khutbah

Berdzikir Mengingat Allah Menguatkan Jiwa dan Raga


Khutbah
Pertama:

إنَّ الحمدَ لله، نحمدُه ونستعينُه ونستغفِرُه، ونعوذُ بالله مِن
شُرور أنفسِنا ومِن سيئات أعمالِنا، مَن يهدِه الله فلا مُضلَّ له، ومَن يُضلِل
فلا هادِيَ له، وأشهدُ أن لا إله إلا الله وحدَه لا شريك له، وأشهدُ أنَّ محمدًا
عبدُه ورسولُه
.

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾ [آل
عمران: 102]
.

﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ
الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ
مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ
بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا﴾ [النساء: 1]
.

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا
عَظِيمًا﴾ [الأحزاب: 70، 71]
.

أما بعد:

Sesungguhnya
seorang mukmin dalam diam dan geraknya, dalam aktivitas dan istirahatnya, dalam
semua keadaannya senantiasa butuh kepada penciptanya. Karena Dialah yang
menolongnya. Tempat bersandarnya. Dan tempat harapannya. Seorang hamba yang
Rabbani, seorang hamba yang berketuhanan, ia akan tunduk dan luluh untuk Allah
Jalla wa ‘Ala.
Oleh
karena itu, semakin kuat hubungan seorang hamba dengan Rabbnya, ia akan
senantiasa menaati Allah dan ditunjuki ke jalan yang lurus. Allah akan
mengilhamkannya untuk beramal. Semakin kuat tekadnya. Semakin bertambah kuat
keimanannya. Dan semakin kuat ia berpegang pada agama.
Rasulullah
Hud ‘alaihissalam berkata membimbing kaumnya,

وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ
يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى
قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ

Dan
(dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah
kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan
menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan
berbuat dosa”. [Quran Hud: 52].
Firman-Nya,
“Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu”, kaum Nabi Hud aslinya adalah
orang yang terkuat. Karena itu mereka berkata,

مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً

“Siapakah
yang lebih besar kekuatannya dari kami?” [Quran Fussilat: 15].
Dan
Nabi Hud menjanjikan, apabila mereka beriman, Allah akan menambahkan kekuatan
mereka.
Dari
ayat ini, kita bisa mengambil faidah bahwa istighfar disertai dengan berlepas
diri dari dosa merupakan sebab bertumbuhnya rezeki, bertambah wibawa, dan
kenikmatan. Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Siapa yang berhias dengan sifat
ini -yakni istighfar- Allah akan memudahkan rezekinya. Memudahkan urusannya.
Menjaga dirinya dan kekuatannya.”
Ketika
Fatimah radhiallahu ‘anha meminta pembantu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, beliau sampaikan kepada Fatimah dan suaminya, Ali bin Abu Thalib,

ألاَ أدُلُّكُمَا عَلَى خَيْرٍ مِمَّ سَأَلْتُمَا ؟ إذَا
أَخَذْتَمَا مَضَاجَعَكُمَا أوْ أَوَيْتَمَا إلى فِرَاشِكُمَا فَسَبِّحَا ثَلاَثًا
وَ ثَلاَثِيْنَ وَاحْمِدَا ثَلاَثًا وَ ثَلاَثِيْنَ وَ كَبِّرَا أرْبَعًا وَ
ثَلاَثِيْنَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ

“Maukah
kutunjukkan kepada kalian berdua sesuatu yang lebih baik daripada yang kalian
berdua minta? Jika kalian hendak tidur, maka ucapkanlah tasbih tiga puluh tiga
kali, tahmid tiga puluh tiga dan takbir tiga puluh empat kali. Itu lebih baik
bagi kalian daripada seorang pelayan.” (HR. al-Bukhari).
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi bimbingan kepada putrinya Fatimah
radhiallahu ‘anha bahwa berdzikir itu menguatkan badan. Dengan dzikir yang
beliau ajarkan, apabila diamalkan akan membuat seseorang kuat. Sehingga Fatimah
mampu mengerjakan sesuatu lebih banyak dari apa yang bisa dilakukan pembantu.
Ibnu
Hajar rahimahullah berkata, “Kita bisa mengambil pelajaran dari sabda beliau,
‘Maukah kutunjukkan kepada kalian berdua sesuatu yang lebih baik daripada yang
kalian berdua minta?’ Siapa yang melazimkan berdzikir kepada Allah, Dia akan
memberi orang tersebut kekuatan yang lebih besar daripada yang dapat dikerjakan
seorang pembantu untuknya. Atau memudahkan urusan untuknya. Allah jadikan
pekerjaannya lebih mudah disbanding pengerjaan yang bisa dilakukan seorang
pembantu.
Ma’asyiral
muslimin,
Para
wali Allah sangat yakin bahwa berdzikir merupakan sumber kekuatan mereka.
Mereka sadar bahwa ruh mereka lebih butuh asupan dibanding jasad mereka. Bahkan
materi-materi yang bermanfaat untuk mereka akan semakin bermanfaat, kalau
kualitas ruh mereka semakin baik dan hati mereka semakin bergantung kepada
Allah. Juga lisan mereka senantiasa berdzikir mengingat Allah.
Dalam
Shahih Muslim terdapat sebuah hadits dari Jabir bin Samurah bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila sudah melakukan shalat subuh, beliau
duduk di tempat shalatnya hingga matahari mulai naik.”
Abul
Abbas al-Qurthubi rahimahullah mengatakan, “Perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam ini menunjukkan dianjurkan saat usai shalat subuh berdzikir dan
berdoa hingga terbit matahari. Karena waktu tersebut adalah waktu yang
terlarang untuk mengerjakan shalat. Yaitu setelah shalat yang subuh yang
disaksikan oleh malaikat. Sementara kesibukan aktivitas harian belum dimulai.
Sehingga dzikir dan doa dijadikan untuk mengisi kekosongan hati, menghadirkan
pemahaman, diharapkan doa akan terkabul, dan dzikir terdengar.”
Dari
al-Walid bin Muslim rahimahullah, ia berkata, “Aku melihat al-Auza’i (seorang
ulama tabi’in) berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit. Dan dikabarkan
kepada kami bahwa para salaf (sahabat) demikianlah tuntunan mereka. Apabila
matahari telah terbit mereka berdiri mereka menyibukkan dengan dzikir lainnya
yakni mempelajari agama.”
Ibnul
Qayyim rahimahullah meriwayatkan dari gurunya Ibnu Taimiyah rahimahullah,
“Suatu kali aku menemui Ibnu Taimiyah saat shalat subuh. Kemudian ia duduk dan
berdzikir mengingat Allah Ta’ala hingga hampir mendekati tengah hari. Kemudian
ia menoleh kepadaku dan berkata, ‘Inilah asupan giziku. Seandainya aku tidak
memberi asupan pada diriku dengan hal ini, akan hilanglah kekuatanku.”
Kita
bisa lihat, siapa yang menyiapkan dirinya memulai hari dengan mengingat Allah,
menghadapkan dirinya kepada Allah, merendahkan diri penuh dengan ketundukan,
berharap kepada-Nya, bagaimana kualitas hari yang akan ia lewati? Bagaimana
keadaan semangatnya? Sementara kita tahu bahwa dzikir itu dapat menguatkan jiwa
dan raga.
Bagaimana
menurut Anda, apabilah seseorang menggabungkan antara dzikir ucapan dengan
gerakan badan? Seperti melakukan shalat malam. Ia telah menggabungkan dua
dzikir. Bahkan menggabungkan banyak bentuk dzikir: Alquran, doa, mengagungkan
Allah, dll. Semua ini tidak diragukan lagi menambah kekuatan fisik dan jiwa
seseorang.
Di
antara petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bersemangat
mengerjakan shalat malam. Dari Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terbiasa shalat malam hingga kakinya
pecah-pecah. Kemudian Aisyah mengatakan, “Mengapa Anda melakukan ini, padahal
Allah telah mengampuni kesalahan Anda yang lalu dan yang akan datang.”
Rasulullah menjawab,

أفلا أُحِبُّ أن أكون عبدًا شَكُورًا؟

“Bukankan
sepantasanya aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?” (Muttafaqun ‘alaih).
Sesungguhnya
ibadah ini memberi asupan gizi untuk ruh. Menguatkan jiwa. Menata keinginan.
Karena itu, tidak heran bagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadapi
berbagai macam kesulitan dan rintangan di jalan Allah, menghadapi ujian dan
gangguan, akan tetapi beliau mampu menghadapi tipu daya musuh tersebut. Allah
Ta’ala berfirman,

﴿وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ
بِمَا يَقُولُونَ (97) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ

“Dan
Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa
yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu
di antara orang-orang yang bersujud (shalat).” [Quran Al-Hijr: 97-98].
Maksudnya,
bertawakallah kepada Allah yang menciptakan Anda. Sesungguhnya Dia yang
mencukupkanmu dan menolongmu. Sibukkanlah diri dengan berdzikir kepada Allah,
memuji-Nya, bertasbih kepada-Nya, beribadah kepada-Nya, dan tunaikan shalat.
Oleh karena itu, selanjutnya Allah firmankan,

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ

“Bertasbihlah
dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud
(shalat).” [Quran Al-Hijr: 98].
Dan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila gundah dalam menghadapi sesuatu,
beliau mengerjakan shalat. Karena shalat adalah sebesar-besar faktor pendorong
yang membuat seseorang teguh dalam Islam. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ
أَكْبَرُ

“Bacalah
apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain).” [Quran Al-Ankabut: 45].
Di
antara bentuk hiburan Allah kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah Dia memberi permisalan kekuatan beribadah kepada beliau dengan seorang
hamba yang shalih dan Nabi yang terpilih yakni Daud ‘alaihissalam. Allah Azza
wa Jalla berfirman,

﴿اصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَاذْكُرْ
عَبْدَنَا دَاوُودَ ذَا الْأَيْدِ إِنَّهُ أَوَّابٌ

“Bersabarlah
atas segala apa yang mereka katakan; dan ingatlah hamba Kami Daud yang
mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan).” [Quran Shad:
17].
As-Sa’di
rahimahullah mengatakan, “Di antara faidah dan hikmah dari kisah Daud adalah
Allah Ta’ala memuji dan mencitai kekuatan dalam ketaatan: kuatnya hati dan
badan yang berpengaruh pada ketaatan dan memperbanyak melakukannya. Tidak
terdapat kelemahan. Dan seorang hamba seharusnya melakukan usaha untuk
mewujudkan ini. Tidak bermalas-malasan. Tidak menghilangkan kekuatan. Dan
melemahkan jiwanya.”
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mencukupkan hanya satu pintu saja dalam
menjalin hubungan kepada Allah untuk menguatkan diri. Tapi banyak varian yang
lain dalam permasalahan ini. Dalam Shahih al-Bukhari dari Abu Hurairah
radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa wishal
(bersambung dari siang ke malam),

فقال له رجُلٌ مِن المُسلمين: إنَّك تُواصِلُ يا رسولَ الله، قال:
«وأيُّكُم مِثلِي؟ إنِّي أبِيتُ يُطعِمُني ربِّي ويَسقِينِ
».

“Seseorang
bertanya kepada beliau, ‘Sesungguhnya Anda melakukan puasa wishal, Rasulullah’.
Beliau menjawab, ‘Siapa di antara kalian yang sepertiku? Sesungguhnya aku tidur
di malam hari sementara Rabku memberiku makan dan minum.”
Yakni
Allah menyibukkan diriku merenungi keagungan-Nya, menyejukkan hatiku dengan
mencintai-Nya, menghabiskan waktu dengan bermunajat kepada-Nya, dan menerima
dari-Nya makanan dan minuman. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Terkadang
asupan ini lebih hebat lagi dari asupan yang diterima jasad.”
Ibadallah,Dzikir
merupakan pokok ibadah dan paling mudah dilakukan oleh seorang mukmin. Tidak
ada halangan bagi seseorang untuk memperbanyak dzikir. Hal itu sebagai bentuk
pengamalan firman Allah,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا
كَثِيرًا

“Hai
orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya.” [Quran Al-Ahzab: 41].
Ibnu
Athiyah rahimahullah mengatakan, “Allah menjadikan dzikir itu tanpa batasan
untuk mempermudah hamba-hamba-Nya. Dan agar membesarkan pahala dalam ibadah
ini.”
Ayyuhal
muslimun,
Sesungguhnya
hati memiliki gizi yang harus dipenuhi agar ia tetap kuat. Dan gizi untuk hari
adalah iman kepada Allah Ta’ala dan beramal shaleh. Yang membuat seorang hamba
tetap mampu dan memiliki kekuatan di hatinya untuk tetap teguh dalam kebenaran.
Sesungguhnya kehidupan yang hakiki adalah kehidupan hati. Hidupnya hati tidak
akan sempurna kecuali dengan melakukan amalan yang Allah ridhai. Terdapat
sebuah hadits shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِيْ لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ
مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ

“Perumpamaan
orang yang ingat akan Rabbnya dengan orang yang tidak ingat Rabbnya laksana
orang yang hidup dengan orang yang mati.” (HR. al-Bukhari).
Hati
ini saat dia terhubung dengan Allah dan kembali kepada-Nya, ia akan mendapatkan
asupan gizi dan kenikmatan yang hal itu tidak bisa dicerna akal pikiran. Ketika
seorang hamba lalai dari Rabbnya dan tidak menaati-Nya, hatinya akan mati.
Karena itu, seseorang tidak merasakan ketenangan di hatinya, pikirannya tidak
nyaman, dan dadanya terasa sempit kalau tidak menaati Allah. Dzikir mengingat
Allah merupakan ibadah yang dapat membuat hati menjadi tenang, melahirkan
kesabaran dan keteguhan, menghilangkan galau, dan menghapuskan perasaan sempit
yang berasal dari sibuk memikirkan dunia.

أقولُ هذا القَول، وأستغفِرُ الله لي ولكم، فاستغفِرُوه إنَّه هو
الغفورُ الرحيم
.



Khutbah Kedua:

الحمدُ لله مَن أقبلَ عليه تلقَّاه، ومَن اعتصَمَ به نجَّاه، ومَن
لاذَ بحِماه وقاه، ومَن فوَّضَ أمرَه إليه هداه، أحمدُه – سبحانه -، وأشهدُ أن لا
إله إلا الله وفَّق مَن شاءَ مِن عبادِه لهُداه، وأشهدُ أنَّ مُحمدًا عبدُه
ورسولُه ومُصطفاه، أعظمُ النَّاسِ صِلةً بمولاه، صلَّى الله عليه وعلى آلِه
وأصحابِه ومَن والاه
.

أما بعد .. فيا عباد الله:

Buah
terbesar dari keimanan adalah hubungan dengan Allah, merasa membutuhkan-Nya,
melaksanakan perintah-Nya, tunduk kepada-Nya, merealisasikan ubudiyah
kepada-Nya dalam keadaan senang maupun susah dalam keadaan lapang maupun
sempit.
Kuatnya
hubungan dengan Allah menjadikan seorang mukmin tunduk kepada Allah, mengamalkan
perintah-Nya, dan istiqomah di atas syariat-Nya. Siapa yang demikian, maka
balasannya adalah kehidupan yang baik. Dan itulah yang Allah janjikan kepada
orang-orang yang beriman. Allah Ta’ala berfirman,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ
مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.” [Quran An-Nahl: 97].
Sesungguhnya
terkaitnya seorang hamba dengan Allah dan memiliki hubungan yang baik dengan
Rabbnya akan menuntun pelakunya untuk beramal. Membuat ia menghisab dirinya
atas perkara yang kecil maupun besar. Ia merasakan bimbingan Penciptanya
sebelum ia menilai orang lain.
Orang
yang menjalin hubungan dengan Allah akan memudahkannya menerima dan melakukan
perbuatan baik, berusaha di jalan kebaikan, bersemangat agar tidak luput dari
sesuatu yang bermanfaat. Ia bersedih dan menyesal dari sesuatu yang dapat
menambah keimanannya. Menyia-nyiakan waktu semangat dan kuatnya.
Saudara-saudara
sekalian,
Siapa
yang menjaga anggota badannya dari apa yang Allah haramkan, Allah akan menambah
kekuatan demi kekuatannya. Ia akan nikmat dalam beribadah. Inilah cita-cita
seorang mukmin. Di antara doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:

وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا
أَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا

“Berilah
kenikmatan dan manfaat kepada kami dengan pendengaran, penglihatan, dan
kekuatan kami selama Engkau menghidupkan kami. Jadikanlah semua itu sebagai
pewaris dari kami.”
Nikmat
dengan pendengaran dan penglihatan yang sehat hingga wafat. Sehingga makna doa
tersebut adalah jadikan kami orang-orang yang mendapat kenikmatan dan
kemanfaatan dengan pendengaran dan penglihatan serta seluruh kekuatan anggota
tubuh kita yang tampak maupun yang tidak. Seluruh anggota badan kita, kita
gunakan untuk taata kepada Allah sepanjang hidup kita. Inilah makna doa
tersebut.
Siapa
yang menjaga batasan Allah saat masih muda dan kuat, Allah akan menjaganya saat
tua dan hilang kekuatannya. Allah akan menjaga pendengaran dan penglihatannya.
Seluruh anggota badannya. Dan kekuatan badan serta akalnya.

ألا وصلُّوا وسلِّمُوا – رحمكم الله – على النبيِّ المُصطفى،
والرسولِ المُجتبَى، كما أمرَكم بذلك ربُّكم – جلَّ وعلا -، فقال تعالى قولًا
كريمًا: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ [الأحزاب: 56]
.

اللهم صلِّ على مُحمدٍ وعلى أزواجِه وذريَّته، كما صلَّيتَ على آل
إبراهيم، وبارِك على مُحمدٍ وعلى أزواجِه وذريَّته، كما بارَكتَ على آل إبراهيم،
إنَّك حميدٌ مجيد
.

اللهم أعِزَّ الإسلام والمسلمين، وأذِلَّ الكفرَ والكافِرين،
وانصُر عبادَك المُوحِّدين، ودمِّر أعداءَك أعداءَ الدين، واجعَل هذا البلَدَ
آمنًا مُطمئنًّا وسائِرَ بلادِ المُسلمين
.

اللهم آمِنَّا في الأوطانِ والدُّور، وأصلِح الأئمةَ ووُلاةَ
الأمور، واجعَل ولايتَنا فيمَن خافَك واتَّقاك، واتَّبَع رِضاك يا رب العالمين
.

اللهم وفِّق وليَّ أمرِنا لِما تُحبُّه وترضَاه مِن الأقوال
والأعمال يا حيُّ يا قيُّوم، وخُذ بناصيتِه للبرِّ والتقوَى
.

اللهم كُن لإخوانِنا المُستضعَفين والمُجاهِدين في سبيلِك،
والمُرابِطين على الثُّغور، وحُماة الحُدود، اللهم كُن لهم مُعينًا ونصيرًا،
ومُؤيِّدًا وظَهيرًا
.

ربَّنا اجعَلنا لك شكَّارين، لك ذكَّارين، إليك مُخبِتِين
مُنِيبِين أوَّاهِين
.

اللهم احفَظنا بالإسلام قائِمين، واحفَظنا بالإسلام قاعِدين،
واحفَظنا بالإسلام راقِدين، ولا تُشمِت بنا عدوًّا ولا حاسِدًا
.

اللهم اكفِنا شرَّ الأشرار، وكيدَ الفُجَّار، وأذَى المُؤذِين،
اللهم إنَّا نجعلُك في نُحورِهم، ونعوذُ بك مِن شُرورهم
.

اللهم اجعَلنا هُداةً مُهتَدين على صراطِك المُستقيم.

والحمدُ لله ربِّ العالمين.

Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Faishal Jamil Ghazawi
(Imam dan Khotib Masjid al-Haram)
Penerjemah: tim
KhotbahJumat.com
Judul Asli: Dzikrullah
Ta’ala
Tanggal: 11 Muharam 1440
H
 Sumber
: https://khotbahjumat.com


Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top