aksis

Perancangan Kawasan Taman Sari Yogyakarta: Emerging Future Layer



Memunculkan ide pengembangan masa depan (futuristik) pada situs sejarah taman sari. sebuah pesanggerahan eksotis para raja yang telah berbaur dengan permukiman padat penduduk.  


[Latar sejarah]
Taman
sari
terletak di kawasan Njeron Beteng kraton yogyakarta. Dibangun pada tahun
1756
pada masa pemerintahan pangeran Mangkubumi I. Taman
Sari
merupakan  kawasan yang dulunya digunakan sebagai tempat psanggarahan (istirahat) para
raja,
sekaligus benteng pertahanan dan tempat ibadahMenurut catatan sejarah, kawasan pesanggrahan ini pernah mengalami kerusakan berat
yang
disebabkan oleh gempa bumi sehingga ditinggalkan penggunaannyaSeiring berjalannya waktu, kawasan ini lambat laun didiami oleh masyarakat sekitar dengan seijin
sultan
melalui sistem
yang
dinamakan magersari hingga saat ini. 



[Budaya]
Keunikan kawasan situs ini berlanjut melalui warga tempatan yang merupakan seniman batik lukis (home industri) yang bisa dikunjungi di rumah-rumah melewati gang kecil di antara situs taman sari. Kerajinan
batik
lukis merupakan aset budaya
yang
dimiliki warga kampung taman  secara turun temurun.
Batik
memiliki ciri khas tersendiri untuk menarik minat wisatawan untuk datang ke kawasan ini. 
Potensi Pasar Ngasem sebagai pasar hewan tidak hanya berfungsi sebagai tempat jual beli tapi sebagai ruang interaksi antar penjual dan warga bahkan dengan para turis
yang
tertarik dengan situasi pasar.

[Urban]
Sama halnya dengan kampung-kampung
yang
ada di tengah kota yogya. Pola permukiman padat organik dengan
gang-gang
kecil merupakan gambaran
yang
khas dari kondisi kawasan taman
sari.

kondisi ini berdampak pada berkurangnya lahan hijau untuk menyerap
air
hujan dan ruang terbuka untuk bersosialisasi, bermain maupun olahraga.

Enterance utama taman sari sekarang. Foto: Adnan
situs taman sari di tengah permukiman warga (diambil dari atas gedong kenongo).
Foto: een
urung-urung, dulunya berada di bawah air danau buatan. Foto: Ignat
URUNG-URUNG, lorong bawah tanah yg memiliki fungsi pertahanan
Foto: Ignat
sumur gumuling (masjid bawah tanah). pot tanaman, elemen lama atau baru?.
Foto: Adnan
ruang dalam sumur gumuling. Foto: een
lukisan, industri rumahan warga kampung taman. Foto: Adnan



Menciptakan pengembangan yang futuristik merupakan tantangan dalam studio urban design kali ini. apalagi alternatif konservasi yang bisa diberikan untuk pengembangan taman sari dan lingkungan sekitarnya. terhadap ide pengembangan taman sari dalam tema futuristik, persoalan yang dihadapi adalah:

  1. Bagaimana menciptakan desain futuristik yang memiliki
    hubungan dengan lokasi taman sari yang historis ditengah permukiman padat?
  2. Bagaimana memunculkan ide futuristik yang
    terkait dengan sejarah yogyakarta?
  3. Bagaimana konsep futristik menjawab permasalahan
    ruang publik di area taman sari?
[Konteks lokal]

Taman sari dulu dan sekarang


lokasi area situs taman sari (merah) dalam lingkungan njeron beteng Karaton Yogyakarta

Taman sari (1758-1812) KIRI: layer masa lalu taman sari di dalam njeron benteng.
KANAN: analisa elemen pembentuk kawasan taman sari, mass (atas), space (tengah), surface (bawah)
 
Masa depan?


sulit membayangkan seperti apa pengembangan masa depan taman sari, karena bayangan pertama untuk pengembangan area bersejarah seringnya adalah ‘pemugaran kembali’ atau restorasi. Berbicara masa depan muncul pertanyaan-pertanyaan seperti berikut; Apakah masa depan masih memerlukan tempat parkir?, Apakah orang datang mesti dari gerbang utama dan membayar
tiket untuk masuk?Adakah cara lain yang membuat orang menikmati taman sari
dengan cara berbeda? memang perlu preseden untuk membantu proses desain.
[Preseden]
Parc de la villette, diarsiteki bernard tschumi sebagai ruang
publik yang dipersiapkan untuk memasuki abad 21. Taman ini digerakkan oleh tiga
elemen dasar yaitu points, lines dan surface yang bergerak dengan logikanya masing-masing yang pada
akhirnya saling mempengaruhi menjadi generator kawasan.
[Emerging future layer]
Mengambil contoh preseden parc de la villette, tidak serta
merta menanamkan follies dan cinematic walkways pada lokasi ini. Parc de la
villette merupakan perpaduan tiga layer utama yang benar-benar baru tanpa
preseden masa lalu. Pada taman sari Kita ingin ide futuristik tetap memiliki
patokan lokal yang terkait oleh sejarah yogyakarta sebagai kerajaan. Sehingga
ide masa depan memiliki akar yang jelas dari latar belakang kerajaan di masa
silam. Ini yang merupakan tugas untuk menjawab pertanyaan desain ketiga, yaitu bagaimana
memunculkan sebuah ide futuristik yang terkait dengan sejarah yogyakarta.



Aksis dua kerajaan

Bebicara sejarah Yogyakarta tidka lepas dari kerajaan islam
kuno mataram yang sisa peninggalannya berada di Kota gede. Memunculkan suatu
keterhubungan kedua keraton yang memilki keterkaitan sejarah yang kuat, sebuah
sumbu ditarik dari Kota gede menuju kawasan Njeron Beteng Karaton Yogyakarta, menghubungkan
dua elemen yang masih ada dari keduanya yaitu masjid mataram kota gede dengan
masjid kauman karaton Yogyakarta. Dari sumbu ini sebuah garis coba ditarik
menuju area taman sari (ke arah selatan) menuju masjid sumur gumuling taman sari
sehingga membentuk garis tegak lurus 90 derajat. Sebuah temuan kedua
garis dari tiga titik masjid tersebut membentuk sudut 90 derajat. Ditemukannya
dua sumbu tegak lurus ini menjadi awal pengembangan sebuah layer masa depan
kawasan taman sari.








overlay aksis-aksis masa lalu dan aksis-aksis masa depan
follies taman sari dalam konteks njeron Benteng


Follies sebagai ruang publik masa depan

Dua sumbu ini berlanjut, dengan meng-offset keduanya di atas
area taman sari. Lebar offset sumbu ini diambil dari ukuran jarak alun-alun
selatan. Alun-alun selatan merupakan ruang terbuka di selatan karaton
Yogyakarta berukuran 200 x 200 M. alun-alun yang merupakan ruang terbuka dimana
jarak keempat titik sudutnya menjadi jarak letak antar obyek-obyek follies yang
akan menjadi ruang-ruang publik masa depan. 


ide kawasan konseptual
Cinematic bridge as flying
workshop gallery 


Struktur masa depan memungkinkan untuk menikmati taman sari
dengan cara yang berbeda. Antar follies dihubungkan dengan jembatan yang
merupakn cinematic bridge yang sekaligus berfungsi sebagai galeri seni dan
workshop bagi pengrajin batik taman. Jembatan merupakan cara baru menikmati layout
kawasan dan reruntuhan bangunan taman sari dari atas kawasan yang dilingkupi
oleh padatnya permukiman penduduk.
Jika kita perbandingkan layer masa lalu yang memiliki bagian
di bawah tanah seperti sumur gumuling dan lorong, dan permukiman warga di atas
tanah merupakan layer masa kini dengan nilai social budaya kerajinan batik
warganya, maka layer masa depan berada di atas kawasan menikmati kawasan
sejarah dan lingkungan kampung taman sekaligus workshop seni yang akan menjadi
even tersendiri di atas jembatan.



[Desain]


Aerial view pengembangan taman sari dengan penerapan fungsi masa depan (dari arah utara) 


Follies pada pertigaan pasar ngasem (1) merupakan eterance dengan plaza yang menembus ke sisi barat kawasan menuju gedung agung (9). ‘Shortcut’ ini mengembalikan akses masa lalu yang pernah ada yang saat ini tertutup oleh permukiman warga yang padat. Menjadikan akses utama masa lalu yang saat ini adalah bagian belakang yang buntu menjadi wajah depan dengan ruang publik yang lapang dan ruang apresiasi seni dengan follies sebagai elemen penanda masa depan yang muncul bersanding dengan situs heritage masa lalu. 

membuka akses utama masa lalu dalam wajah masa depan dengan elemen ruang terbuka publik
simpang ngasem, ruang terbuka dengan follies sebagai penanda pintu  masuk ke taman sari dengan menggunakan jembatan
pandangan pengunjung dari cinematic bridge memungkinkan melihat situs dalam konteks kawasan dan fungsi sebagai galeri+workshop batik lukis dan shortcut (jalan pintas).
pandangan menuju gedong agung. perpaduan elemen bentuk  kuno dengan  elemen futuristik jembatan dan follies


pusat edukasi dan audiovisual.
 menciptakan ruang publik dan ruang terbuka baru dengan follies dan jembatan sebagai elemen penghubung dengan kawsan taman sari.
kawasan dari arah timur (atas) kawasan dari arah selatan (bawah)


[Epilog]
ketika berada di  bagian tinggi gedung kenongo ada hasrat ingin melihat kawasan ini dari atas seperti seorang raksasa. melihat dari satu tempat (situs) ke tempat lain dengan cepat untuk mendapatkan gambaran utuh tata ruang taman sari walu sudah dikerumuni oleh permukiman warga yang padat.
hal yang menarik wisatawan adalah ‘the ruin’, reruntuhannya yang terlihat eksotis. sehingga pemugaran kembali (restorasi) tidak lah termasuk dalam semangat futuristik karena mengembalikan memori masa lalu.


peran aksis. menghidupkan kembali/mengangkat peran kota historis menjadi bagian pembentukan struktur kota saat ini atau masa depan. peran kota lama seharusnya tidak berhenti dan selesai. 
                                                       
                                                                                                                              
Dirgahayu kota yogyakarta yang ke-255, semoga makin istimewa..!!!

Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Paling Populer

To Top