Kupang

Ketika remaja melakukan aksi; orang dewasa mendengarkan


Para Remaja di Desa Oeletsala, Kupang. © UNICEF Indonesia/2017/Liz Pick

Ini sunguh-sungguh belum pernah terjadi sebelumnya.
Saya tak pernah berpikir bahwa orang dewasa mau mendengarkan ide yang
dilontarkan oleh Remaja.
Demikian yang disampaikan
oleh Ina seorang gadis berusia 17 tahun yang bermukim di Desa Oeletsala, sebuah
desa yang terletak
di dekat kota Kupang, Indonesia Bagian Timur. Ina bersama dengan 40 penduduk dari tiga desa lainnya adalah bagian
dari program percontohan yang ditujukan untuk membantu remaja belajar mengenali
risiko-resiko dalam kehidupan remaja dan mengidentifikasi solusi
yang potensial. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan “Lingkaran Remaja”, sebuah pendekatan yang dikembangkan  oleh Kantor Pusat UNICEF.
Lingkaran Remaja”
adalah sebuah paket yang berisikan
kartu aktivitas dan seperangkat peralatan untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan
tersebut. Kegiatan ini difasilitasi oleh orang setempat yang
memandu sekelompok remaja usia muda untuk melakukan kegiatan yang mendorong
terciptanya kerja sama tim, jiwa kepemimpinan, cara berpikir kreatif dan
pemecahan masalah. Kelompok remaja ini kemudian menamakan diri mereka sebagai
“Lingkar Remaja”.
Lingkaran Remaja 
telah digunakan
di beberapa negara, seperti Sudan Selatan dan Indonesia, untuk membangun kompetensi dan kemampuan remaja,
serta sebagai pendekatan psikososial
paska
terjadinya bencana alam dan konflik.

Di Indonesia, perangkat ini telah dijadikan sebagai
percontohan bagi 35 desa untuk memberdayakan kaum remaja guna mempersiapkan dan
menanggapi
keadaan darurat dan situasi bencana. Melalui dukungan dari mitra pelaksana, yaitu ChildFund dan
jaringan lokal dari komunitas organisasi,
Lingkar Remaja di Kupang, Ende, Lampung dan Boyolali telah
berhasil mengindentifikasi perubahan iklim dan isu lain di masyarakat yang
menjadi penyebab terjadinya kekeringan, banjir, kebakaran dan erupsi gunung
berapi.


Di Kupang, remaja dari berbagai lingkaran
mengidentifikasi ketersediaan air di saat musim kemarau sebagai salah satu
masalah yang paling dekat dengan mereka. Remaja dari berbagai lingkaran
kemudian mengajukan berbagai solusi yang disesuaikan dengan kebutuhan local di
lingkungannya.
“Ketika kami memutuskan
untuk fokus kepada isu ketersediaan air, kami
kemudian
melakukan survei terhadap kaum remaja pada lokasi
sumber air untuk mengetahui apa yang mereka pikirkan. Pada kenyataannya kita
semua memiliki masalah yang sama,” ujar Willie seorang remaja yang berusia 15
tahun, yang merupakan anggota dari Lingkar Remaja Desa Oeletsala
.  
Kegiatan
mengumpulkan air biasanya dilakukan oleh anak-anak yang lebih tua setiap pagi
dan malam. Jarak antara sumber air dengan desa membuat anak-anak harus bangun
jam 4 pagi untuk memperoleh air bagi keluarganya sebelum berangkat ke sekolah.
Mereka sering tiba terlambat di sekolah dan hanya memiliki waktu bermain yang
sangat sedikit.
Setelah mempertimbangkan
kelayakan dari berbagai ide yang berbeda, seperti tangki saluran air dan truk
air,
Lingkaran Remaja asal Oeletsala menetapkan pilihan yang mereka ambil yaitu membangun pompa air
di pusat desa
.
Mereka pun
memulai untuk menetapkan kriteria, menggambar diagram dan peta dari area proyek
dan menciptakan prototipe sederhana dari kardus guna membentuk visualisasi.
Selanjutnya mereka menunjukkan ide tersebut di depan orang tua mereka pada
pertemuan tahunan desa.


“Beberapa orang
mengatakan kepada kami: ‘Kalian hanyalah anak-anak, apa yang kalian ketahui
tentang hal ini? Janganlah mencoba untuk memberikan saran kepada hal yang tidak
kalian ketahui sama sekali’,” demikian pengakuan dari cerita Devi seorang
remaja berusia 18 tahun. “Namun kami tidak membiarkan hal tersebut mematahkan
semangat kami. Bahkan beberapa orang dewasa menghampiri dan mendengar apa yang
kami katakan dan memberikan kami kepercayaan diri untuk melanjutkannya.
Ayub Meto, Kepala Desa Oeletsala menyampaikan bahwa ia tidak
dapat mengingat kapan terakhir kalinya remaja mengambil
peran pada penyelesaian masalah  di desa tersebut sebelum adanya program ini. “Saya sangat
terkejut menerima proposal dari remaja melalui orang tua mereka. Saya berkata
kepada diri sendiri bahwa mereka ini bukanlah anak kecil lagi. Mereka kini
dapat
menyampaikan ide
mereka dan memikirkan kesejahteraan desa melalui kegiatan lingkar remaja
.”

Ia sangat terkesan dengan inisiatif
anak-anak tersebut dan bersedia mengalokasikan dana desa untuk
merealisasikannya. Rumah pompa telah dibangun di tengah-tengah lokasi dan saat
ini pompa ini telah menyediakan kebutuhan air desa untuk minum, mencuci dan bertani
tanpa harus menempuh perjalanan jauh.
Hasil yang luar
biasa positif telah meyakinkan kepala desa untuk memberikan dana tambahan untuk
dua rumah pompa air di tahun ini.
“Saya sangat terdorong
untuk mencari tahu potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh remaja di desa.
Kita membutuhkan generasi muda seperti ini di desa namun kita cenderung untuk
meremehkan ide mereka.”
Pak Meto
mengatakan bahwa ia berencana untuk memastikan aspirasi dari
remaja tersebut tetap didengar di masa yang akan datang dengan meresmikan keikutsertaan mereka dalam proses  perencanaan desa di jenjang yang berbeda-beda.  Remaja juga dapat berkontribusi melalui pengumpulan informasi dan berpartisipasi di forum pemuda. 
Selain
peningkatan ketersediaan dan akses terhadap air, terdapat juga beberapa
realisasi yang walaupun masih tergolong sedikit namun manfaatnya tidak kalah
penting bagi peserta lingkar remaja. Sebagian anggota kelompok mengatakan bahwa
sebelumnya mereka adalah orang yang pemalu namun saat ini telah mendapatkan kepercayaan
diri dan mampu mengungkapkan ide mereka.
“Pada sesi ini,
kami telah berdiskusi dan belajar tentang bagaimana menghargai satu sama lain
dan ide orang lain,” ujar Chris. “Lingkar ini sungguh-sungguh telah memberikan
saya keuntungan masa depan karena telah membantu saya untuk menemukan kemampuan
saya dan membangun keahlian baru seperti kepemimpinan dan berbicara di depan
publik.”
Dewi sependapat
bahwa kemampuan yang ia dapatkan di lingkar remaja akan membantunya kelak untuk
memulai studi di perkuliahan pada tahun ini.
Sebelumnya saya
sangat pemalu, tak pernah terpikirkan oleh saya sebelumnya bahwa orang-orang
mau mendengarkan ide saya, namun sekarang saya tahu bahwa dengan beberapa upaya
maka saya dapat mewujudkan ide saya ke dalam sebuah aksi.
Mereka telah
menyusun terobosan pada proyek baru yaitu sebuah bus sekolah untuk anak-anak
Sekolah Menengah Umum (SMU). Mereka berharap dengan adanya transportasi ini
maka kesenjangan jarak tempuh dapat dikurangi dan hal ini akan memungkinkansiswa
SMU untuk menyelesaikan studi mereka.
“Saat ini kita
telah melihat bahwa sebuah ide diwujudkan ke dalam sebuah realisasi dimana
kaum remaja memiliki peran untuk membuat kondisi kehidupan menjadi lebih baik. Sesuatu
yang berguna di masa depan.”

Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top