, dan
mencoba memahami mengapa Al-Qur’an sangat sering mengkritik kaum Ahli Kitab
sebagah umat yang suka mengubah-ubah Alkitab mereka. Istilah yang dipergunakan
Al-Qur’an adalah tahrif, misalnya dalam surah-surah al-Baqarah:
75, an-Nisa’: 46, al-Ma’idah: 13 dan 41. Secara singkat, istilah tahrif
berarti mengganti salah satu huruf dalam sebuah kata, sehingga kata itu berubah
maknanya. Contoh paling nyata dari praktek ini disitir oleh surah an-Nisa’: 46,
sbb: “Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari
tempat-tempatnya (yuharrifunal kalima ‘an mawadhh’ihi) dan mereka
berkata : “Kami mendengar”, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan
(mereka mengatakan pula) : “Dengarlah” sedang kamu sebenarnya tidak
mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): “Raa’ina”, dengan
memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan :
“Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”,
tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk
mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat
tipis.”
Penjelasan
terperinci atas perilaku kaum Yahudi dan Nasrani, sebagaimana disinggung ayat
diatas, dapat ditemukan dalam kitab-kitab tafsir. Dan, sejujurnya penelitian
singkat ini memberi saya suatu wawasan baru yang membuktikan pernyataan
Al-Qur’an perihal Ahli Kitab, khususnya masalah tahrif dan
bagaimana Alkitab telah “dicampuri” ulah tangan-tangan manusia sedemikian rupa.
Nukilan ayat-ayat pertama seluruh kitab Obaja yang saya sajikan dalam artikel
ini juga menunjukkan spektrum yang sangat mencengangkan perihal campur tangan
manusia terhadap Kitab Suci tersebut.
Baiklah,
sekarang mari kita mulai penyelidikan ini.
Saya
akan memulainya dengan memeriksa naskah-naskah Perjanjian Lama edisi
kontemporer, yakni yang diterbitkan setelah tahun 2000, atau edisi Abad XXI
sekarang, kemudian semakin mundur kepada tahun-tahun yang lebih tua. Nama kitab
Obaja, atau Obadiah, atau apapun lainnya, saya ambil dari bunyi ayat pertamanya
dalam suatu edisi Alkitab tertentu yang saya periksa. Saya awali dari edisi
Indonesia, Melayu, dan bahasa daerah.
Modified Indonesia Literal Translation (MILT) yang diterbitkan oleh Yayasan
Lentera Bangsa pada tahun 2008. Ayat pertamanya berbunyi: “Penglihatan Obaja.
Beginilah firman Tuhan (Tuhan – 136) ALLAH (YAHWEH – 3068) mengenai Edom. Kami
mendengar suatu berita dari TUHAN (YAHWEH – 3069), seorang utusan telah diutus
ke antara bangsa-bangsa. “Bangkitlah, biarlah kita bangkit untuk berperang
melawannya.”
Versi Mudah Dibaca (AMD/WBTC) yang diterbitkan oleh World Bible Translation
Center Inc., tahun 2005. Ayat pertamanya berbunyi: “Inilah penglihatan Obaja.
Inilah yang dikatakan Tuhan ALLAH tentang Edom. Kami telah mendengar suatu
berita dari TUHAN. Seorang utusan telah disuruh kepada bangsa-bangsa. Ia
berkata, Marilah kita memerangi Edom.” Pada permulaannya, ditambahkan judul:
Edom Akan Dihukum.
dalam Bahasa Makassar Sehari-hari, terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI)
tahun 1999. Ayat pertamanya berbunyi: “Iaminne boto napabattua Nabi Obaja;
napabattui pasanNa Batara Kaminang Tinggia ri passalana bansa Edom: Nikirimmi
battu tinusoraNa Batara mae ri bansa-bansaya, siagang lebami nilangngere pasang
naeranga kamma anne, “Sadia mako untu abundu! Umba kilampa mange ambunduki
bansa Edom.”
Bahasa Toba (Bibel Dohot Ende), terbitan LAI tahun 1998. Isinya sama dengan
terjemahan P. Johannsen yang dicetak di Jerman tahun 1894, tetapi ejaannya
telah diperbaharui, dan ternyata pada kata Obadja (dengan “dj”) diganti menjadi
Obaja, sebagaimana dapat dilihat dalam teks ayat pertamanya berikut ini:
“Pangungkapon ni Si Obaja, songon on do hata ni Tuhan Jahowa taringot tu
Edom: Nunga hubege hami sada barita sian Jahowa, jala nunga disuru sada pangulu
tumopot angka bangso parbegu: Tole antong, borhat ma hita marmusu dompak
nasida.”
Bahasa Bugis, terbitan LAI tahun 1997. Ayat pertamanya berbunyi: “Iyana botona Obaja;
napalettui pasenna PUWANG Iya Pommatanr passalenna bangsa Edom: Purani nakiring
PUWANGNGE suro-Na lao ri bangsa-bangsa, na purani tangkalinga paseng iya natiwi
selaku mangolow, “Sadiyo untu mammusu! Laono mai tajoppa gasai Edom.”
Berita Baik (Today’s Malay Version, Alkitab BM) terbitan Bible Society of
Malaysia tahun 1996. Ayat pertamanya berbunyi: “Inilah nubuat Obaja. Dia
menyampaikan firman TUHAN Raja tentang Edom. [Tuhan akan Menghukum Edom]. Tuhan
telah mengirim utusan-Nya kepada bangsa-bangsa, dan kita telah mendengar
perkhabaran-Nya, “Bersiaplah! Marilah kita berperang melawan Edom.” Disini,
bagian yang dimasukkan dalam kurung siku adalah judul yang ditambahkan.
dalam Bahasa Madura Sehari-hari, atau ALKETAB e dhalem Basa Madura, terbitan
LAI tahun 1994. Ayat pertamanya berbunyi: “Reya ramalanna Obaja, se
aroppa pessen dhari GUSTE Allah Se Mahatenggi parkara bangsa Edom: PANGERAN la
ngerem otosanna ka sa-bangsa, sengko ban bana la ngedhing parkara pessen se
egiba para otosan jareya, iya reya, “Mara aya-sadhiya se aperranga! Mara ja
mangkada nyerrang Edom!”
Bahasa Jawa – Bahasa Sehari-hari, atau: Kabar Kabingahan – KITAB SUCI mawi Basa
Jawa Padintenan, tahun 1994, diterbitkan oleh LAI. Ayat pertamanya berbunyi: “Iki
ramalané Nabi Obaja: Pangandikané Pangéran Kang Mahakwasa kanggo Édom
mangkéné: Gusti Allah wis ngutus utusané marang para bangsa, lan kita wis padha
krungu pangandikané, “Padha tata-tataa! Ayo padha nglurug perang nglawan Édom!”
Bahasa Sunda, atau KITAB SUCI Nya eta Kitab Perjangjian Lawas sareng
Perjangjian Anyar Nganggo Basa Sunda Sadidinten, terbitan LAI tahun 1991. Ayat pertamanya
berbunyi: “Ieu ramalan Obaja. Anjeunna nyaurkeun timbalan PANGERAN Nu
Maha Agung ngeunaan bangsa Edom. PANGERAN geus ngintun utusan ka bangsa-bangsa,
sarta urang geus ngadenge pesen Mantenna: Geura tatan-tatan! Urang ngarurug
merangan Edom!”
Firlan Allah Yang Hidup (FAYH) Alkitab Dalam Bahasa Sehari-Hari, diterbitkan
oleh sebuah lembaga Kristen bekerjasama dengan Living Bibles International
tahun 1989. Ayat pertamanya berbunyi: “DALAM suatu penglihatan Tuhan ALLAH
menunjukkan kepada Obaja masa depan negeri Edom. Tuhan ALLAH berfirman
kepada Obaja bahwa Ia telah mengirim seorang utusan kepada bangsa-bangsa
untuk menyampaikan pesan ini: “Dengarlah! Kamu harus mengirim bala tentaramu
melawan Edom dan menghancurkannya!”
Bahasa Karo (Pustaka si Badia Berita si Meriah, Old and New Testament in
Today’s Karo Version), terbitan LAI tahun 1987. Ayat pertamanya berbunyi: “Enda
me nubuat Obaja: eme kata si ibelasken TUHAN si Erdolat kerna bangsa
Edom. [TUHAN ngukum Edom]. TUHAN nggo nuruh suruh-suruhenna man bangsa-bangsa
janah kerina kito nggo megisa kai si ikatakenna, “Esikapken! Ota kita erperang
ras Edom.” Bagian yang diberi tanda kurung siku adalah judul yang ditambahkan.
Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS, Kabar Baik Masa Kini), diterbitkan oleh LAI tahun
1985. Ayat pertamanya berbunyi: “Inilah ramalan Obaja; ia menyampaikan
pesan TUHAN Yang Mahatinggi mengenai bangsa Edom: Tuhan telah mengirim
utusan-Nya kepada bangsa-bangsa, dan kita telah mendengar pesan yang dibawanya
sebagai berikut, “Bersiaplah untuk berperang! Marilah kita berangkat menyerang
Edom.”
Terjemahan Baru, terbitan LAI tahun 1974. Ayat pertamanya berbunyi:
“Penglihatan Obaja. Beginilah firman Tuhan ALLAH tentang Edom–suatu
kabar telah kami dengar dari TUHAN, seorang utusan telah disuruh ke tengah
bangsa-bangsa: “Bangunlah, marilah kita bangkit memeranginya!”–”
Ende Kitab Kudus, diterbitkan atas bantuan pemerintah RI dalam Repelita, tahun
1970, dicetak oleh Percetakan Arnoldus, Ende-Flores. Ayat pertamanya berbunyi:
“Penglihatan Obadja. Demikianlah Tuhan Jahwe bersabda tentang Edom: Aku
telah mendengar pekabaran dari Jahwe, seorang bentara telah diutus ke-tengah2
bangsa2: Ajuh: Marilah kita naik lawan (bangsa) itu akan pertempuran!” Perhatikan
baik-baik, tertulis: Obadja, ada huruf “d” sebelum “j”.
Terjemah Lama, merupakan hadiah pemerintah RI untuk masyarakat Kristen, tahun
1954. Ayat pertamanya berbunyi: “Bahwa inilah khayal Obaja. Demikianlah
firman Tuhan Hua akan hal Edom: Bahwa dari pada Tuhan juga kami sudah mendengar
kabar dan bagaimana seorang utusan sudah disuruh di antara segala bangsa kafir;
bangkitlah berdiri, biar kami berlengkap akan berperang dengan dia.”
Testament, translated out of the original tongues into Batak (Toba), the
language of the Batak in the island of Sumatra; oleh P. Johannsen, diterbitkan
di Elberfeld (Jerman), tahun 1894, dalam bahasa Batak (Toba). Ayat pertamanya
berbunyi: “Pangungkapon ni Si Obadja, songonon do hata ni Tuhan Djahowa
taringot tu Edom: nunga hubege hami sada barita sian Djahowa djala nunga disuru
sada pangulu tumopot angka bangso parbegu: tole antong, borhat ma hita marmusu dompak
nasida.” Perhatikan, ada “d” sebelum “j” disini, seperti dalam edisi Ende.
diteruskan ke dalam edisi-edisi Alkitab yang berbahasa asing.
Lexham English Bible (LEB), diterbitkan tahun 2010 oleh Logos Research Systems
Inc., dalam bahasa Inggris. Bagian dari sebuah modul software Alkitab. Ayat
pertamanya berbunyi: “This is the vision of Obadiah. This is what the
Almighty LORD says about Edom: We have heard a message from the LORD. A
messenger was sent among the nations to say, “Get ready! Lets go to war against
Edom.”
Read Version (ERV), terbitan World Bible Translation Center, tahun 2006, dalam
bahasa Inggris. Ayat pertamanya berbunyi: “This is the vision of Obadiah.
This is what te Lord GOD says about Edom: We heard a report from the LORD. A
messenger was sent to the nations. He said, Lets go fight against Edom.”
(Hebrew Bible), dari situs Sacred Texts, yang didasarkan pada the
Westminister Leningrad Codex (WLC), milik the Westminister Hebrew Institute,
tahun 2006, dalam bahasa Ibrani. Ayat pertamanya berbunyi: “ḥăzwōn ‘ōḇaḏəyâ kōh-’āmar ’ăḏōnāy yəhwih le’ĕḏwōm
šəmû‘â šāma‘ənû mē’ēṯ yəhwâ
wəṣîr bagwōyim šullāḥ
qûmû wənāqûmâ ‘āleyhā
lammiləḥāmâ:” Tulisan aslinya adalah
(dibaca dari kanan ke kiri):
tahun 2004, dalam bahasa Belanda, berasal dari terjemahan King James Version
(KJV, Statenvertaling), bertahun 1637. Merupakan naskah digital dari www.arsfloreat.nl. Ayat pertamanya berbunyi:
“Het gezicht van Obadja. Alzo zegt de Heere HEERE van Edom: Wij hebben
een gerucht gehoord van den HEERE, en er is een gezant geschikt onder de
heidenen: Staat op, en laat ons opstaan tegen hen ten strijde.”
Actualizada – Antiguo Testamento (yakni: The King James Version Updated, The
Old Testament), tahun 2003, oleh Editorial Mundo Hispano, dalam bahasa Spanyol.
Ayat pertamanya berbunyi: “La visión de Abdías: Así ha dicho el Señor
Jehovah acerca de Edom (hemos escuchado de parte de Jehovah la noticia de que
ha sido enviado un mensajero a las naciones, diciendo: “¡Levantaos! ¡Levantémonos
contra él en batalla!”).
English Translation (NET), tahun 1996-2005, oleh Biblical Studies Press, L.L.C,
dalam bahasa Inggris. Ayat pertamanya berbunyi: “The vision that Obadiah
saw. The Lord God says this concerning Edom: We have heard a report from the
Lord. An envoy was sent among the nations, saying, “Arise! Let us make war
against Edom!”
English Version – United Kingdom (CEVUK), tahun 1995. Ayat pertamanya berbunyi:
“The LORD God gave Obadiah a message about Edom, and this is what we
heard: I, the LORD, have sent a messenger with orders for the nations to attack
Edom.”
News Bible (GNB), terbitan American Bible Society tahun 1992 (2nd
Editon), dalam bahasa Inggris. Ayat pertamanya berbunyi: “This is the prophecy
of Obadiah — what the Sovereign LORD said about the nation of Edom. The
LORD has sent his messenger to the nations, and we have heard his message: Get
raedy! Let us go to war against Edom!”
English Version (REB), tahun 1989. Ayat pertamanya berbunyi: “The vision of Obadiah:
the words of the Lord GOD about Edom. While envoys were being dispatched among
the nations, saying, Up! Let us attack Edom, I heard this message from the
LORD.”
in Basic English (BBE), dicetak di Inggris oleh Cambridge Press pada tahun
1965. Ayat pertamanya berbunyi: “The vision of Obadiah. This is what the
Lord has said about Edom: we have had word from the Lord, and a representative
has been sent among the nations, saying, Up! and let us make war against her.”
Version (AV) atau King James Version (KJV), tahun 1769, dalam bahasa Inggris. Ayat
pertamanya berbunyi: “The vision of Obadiah. Thus saith the Lord GOD concerning
Edom; We have heard a rumour from the LORD, and an ambassador is sent among the
heathen, Arise ye, and let us rise up against her in battle.”
Farsi (Persia), dari naskah digital, tanpa tahun, yang ditulis dengan huruf
Arab. Jelas disini tertulis kata yang kurang lebih bisa dibaca ‘Ubadya, atau
Obadia, atau Obadja (baca: Obadya), sebagaimana dalam versi-versi berbahasa
asing lainnya. Kami melihat teks ayat pertamanya ditulis seperti berikut ini
(tanpa tanda baca):
نشان داد. از جانب خدواند خبر رسيده كه قاصدى با اين ﭘـيام نزد قول ها فرستاده شده
است : آماده شويد تا به جنـﮓ أدوم برويم
yang didasarkan pada naskah standar bertahun 1598. Ayat pertamanya berbunyi:
“Visio Abdiæ. [Hæc dicit Dominus Deus ad Edom: Auditum audivimus a
Domino, et legatum ad gentes misit: surgite, et consurgamus adversus eum in
prælium.”
Al-Muqaddas Al-‘Ahdu Al-Qadim, yaitu Bibel berbahasa Arab, tanpa tahun. Kami
mendapati teks ayat pertamanya berbunyi (sudah lengkap dengan tanda baca dari
edisi aslinya):
السَّيِّدُ الرَّبُّ عَنْ أَدُوْمَ ( سَمِعْنَا خَبَرًا مِنْ قِبَلَ الرَّبِّ
وَأُرْسِلَ رَسُوْلٌ بَيْنَ الأُمَمِ : قُوْمُوْا وَلْنَقُمْ عَلَيْهَا
لِلْحَرْبِ).
yaitu Bibel dalam bahasa Yunani, yang kami ambil dari situs Sacred Texts. Pada
ayat pertamanya, tertulis:
ὁ θεὸς τῇ Ιδουμαίᾳ
ἀκοὴν ἤκουσα παρὰ
κυρίου καὶ περιοχὴν εἰς τὰ
ἔθνη ἐξαπέστειλεν ἀνάστητε καὶ ἐξαναστῶμεν
ἐπ᾽ αὐτὴν
εἰς πόλεμον.
kitab ‘Ubadya kami sertakan di akhir artikel ini)
paparan data dari 31 versi Perjanjian Lama yang berbeda-beda diatas membawa
kita kepada beberapa kesimpulan penting.
·
Seluruh edisi Alkitab berbahasa Inggris sepakat
membaca atau menyebut namanya dengan Obadiah. Cara pelafalan ini dekat
dengan versi bahasa Semit, asal-usul Perjanjian Lama.
·
Alkitab dalam bahasa Spanyol, Septuaginta (Yunani),
dan Vulgata (Latin), menggunakan istilah yang mirip satu sama lain, yaitu: Abdías,
Αβδιου, Abdiæ. Pelafalan ini juga lebih
dekat kepada bahasa Semit.
·
Alkitab berbahasa Arab, Persia, dan Ibrani (Tanach),
menggunakan istilah yang mirip bahkan identik satu sama lain, yaitu: ‘Ubadya ( عوبديا ) dan Obadeya (‘ōḇaḏəyâ, עֹֽבַדְיָ֑ה).
·
Alkitab berbahasa Belanda menyebutnya dengan Obadja. Tampaknya,
nama ini harus dibaca Obadya, dimana huruf “j” – jika sendirian – dalam bahasa
Belanda selalu disuarakan dengan “y”, seperti Jan Pieterszoon Coen (dibaca: yan
piterzon kun), atau Bijbel (dibaca: beybel). Artinya, “dj” dalam kata Obadja adalah
2 huruf yang terpisah dan mewakili 2 konsonan berbeda yaitu “d” dan “j”, bukan dua
huruf yang mewakili satu konsonan “j”. Jadi, ia tidak boleh dibaca Obaja,
sebagaimana Djakarta (Jakarta) atau Djokdja (Jogja). Dengan dibaca Obadya,
berarti mendekati pelafalan dalam bahasa
Semit.
·
Seluruh Alkitab edisi Indonesia, Malaysia dan
terjemahannya dalam bahasa-bahasa lokal, sepakat menggunakan istilah Obaja,
kecuali untuk edisi Ende (1970) dan Elberfeld (1894), karena masih memakai
istilah yang sama dengan versi Belanda, yaitu Obadja. Alkitab Terjemahan Lama,
yang dicetak pada tahun 1954, ternyata juga menggunakan istilah Obaja. Dengan
kata lain, edisi ini tidak dirujuk oleh edisi Ende (1970). Jika diperhatikan, penerbit
Alkitab yang memuat nama Obaja kebanyakan adalah LAI (Lembaga Alkitab
Indonesia), walau juga ada penerbit-penerbit lain.
·
Alhasil, jelas terlihat bahwa para penerjemah Alkitab edisi
Indonesia tsb telah gagal membaca dengan tepat sebuah teks paling eksplisit
yang merujuk kepada nama seorang Nabi pada deretan tokoh-tokoh penting dalam
sejarah agama Yahudi/Kristen. Seluruh edisi mutakhir dari Alkitab yang tersebar
di Indonesia ternyata selalu memuat kesalahan ini, dan terus-menerus dicetak
dengan mencantumkan nama Obaja. Padahal, ia sudah jelas-jelas keliru dan
bertentangan dengan semua versi Alkitab di seluruh dunia, terutama
naskah-naskah yang lebih tua dan otoritatif seperti KJV, Septuaginta, Vulgata,
dan Tanach.
· Kesimpulan tersebut cukup beralasan, berdasarkan
keterangan dalam Program Alkitab Versi 2.7 (software), dimana dikatakan bahwa
nama Obaja berarti “Hamba Tuhan”. Bagi orang yang memahami bahasa-bahasa Semit,
padanan paling tepat darinya pastilah ‘Ubadiyah atau Obadeya, dan mungkin mirip
dengan ‘Abdullah dalam bahasa Arab. Jadi, kekeliruan penulisan “Obaja” tsb
tetap tidak disadari walaupun maknanya telah merujuk kepada pengertian dalam
bahasa aslinya secara tepat. Bagi saya pribadi, hal ini cukup aneh.
·
Senada dengannya, dalam situs Wikipedia (edisi
Inggris), tepatnya pada artikel berjudul Obadiah (link: http://en.wikipedia.org/wiki/Obadiah), yang diakses pada tanggal
14 Desember 2012, dikatakan: “Obadiah (pronounced /oʊbədaɪ.ə/,
Hebrew: עבדיה Obhadyah orעבדיהו `oḆaDYaHOo, or in
Modern Hebrew Ovadyah) is a Biblical theophorical name, meaning “servant
of Yahweh” or “worshipper of Yahweh.” It is related to
“Abdeel”, “servant of God”, which is also cognate to the
Arabic name “Abdullah” or “Obaidullah”. Turkish name Abdil
or Abdi. The form of Obadiah’s name used in the Septuagint is Obdios; in
Latin it is Abdias. The Bishops’ Bible has it as Abdi.”
·
Pada edisi Elberfeld (1894), yaitu Alkitab berbahasa
Batak Toba, terlihat dengan jelas bagaimana sumber kekeliruan itu bermula. Disana
dikatakan: “Pangungkapon ni Si Obadja, songonon do hata ni Tuhan Djahowa
taringot tu Edom….” Perhatikan pada kata ‘Obadja’ dan ‘Djahowa’. Bagaimana
seharusnya kedua kata ini dibaca? Jika seseorang berpegang pada pembacaan umum
Djahowa menjadi “jahowa” maka Obadja pasti akan dibaca “obaja”, dan bukannya
“obadya” sebagaimana seharusnya. Kekeliruan inilah yang terjadi pada edisi 1998
dari terjemahan Batak Toba, yang diterbitkan oleh LAI. Pada edisi modern ini,
kalimat dalam edisi Elberfeld tersebut ditulis ulang mengikuti ejaan baru (EYD),
menjadi: “Pangungkapon ni Si Obaja, songon on do hata ni Tuhan Jahowa
taringot tu Edom:….” Mungkin kita bisa merasakan kebingungan serupa ketika
orang berbeda-beda menulis dan melafalkan nama Jesus atau Yesus.
·
Edisi Ende (1970) juga memperlihatkan sumber
kekeliruan pembacaan tersebut. Dalam edisi ini, secara nyata kita bisa
membedakan apakah “dj” itu seharusnya dibaca “j” atau “y”, sebab ada beberapa
kata di dekatnya yang bisa menjadi pembanding. Perhatikan teks aslinya: “Penglihatan
Obadja. Demikianlah Tuhan Jahwe bersabda tentang Edom: Aku telah mendengar
pekabaran dari Jahwe, seorang bentara telah diutus ke-tengah2 bangsa2: Ajuh:
Marilah kita naik lawan (bangsa) itu akan pertempuran!” Kita melihat, edisi ini
konsisten menggunakan huruf “j” untuk menyatakan konsonan “y”, yaitu pada kata:
Jahwe (dibaca: yahwe) dan Ajuh (dibaca: ayuh, ayo).
·
Melihat tahun penerbitan Alkitab Ende, ejaan yang
dipergunakan adalah Ejaan Soewandi (aslinya: Edjaan Soewandi, atau Edjaan Republik),
yang berlaku dalam periode 1947-1972, menggantikan Ejaan Van Ophuijsen yang
telah berlaku sejak 1901. Ejaan Soewandi kemudian digantikan oleh EYD (Ejaan
Yang Disempurnakan). Dalam Ejaan Soewandi, “j” ditulis “dj” seperti pada
‘djarak’, dan “y” ditulis “j” seperti ‘sajang’. Ketika EYD diterapkan dan para
penyalin Alkitab hendak menerbitkannya dalam edisi baru, mereka menyangka bahwa
“dj” dalam kata “Obadja” dibaca “Obaja”, padahal seharusnya “Obadya”. Maka,
terjadilah kekeiruan berantai yang merembet pada seluruh edisi terjemahan
Alkitab dalam berbagai bahasa daerah di Indonesia yang diterbitkan setelah itu.
Jika pun mereka tidak merujuk kepada edisi Ende, pada kenyataannya edisi
Belanda pun mencantumkan isthlah “Obadja”. Jadi, di sinilah letak masalahnya.
pikir, pada cetakan mendatang sangat mungkin para penerbit Alkitab akan mengganti
nama kitab tersebut menjadi Obadiah atau
Obadya, jika mereka menyadari kekeliruannya. Tetapi, bagi kaum muslimin, ini justru
semakin menunjukkan bagaimana tangan-tangan manusia bergerak lincah “mengedit” sebuah
Kitab Suci. Ini akan menjadi bukti diatas bukti bahwa apa yang dikatakan oleh
Allah di dalam Al-Qur’an ini adalah kebenaran: “Dan diantara mereka ada yang
buta huruf, tidak mengetahui Al-Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka
dan mereka hanya menduga-duga. Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang
yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya;
“Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang
sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaaan yang besarlah bagi mereka, akibat
apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi
mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 78-79).
Memang
benar bahwa mereka hanya menduga-duga, tanpa dilandasi ilmu. Dan, ayat pertama
dari 31 kutipan Kitab ‘Ubadya diatas memperlihatkan betapa sangat berbedanya
bunyinya. Kita akan bertanya-tanya, mana sebenarnya yang firman Tuhan? Mengapa
di setiap edisi terjadi perbedaan yang terkadang sangat jauh? Bagi seorang
akademisi, ini pastilah sangat mengejutkan. Tetapi, seperti kata Al-Qur’an,
pada dasarnya mereka hanya menuliskan sendiri isi Al-Kitab menurut yang mereka
mau, lalu dikatakannya: “Inilah firman Tuhan!”
Sungguh
sangat tepat kiranya jika Al-Qur’an menamai mereka sebagai Ahli Kitab, atau
People of Books, yaitu orang-orang yang hanya mengikuti buku-buku, bukan mengikuti
ahli-ahli agama yang secara otoritatif bisa membaca Kitab Sucinya dengan benar
secara sambung menyambung hingga Nabi ‘Isa, Nabi Musa, atau dalam kasus ini
Nabi ‘Ubadya. Harap dicatat, kitab-kitab tsb ditulis dalam bahasa Ibrani yang
serumpun dengan bahasa Arab, dimana ia ditulis/dibaca dari kanan, tidak
memiliki huruf hidup (vokal), dan tanpa tanda baca maupun titik pembeda huruf. Peluang
untuk salah pasti sangat besar. Maka, ketika buku-buku yang mereka ikuti
keliru, yang mungkin berawal dari seorang penyalin yang salah membacanya,
sebagaimana tampak dalam salinan Kitab ‘Ubadya edisi Indonesia, mereka tidak
bisa membenarkannya dan bahkan tidak menyadari telah salah. Jika seperti ini
masalahnya, bukankah kesalahan yang sama sangat mungkin terjadi pada para
penyalin lain di masa silam, dan tidak ada yang menyadarinya sampai kini? Sudah
pasti, tidak ada seorang pun pakar Alkitab yang sanggup menunjukkan matarantai
otoritas dari bacaan yang dibacanya itu sampai kepada penyusun asli sebuah
kitab tertentu. Seluruhnya terputus dan tidak jelas, bahkan banyak diantara
kitab-kitab tersebut yang tidak diketahui secara pasti identitas penulisnya
maupun tarikh penyusunannya.
Kondisi
ini jelas sangat berlainan dengan proses penyebaran dan penyalinan Al-Qur’an,
dimana setiap Mushhaf resmi yang dikirim oleh khalifah ‘Utsman, atau
Mushhaf ‘Utsmani, selalu disertai dengan seorang Qari’ (ahli bacaan
Al-Qur’an) yang akan membacakan dan mengajarkan cara membacanya, dimana ia
sendiri telah membaca naskah tersebut di hadapan beberapa orang ahli dari
generasi di atasnya. Demikianlah mata rantai yang disebut sanad ini
sambung-menyambung hingga kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
lalu malaikat Jibril ‘alaihis salam, dan akhirnya Allah ta’ala.
Mendapati
fakta-fakta ini, saya pribadi bertanya-tanya perihal catatan yang disertakan
pada sebagian besar naskah Alkitab edisi Indonesia kontemporer. Catatan yang
saya maksud adalah pernyataan bahwa edisi-edisi itu diterjemahkan berdasarkan
pada naskah Yunani atau Inggris. Jika benar demikian, bagaimana kesalahan itu
bermula? Dapatkan kita memaklumi para pendeta dan sarjana terpelajar yang
terlibat dalam tim penerjemahan itu kemudian salah melafalkan Obadiah (dalam
naskah Inggris) menjadi Obaja? Sebab, saya tidak mendapati naskah yang
dialihbahasakan dari edisi Belanda yang bisa membuat saya paham bagaimana “Obadja”
bisa keliru terbaca “Obaja”, dan bukannya “Obadya”. @pakah kesalahan penulisan pada
nama Kitab/Nabi ‘Ubadya ini adalah kesengajaan? Saya cenderung percaya bahwa ia
disengaja. Minimal, sudah lama diketahui bahwa ia tidak tepat tetapi dibiarkan
salah. Sebab, seluruh naskah Inggris, Belanda, Yunani, Latin, Ibrani, Arab,
Farsi, Spanyol sepakat menyebut Obadiah atau pelafalan lain dengan menyertakan
huruf “d” di dalamnya. Anehnya, seluruh edisi Indonesia – dengan perkecualian
sebagian diantaranya – justru sepakat membuang huruf “d” itu dan membiarkannya
berevolusi menjadi “j”. Entah atas alasan apa sehingga kesalahan itu terpatri
dalam masa lebih dari 50 tahun tanpa seorang pun yang menyadari atau
mengoreksinnya. Apakah karena malu dan takut jika kesalahan itu dibenahi
sekarang akan menimbulkan krisis kepercayaan umat Kristiani terhadap validitas
terjemahan Alkitab yang mereka miliki saat ini? Sebab, siapa bisa yakin benar
bahwa kesalahan-kesalahan semacam ini tidak terjadi pada bagian lain, yang
bahkan lebih gawat sifatnya? Jika melihat bagaimana permulaan kitab ‘Ubadya
dalam 31 versi Alkitab itu bisa berbeda satu sama lain, apa yang kemudian
terbetik di pikiran kita? Ini bukan karena perberbedaan bahasanya, tetapi
bahkan pada materi dan isinya. Bagaimana menurut Anda?
Wallahu
a’lam.
[*] Alimin Mukhtar. Sabtu, 01 Shafar
1434 H.
(*) Artikel ini dilengkapi gambar-gambar halaman pertama dari kitab Ubadya dalam berbagai bahasa. Karena keterbatasan tempat, gambar-gambar tsb tidak kami sertakan disini. Bagi yang berminat, silakan mengunduh versi PDF dari SINI
(*) Atau, silakan cek di halaman DOWNLOAD dalam blog ini.
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.