Uncategorized

TEORI RELASI OBJEK (MELANIE KLEIN)


BAB 1
PENDAHULUAN
Di dalam psikologi, tentunya
membahas tentang hubungan antara individu dengan individu lainnya yang tidak
akan pernah terpisahkan selama hidupnya (makhluk sosial), melalui kepribadian
dan bagaimana kepribadiaan itu dibentuk sacara sosial, dari hasil perkembangan
psikologis. Hal ini juga berkaitan dengan hubungan antara ibu dengan anak serta
keluarganya, juga hubungan batin diantara ibu dan anaknya yang sangat kuat.
Manusia sebagai individu mempunyai
berbagai kebutuhan hidup, mulai dari kebutuhan primer, kebutuhan sekunder
sampai kebutuhan tersier. Untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya tersebut
manusia sebagai makhluk sosial harus melakukan interaksi dengan sesama individu
lainnya dan juga dengan lingkungan di sekitarnya. Setiap orang dalam suatu
masyarakat masing-masing memiliki sikap dan juga kepentingan yang berbeda
dengan individu lain, sehingga perbenturan kepentingan atau konflik tidak dapat
dihindari dan dapat muncul kapan saja.
Secara sadar seseorang dalam bersikap dan bertindak
selalu mempunyai tujuan atau motif yang meliputi apa, mengapa, dan bagaimana ia
berbuat. Ia akan mempertimbangkan segala kemungkinan sebelum bertindak sehingga
secara sadar pun ia akan mempertimbangkan segala kemungkinan sebelum bertindak
sehingga secara sadar pun ia akan memahami segala macam risiko yang akan
diambilnya sebagai akibat perbuatan itu dan siap untuk
mempertanggungjawabkannya.
Dari hasil latar belakang tersebut kami ingin memahami
teori relasi objek dari Melanie Klein serta membahas sebuah kasus dengan contoh
kasus dan menganalisanya berdasarkan teori Melanie Klein.



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Teori Relasi Objek
Teori Relasi Objek dari Melanie Klein dibangun berdasarkan observasi yang
cermat pada anak-anak. Kebalikan dari Freud, yang menekankan empat sampai enam
tahun pertama kehidupan, Klein menekankan 
pentingnya empat sampai enam bulan setelah kelahiran. Ia juga sangat
menekankan bahwa dorongan-dorongan pada bayi (lapar, seks, dan lainnya)
dilandasi oleh sebuah objek, yaitu breast, penis, vagina, dan seterusnya.
Menurut Klein hubungan anak dengan Breast merupakan dasar dari sebuah hubungan
dan berperan sebagai prototipe dari hubungan selanjutnya. seperti ibu dan ayah.
Kecenderungan awal seorang bayi untuk mcnghubungkan bagian-bagian dari suaiu
objek membuatnya mengalami suatu kondisi tidak realistis atau serupa dengan
khayalan yang memengaruhi hubungan interpersonalnya di kemudian hari.
2.2 Biografi Melanie Klein

           
Melanie Reizes Klein lahir pada tanggal 30 Maret 1882 di Wina, Austria. Ia
lahir sebagai anak terakhir dari empat bersaudara, dari pasangan Dr. Moriz
Reizes dan istri keduanya, Libussa Deutsch Reizes. Klein percaya bahwa ia lahir
sebagai seorang anak yang kehadirannya tidak direncanakan. Keyakinan ini
membuatnya merasa ditolak oleh orang tuanya. Melanie merasa ada jarak dengan
ayahnya, yang lebih mencintai kakak perempuannya, Emilie. Ketika Melanie lahir,
ayahnya sudah lama melawan Yahudi Ortodoks dan menolak untuk menerapkan agama
apapun dalam kehidupannya. Akibatnya, Klein tumbuh dalam keluarga yang tidak
proagama, namun juga tidak antiagama.
           
Saat Klein berusia 18 tahun, ayahnya meninggal, tetapi tragedi yang lebih besar
terjadi dua tahun kemudian, yaitu ketika kakak laki-laki yang sangat
dicintainya meninggal. Melanie menikahi Arthur Klein, seorang insinyur teman
dekat kakak laki-lakinya Emmanuel. Sayangnya pernikahan Klein tidak bahagia, ia
menghindari hubungan seksual dan tidak ingin hamil. Meskipun demikian ia
mempunyai tiga anak dari pernikahannya.
           
Klein berpisah dengan suaminya pada tahun 1919, namun perceraiannya baru
terjadi beberapa tahun kemudian. Setelah perpisahannya,ia membangun praktik
psikoanalisis di Berlin dan membuat makalah mengenai analisisnya terhadap
Erich. Makalah ini merupakan kontribusi pertamanya dalam literatur
psikoanalisis. Erich, dalam makalah tersebut, tidak diperkenalkan sebagai
anaknya bahkan sampai waktu lamanya setelah kematian klein.
2.3 Pengantar Teori Relasi Objek
     Teori
relasi objek merupakan bagian dari teori dari Freud mengenai teori insting,
tetapi penyebabnya berbeda setidaknya dalam tiga hal. Pertama, teori relasi
objek tidak terlalu menekankan pada dorongan-dorongan biologis dan lebih
menekankan pada pentingnya pola yang konsisten dalam hubungan interpersonal.
Kedua, kebalikan dari teori Freud yang bersifat paternalis dan menekankan pada
kekuatan dan control sang ayah, teori relasi objek cenderung lebih maternal
dengan menekankan keintiman dan pengasuhan ibu. Ketiga, teori relasi objek
umumnya lebih memandang kontak dan hubungan sebagai motif utama tingkah laku
manusia, bukan kesenangan seksual.
           
Secara lebih spesifik dijabarkan bahwa teori mengandung banyak makna sesuai
dengan jumlahnya. Klein dan teori relasi objek lainnya memulai dari asumsi
dasar yang dikemukakan Freud tersebut. Kemudian, mereka berspekulasi mengenai
bagaimana kenyataan atau khayalan seorang bayi di awal hubungan dengan ibunya
atau dengan payudara ibunya. Juga bagaimana keduanya menjadi model dari
hubungan interpersonalnya di masa mendatang. Bagaimanapun, hubungan pada orang
dewasa tidak selalu seperti pandangan mereka. Bagian terpenting dari hubungan
ini adalah representasi dari psikis internal pada objek-objek yang terkait
erat, seperti payudara ibunya dan penis ayahnya yang pernah diintroyeksikan
atau diambil dari struktur psikis seorang bayi dan kemudian diproyeksikan
terhadap pasangan hidupnya. Gambaran-gambaran internal ini bukan representasi
akurat dari orang lain, tetapi merupakan bagian atau sisa pengalaman awal
setiap orang.
           
Meskipun klein terus menyebut dirinya sebagai Freudian, namun ia melanjutkan
teori psikoanalisisnya di luar batasan yang telah ditetapkan oleh Freud. Di
lain pihak, Freud sendiri cendrung mengabaikan Klein (Feist, 2010, hlm 165).
2.4 Kehidupan Psikis pada Bayi
Jika Freud menekankan pada beberapa
tahun pertama dalam kehidupan manusia, maka Klein lebih menekankan pada
pentingnya empat sampai enam bulan.
A.   
Fantasi
Salah satu
asumsi dasar yang dikemukakan oleh Klein adalah walaupun baru lahir, seorang
bayi sudah memiliki fantasia atau khayalan kehidupan yang aktif. Fantasi ini merupakan
representasi psikis dari ketaksadaran insting id; yang tidak bisa
dicampuradukkan dengan fantasi kesadaran yang dimiliki oleh anak-anak dan orang
dewasa. Kelin memang sengaja mengejanya dengan fantasi (phantasy)
untuk membedakan dengan kesadaran. Ketika Klein (1932) menulis mengenai
dinamika kehidupan fantasi pada bayi, ia mengatakan bahwa bayi yang baru lahir
bisa merangkum pemikirannya melalui kata-kata. Maksudnya adalah bahkan sejak
masih sangat kecil, bayi memiliki gambaran ketaksadaran dari “baik” dan
“buruk”. Klein mengemukakan bayi yang tertidur saat sedang mengisap jarinya
sedang berfantasi bahwa ia menghisap puting payudara ibunya yang baik. Bayi
yang kelaparan dan menangis serta kakinya menendang berfantasi buruk sedang
menendang atau menghancurkan payudara ibunya yang buruk.
Seiring
dengan berkembangnya sang bayi, fantasi ketidaksadaran mengenai payudara ini
masih berlanjut dan berdampak pada kehidupan psikisnya sehingga muncul fantasi
ketidaksadaran lainya. Fantasi ketidaksadaran yang muncul belakangan ini
dibentuk melalui kenyataan yang dialam dan predisposisi bawaan. Salah satu
fantasi ini adalah Oedipus complex atau keinginan anak untuk
menghancurkan salah satu orang tuanya untuk terlibat secara seksual dengan
orang tua satunya.
B.    
Objek
Kelin setuju
dengan Freud bahwa manusia mempunyai dorongan bawaan atau insting termasuk
insting kematian. Dorongan-dorongan tersebut berupa objek. Objek-objek tersebut
adalah dorongan lapar untuk mendapatkan payudara baik, dorongan berhubungan badan
dan memiliki organ seksual, juga lainnya. Klein (1948) yakin bahwa sejak masa
bayi awal anak sudah berkaitan dengan objek-objek eksternal ini, “dan kemudian
mulai berminat pada wajah dan tangan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka”
(Klein, 1991, hlm 757). Dalam khayalan aktifnya bayi mengintroyeksi atau
mencapai struktur psikis pada objek eksternal; mereka juga berkhayalan dengan
menginternalisasikan objek dalam istilah-istilah yang berwujud konkret.
Contohnya, anak mengintroyeksikan sang ibu percaya bahwa ibunya akan selalu ada
di dalam dirinya.
2.5 Posisi
Dalam
usahanya untuk menghadapi dikotomi baik dan buruk atau dalam menghadapi objek
internal dan eksternal, bayi mengatur pengalaman mereka berdasarkan posisi
tertentu. Klein memilih istilah “posisi” daripada “tahapan perkembangan” untuk
mengindikasikan bahwa posisi dapat maju dan mundur. Posisi bukanlah merupakan
periode perkembangan dalam rentang waktu tertentu dalam fase kehidupan manusia
A.   
Posisi
Paranoid-Schizoid
Menurut
klein, bayi mengembangkan posisi paranoid-schizoid ketika berusia tiga sampai
empat bulan. Pada saat ini, egonya mempersepsi dunia eksternal sebagai dunia
yang subjektif dan fantastis, bukan objektif nyata. Perasaan terancam pada
seseorang bayi merupakan perasaan paranoid, yaitu perasaan yang tidak didasari
oleh kenyataan atau bahaya dunia.
B.    
Posisi
Depresif
Anak yang sedang berada pada posisi depresif
dapat mengenali objek yang dicintainya menjelma menjadi satu di waktu yang
sama. Mereka saling mendekati satu sama lain untuk keinginan menghancurkan
ibunya dan keinginan untuk memperbaiki atas penyerangan ini. Anak melihat
ibunya sebagai suatu kesatuan dan dalam posisi yang berbahaya, jadi mereka bias
merasa empati terhadapnya. Kualitas ini merupakan faktor yang menguntungkan
bagi hubungan interpersonal di masa mendatang.
2.6 Mekanisme Pertahanan Psikis
           
Klein (1955) mengemukakan bahwa sejak awal masa bayinya, anak dapat mengadopsi
beberapa mekanisme pertahanan psikis untuk melindungi perasaan yang berasal
dari kecemasan sadistis oral mengenai payudara, payudari sebagai objek yang destruktif
dan menakutkan di satu sisi, namun payudara sebagai objek yang menyenangkan dan
sangat membantunya di sisi yang lain. Untuk mengontrol kecemasan ini, bayi
menggunakan beberapa mekanisme pertahanan diri, seperti introyeksi (introjection),
proyeksi (projection), pemisahan (splitting), dan identifikasi
proyektif (projective identification).
2.7 Internalisasi
Ketika teori relasi objek berbicara
mengenai internalisasi, hal ini berarti bahwa orang melakukan introyeksi, yaitu
memasukan aspek eksternal kemudian diolahnya menjadi rangka kerja yang bermakna
secara psikologi. Toeri kleinian menekankan tiga internalisasi penting, yaitu
ego, superego, dan Oedipus complex.
A.   
Perkembangan
Oedipal pada Perempuan
Pada awal
perkembangan Oedipal Feminim, yaitu selama bulan pertama dalam kehidupan
seorang anak perempuan melihat payudara ibunya sebagai objek “baik dan buruk”.
Kemudian sekitar usia 6 bulan ia mulai melihat payudara lebih sebagai objek
yang positif daripada negatif. Setelah itu, ia mulai melihat ibunya secara
keseluruhan sebagai objek yang penuh dengan kebaikan dan sikap ini membuatnya
berimajinasi mengenai bagaimana hadirnya seorang bayi. Ia juga berkhayal bahwa
penis ayahnya memberi ibunya berbagai hal, termasuk bayi-bayi. Oleh karena anak
perempuan kecil ini melihat penis ayahnya sebagai pemberi bayi, maka ia
mengembangkan hubungan positif terhadap penis ayahnya dan berkhalayl bahwa
ayahnya akan memenuhinya dengan bayi-bayi. Jika proses perkembangan Oedipus
Feminin ini berjalan dengan mulus, maka anak perempuan akan menempatkan dirinya
pada posisi feminism dan mengembangkan hubungan yang positif dengan
kedua orang tuanya.
B.    
Perkembangan
Oedipal pada Laki-laki
Seperti pada
anak perempuan, anak laki-laki juga memandang payudara ibunya sebagai objek
baik dan buruk (Klein,1945). Kemudian selama bulan-bulan pertama perkembangan Oedipal,
anak laki-laki mengganti hasrat oralnya, yang semula pada payudara ibunya
diganti menjadi hasrat terhadap penis ayahnya. Pada masa ini, anak laki-laki
sedang berada pada posisi feminine di mana ia mengadopsi sikap
homoseksual pasif terhadap ayahnya. Kemudian, ia bergerak menuju hubungan
hetroseksual dengan ibunya. Oleh karena perasaan homoseksual terhadap ayahnya
yang pernah dimilikinya, maka ia tidak takut ayahnya akan mengebirinya. Klein
percaya bahwa posisi homoseksual pasif ini merupakan faktor awal terbentuknya
hubungan hetroseksual yang sehat dengan ibunya. Sederhananya, seorang anak
laki-laki harus memiliki perasaan yang baik terhadap penis ayahnya terlebih
dahulu, sebelum ia dapat menilai miliknya.
2.8 Teori Kedekatan dan Hubungan Orang Dewasa
           
Peneliti melakukan penelitian mengenai konsep kedekatan dan hubungan romantis
orang dewasa. Salah satunya adalah Steven Rholes dan rekan-rekannya. Mereka
menguji gagasan gaya kedekatan yang dihubungkan dengan jenis informasi yang
dicari atau dihindari oleh orang yang bersangkutan terhadap hubungan romantis
mereka dengan pasangannya. Peneliti meramalkan bahwa individu penghindar, tidak
mencari informasi tambahan tentang perasaan dan mimpi-mimpi terdalam pasangan
mereka, sedangkan individu yang bersemangat menyatakan suatu keinginan yang
kuat untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang pasangannya. Individu
tipe penghindar umumnya bekerja keras untuk memelihara kebebasan emosional.
Oleh karena itu, mereka tidak memerlukan informasi yang bias meningkatkan
kedekatan. Mereka memandang kedekatan ini akan menjadi penghambat dari
kebebasan mereka. Sebaliknya, individu pencemas merasa cemas akan status
hubungan mereka dan ingin memperkuat ikatan emosional dengan mencari sebanyak
mungkin informasi perasaan yang intim dari pasangan mereka.
           
Kedekatan (attachment) merupakan konstruksi psikologi kepribadian yang
secara terus menerus menghasilkan banyak penelitian penting. Saat kajian
mengenai teori kedekatan mulai memahami perbedaan dalam hubungan anak-orang
tua, penelitian terkini menyebutkan bahwa dinamika yang sama (gaya kedekatan
rasa aman, penghindar, dan pencemas) dinilai penting untuk memahami konsep
hubungan, mulai dari hubungan pasangan romantis hingga hubungan pemimpin
militer dan prajuritnya (Feist, 2010).
2.9 Psikoterapi
Klein,
Mahler, Kohut, dan Bowlby adalah psikoanalis yang terlatih dalam
praktik-praktik ortodoks Freudian. Meskipun demikian, masing-masing dari mrrrka
memodifikasi penanganan psikoanalitisnya sesuai dengan orientasi teoretisnya.
Banyak ahli mengemukakan teori yang bervariasi mengenai pendekatan terapi.
Kepeloporan
Klein menggunakan psikoanalisis terhadap anak-anak tidak diterima dengan baik
oleh analis-analis lain selama tahun 1920-an hingga 1930-an. Penolakan gagasan
mengenai  psikoanalisis terhadap masa
kanak-kanak ini terutama dilakukan oleh Anna Freud, yang menyatakan bahwa
terapis tidak dapat mengembangkan transferens pada anak kecil yang masih sangat
dekat dengan orang tuanya karena mereka tidak memiliki khayalan atau gambaran
yang tidak sadar. Oleh karena itu, ia mengklaim bahwa anak kecil tidak bisa
memperoleh keuntungan dari terapi psikoanalisis. Sebaliknya, Klein percaya
bahwa, baik anak-anak yang sehat maupun yang mengalami gangguan harus melakukan
psikoanalisis. Anak-anak yang mengalami gangguan akan memperoleh keuntungan
dari  penanganan terapeutik. sementara
anak-anak yang sehat akan memperoleh keuntungan dari analisis  prophilactic. Konsisten dengan keyakinannya,
ia bersikeras melakukan analisis terhadap anak-anaknya sendiri. Ia juga
bersikeras bahwa keberhasilan psikoanalisis terhadap anak ditentukan dengan
adanya transferens negative, sebuah pandangan yang tidak disetujui Anna Freud
dan banyak psikonalis lainnya.
Untuk
memunculkan transferens negatif dan khayalan agresif, Klein menyediakan mainan
kecil, pensil dan kertas, cat, krayon, dan sebagainya untuk setiap anak. Ia
mengganti pendekatan analisis mimpi dan asosiasi bebas dari Freud dengan terapi
bermain. Ia percaya bahwa anak kecil dapat mengekspresikan berbagai keinginan
mereka yang tidak sadar dan sadar melalui terapi bermain. Terapi bermain juga
mendukung adanya transferens negative, yaitu ketika pasien Klein yang masih
anak-anak menyerangnya secara lisan. Hal ini memberinya pcluang untuk
menginterpretasikan alasan-alasan tidak sadar di balik serangan-serangan
tersebut (Klein, 1943).
Tujuan dan terapi Kleinian
adalah mcngurangi perusuan kecemasan yang depresif dan ketakutan yang mengancam
dan untuk mengurangi kekerasan objek yang terinternalisasi. Untuk memenuhi
tujuan tersebut, Klein mendorong pasien-pasiennya untuk mengalami kembali emosi
dan khayalan awal, nanum kali ini dengan bantuan terapis. Tugas terapis adalah
menunjukkan perbedaan antara kenyataan dan khayalan serta antara tidak sadar
dan yang sadar. Ia juga mengizinkan pasiennya untuk mengekspresikan transferens
positif dan negatif. Situasi ini penting agar terbentuk pemahaman pasien
mengenai  bagaimana khayalan tidak sadar
berhuhungan dengan situasi-situasi sehari-hari. Begitu hubungan ini dibuat,
pasien-pasien merasakan  berkurangnya
penderitaan yang diakibatkan oleh objek yang diinternalisasinya, berkurangnya
kecemasan depresifnya, dan mampu memproyeksikan ketakutan internal yang
dialaminya pada dunia luar.
2. 10 Kritik Terhadap Teori Objek
Kritik terhadap Teori Relasi
Objek Saat ini. teori relasi objek menjadi lebih populer di Inggris dibanding
di Amerika Serikat. “British School” memiliki pengaruh yang sangat
kuat dalam psikoanalisis dan psikiatris di Inggris. Di Amerika, meskipun masih
tetap berkembang, pengaruh dari teori relasi objek tidak terlalu dirasakan secara
langsung.
Bagaimanakah penilaian
terhadap teori ini dalam hal mcngembangkan penelitian? Pada tahun 1986, Moriss
Bell dan rekan-rekannya memublikasikan. Bell Object Relations Inventory (BORI),
sebuah kuesioner penilaian diri (self report) yang mengidentifikasi empat aspek
relasi objek, yaitu alienation, kedekatan (attachment), egosentrisitas
(egocentricity) dan ketidak kompetenan sosial (social incompetence). Sampai
saat ini, hanya beberapa penelitian yang menggunakan BORI untuk meneliti relasi
objek secara empiris. Bagaimanapun juga, pada saat ini teori relasi objek telah
mendorong munculnya banyak penelitian. Oleh karena itu. kami memberikan nilai
yang rendah pada teori relasi objek dalam kemampuannya menghasilkan  penelitian, namun dilihat dari aspek
kegunaannya. teori ini dinlai cukup tinggi untuk memenuhi kriteria.
Oleh karena teori relasi objek
berkembang dari teori  psikoanalisis
orthodoks, maka sama seperti teori Freud, teori ini menghadapi permasalahan dalam
hal ketidakmampuannya untuk diulang atau diuji kebenarannya. Kebanyakan
gagasannya didasarkan pada apa yang terjadi dalam diri psikis seorang bayi
sehingga asumsi tersebut tidak dapat diulang untuk disangkal atau dibenarkan.
Teori ini tidak membiarkannya untuk di sangkal atau dibenarkan karena teori ini
hanya memunculkan sangat sedikit hipotesis yang bisa diuji. Di lain pihak,
teori kedekatan dinilai tinggi dalam hal ketidakmarnpuannya untuk diulangi.
Mungkin, kegunaan yang paling
penting dari teori relasi objek adalah kemampuannya dalam mengorganisasi atau
mengelola informasi tentang perilaku bayi. Melebihi kebanyakan pencetus lain,
pencetus relasi objek berspekulasi terhadap bagaimana manusia secara bertahap
menjadi lebih peka terhadap identitas mereka. Klein, dan terutama Mahler,
Bowlby, dan Ainsworih, membangun teori mereka secara hati-hati berdasarkan
pengamatan terhadap hubungan ibu dan anak. Mereka melihat interaksi antara bayi
dan ibunya dan mengambil kesimpulan berdasarkan apa yang mereka lihat.
Bagaimanapun, di luar masa kanak-kanak,. teori relasi objek kurang bermanfaat
sebagai  pengorganisasi (pengelola)
pengetahuan. Sebagai panduan untuk para praktisi. teori relasi objek dinilai
lebih baik dibanding sebagai pengorganisasi data atau hipotesis teruji yang
dihasilkannya. Orang tua para bayi dapat belajar banyak tentang kehangatan,
penerimaan, dan pengasuhan yang baik. Psikoterapis menemukan bahwa teori ini
berguna tidak hanya bagi pemahaman 
perkembangan awal dari klien mereka, tetapi juga untuk memahami dan  bekerja dengan hubungan yang jelas yang
dibentuk klien dengan para terapisnya, yang mereka lihat sebagai pengganti
orang tua.
Dalam
kriteria konsistensi, setiap teori yang didiskusikan dalam bab ini memiliki
konsistensi internal yang tinggi, tetapi beberapa pencetus teori menyatakan
ketidaksetujuannya dalam beberapa hal. Walaupun mereka semua memiliki
kepentingan utama yang sama dalam hubungan manusia, tetapi perbedaan di antara
mereka melebihi  persamaan yang ada pada
mereka. Sebagai tambahan. kami menilai rendah teori relasi objek dalam hal
kriteria kesederhanaan (parsimony). Khususnya pada teori Klein yang menggunakan
frase-frase yang kompleks dan tidak perlu dalam mengekspresikan teorinya.



BAB 3
PEMBAHASAN KASUS
3.1 Kasus
Seorang siswi kelas X di
sebuah SMA bernama Novi memiliki perilaku yang sangat kurang terpuji di dalam
kelasnya. Ia tampil sebagai seorang siswi yang nakal , sangat emosional ,
pemalas , tidak memiliki motivasi hingga ia sering terlibat percekcokan dengan
teman-teman sekelasnya. Dari informasi yang beredar bahwa novi berasal dari
keluarga pengusaha kaya raya yang kedua orang tuanya selalu sibuk terlebih
ayahnya yang sering berpergian keluar negeri untuk urusan bisnis. Meskipun
begitu novi terlihat akrab dengan ayahnya daripada ibunya. Sejak kecil novi sering
di asuh oleh pengasuh bayaran.
3.2 Pembahasan
           
Menurut teori dari sudut pandang relasi objek
Melanie Klein, prilaku ini bias jadi berhubungan antara Novie dengan ibunya,
bahwa Novie memiliki hubungan yang kurang baik dengan ibu kandungnya di rumah.
Hubungan Novie dengan ibu kandungnya sering diwarnai dengan pertengkaran dan
novie kurang merasa nyaman dengan ibu kandungnya. Hal ini semakin diperparah
dengan kondisi dimana ayah Novi jarang dirumah dan kurang peduli akan kondisi
keluarganya. Dari hasil wawancara diketahui bahwa Novie lebih nyaman berbicara
dengan ayahnya ketimbang ibu kandungnya
.
Ketidak harmonisan hubungan
Novie dengan ibunya , terjadi sejak Novie masih kecil. kemungkinan Novie sering
menjadi marah pada ibunya sejak kecil karena pada saat ia ingin bersama sang
ayah , ibunya datang mengganggu seperti memberi perintah , memarahi ayahnya ,
atau mengajak novie ke tempat lain sehingga pada saat usia kanak-kanak Novie
jarang menghabiskan waktu dengan ayahnya , sehingga menimbulkan kekesalan pada
dirinya yang tidak dapat menghabiskan waktu dengan ayah berujung pada hubungan
Novie yang kurang baik dengan Ibunya saat ini sebab ia menganggap bahwa ibunya
lah yang membuat ia tidak bisa dekat dengan ayahnya. Karena hubungan yang
kurang baik maka Novie menjadi sulit untuk bercerita , curhat dengan ibunya ,
dan mendapat kasih sayang dari ibunya sehingga ia sering menjadi frustasi dan
bentuk frustasinya disalurkannya dengan sikapnya yang keras kepala , pemarah ,
dan sering bertengkar dengan teman-temannya selain itu rasa percaya Novie
kepada ibunya sangat rendah sekali , sehingga ia merasa tidak nyaman dan selalu
menganggap ibunya sebagai musuh.
Akibat
sang ibu sibuk bekerja dan ia tidak pernah melakukan kontak langsung dengan
anaknya sehingga membuat hubungan emosionalnya menjadi kurang dekat dengan
Novie akibatnya ia sering mengalami konflik dengan Novie dan sulit untuk
mendekatkan diri.



BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1.     
Pencetus
teori relasi objek mengasumsikan bahwa hubungan antara ibu dan anak pada masa
usia empat sampai lima tahun pertama adalah masa paling kritis untuk
perkembangan kepribadian. Klein percaya bahwa representasi internal psikis
adalah bagian yang terpenting dalam objek signifikan awal, seperti pada
payudara ibu atau penis ayah.
2.     
Bayi mengintroyeksikan
representasi psikis sebagai struktur psikis mereka sendiri dan
memproyeksikannya sebagai eksternal objek, yaitu orang lain. Gambaran internal
ini bukan merupakan gambaran yang akurat dari orang lain, tetapi akan tetap
menjadi bagian dari pengalaman interpersonal.
3.     
Untuk
menghadapi masalah payudara yang mengayomi (nurturing breast) dan
payudara yang membuat frustasi (frustrating breast), bayi membedakan
objek menjadi objek baik dan buruk dan pada saat yang bersamaan, mereka juga
membagi ego mereka sendiri sehingga memberi tampilan ganda tentang dirinya
sendiri.
4.     
Selama awal Oedipus
complex
pada perempuan, anak perempuan mengadopsi posisi feminine terhadap
kedua orang tuanya. Ia juga mengembangkan perasaan positif, baik terhadap
payudara ibunya juga terhadap payudara ibunya juga terhadap penis ayahnya.
Penis ayahnya ini dipercaya bias memberikan bayi. Terkadang anak perempuan
mengembangkan keinginan untuk berbuat jahat terhadap ibunya. Ia takut ibunya
akan menyerangnya dan mengambil bayi-bayinya.
5.     
Oedipus complex pada laki-laki melebur ketika seorang anak laki-laki
sudah membangun hubungan yang baik dengan kedua orang tuanya dan merasa nyaman
serta menerima jika kedua orang tuanya melakukan hubungan seksual satu sama
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Feist. 2010.
Teori Kepribadian Theori of Personality. Jakarta: Salemba humanika.
Klein,M.
1991. The Freud-Klein Controversies. London: Tavistock/Routledge.
Tavris,
Carol. 2007. Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top