Dalam sejarah perkembangan teori pengetahuan, terjadi dialektika perubahan antara kutub subjek dan objek. Jadi, yang menarik dalam sejarah perkembangan teori pengetahuan adalah pergantian bolak-balik antara kutub subjek ke objek itu. Teori pengetahuan Abad Pertengahan menekankan kutub objek (tapi objeknya bersifat metafisik seperti surga, neraka, setan, Allah dan sebagainya). Kemudian muncul antitesis dalam rasionalisme modern yang menekankan kutub subjek: di saat inilah Rene Descartes berkata, “je pense donc je suis; aku berpikir, maka aku ada.”
Setelah itu, muncul antitesis baru yang menekankan objektivitas lagi, tapi objeknya bukan lagi yang bersifat metafisik, melainkan yang bersifat empiris inderawi, itulah empirisme. Dan radikalisasi kutub objek ini tampil dalam positivisme yang sejak itu mengganti peranan subjek dengan metodologi ilmiah.
Kemudian, saat ini, kata Budi Hardiman, dalam teori-teori ilmu pengetahuan, ada tren balik lagi ke arah subjek yang dibawa oleh fenomenologi, hermeneutik, dan Teori Kritis. Ia bukan lagi sebagai teori pengetahuan, melainkan sebagai teori tentang metodologi (F. Budi Hardiman, Melampaui Positivisme dan Modernitas: Diskursus Filosofis tentang Metode Ilmiah dan Problem Modernitas, Yogyakarta: Kanisius, 2003, h.68-69)
Jadi, cara berpikir masyarakat Abad Pertengahan adalah penekanan pada kutub “objek pengetahuan”. Dalam setiap aktivitas kesadaran selalu ada dua kutub: subjek (orang) yang mengetahui dan objek yang diketahui. Karena penekanan pada objek, cara berpikir Abad Pertengahan mengabaikan peranan subjek. Mereka mengabaikan peranan subjek dalam membentuk realitas dan tatanan objektif dengan penafsirannya. Objek pengetahuan masyarakat Abad Pertengahan adalah objek yang lepas dari subjek yang berpikir. Objek itu adalah yang bersifat metafisik. Tapi keyakinan itu akhirnya runtuh. Rene Descartes dalam filsafat adalah bicara keruntuhan itu dengan mengatakan je pense donc je suis (aku berpikir maka aku ada). Rene Descartes menggerakkan pendulum dari kutub objek ke kutub subjek. Bahasa sederhananya: subjeklah yang berperan membentuk pengetahuan. Apa yang ditemukannya pada taraf epistemologis adalah peranan mutlak subjek dalam membentuk realitas. Subjeklah yang membangun dan menciptakan realitas yang diketahui itu sehingga ada. Namun, peranan subjek itu dihilangkan lagi oleh munculnya aliran positivisme. Artinya, pendulum itu kembali lagi ke objek, seperti di Abad Pertengahan. Tapi objek pengetahuan dalam aliran positivisme adalah objek inderawi (bukan objek spekulatif sebagaimana di Abad Pertengahan). Objek spekulatif itu ialah yang bersifat metafisik seperti misalnya surga, neraka, Allah, setan, dan sebagainya (lebih jelas, lihat F. Budi Hardiman. Melampaui Positivisme dan Modernitas: Diskursus Filosofis tentang Metode Ilmiah dan Problem Modernitas. Yogyakarta: Kanisius, 2003, h. 50-54)
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.