
Sebenarnya sang istri kala itu tengah mengandung.
Hanya saja bayi di kandungan istrinya berukuran sangat kecil, sehingga mereka berdua tidak menyadarinya.
Beberapa bulan kemudian, sang istri melahirkan seorang bayi berukuran sangat kecil, sebesar ukuran cabe rawit.
Mereka berdua sangat gembira dengan kehadiran si buah hati.
Karena berukuran sebesar cabe rawit, mereka berdua kemudian memberi nama bayi mereka dengan nama Cabe Rawit.
Mereka membesarkan anak mereka dengan penuh kasih sayang.
Akibatnya si Cabe Rawit harus bekerja menggantikan ayahnya, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ia berniat bekerja menjadi kuli panggul di pasar seperti pekerjaan ayahnya.
Meskipun bertubuh kecil, namun cabe rawit memiliki tenaga sangat kuat dan memiliki suara lantang.
Si pedagang pisang memanggul pisang bawaannya yang banyak.
Si Cabe Rawit merasa takut tertimpa oleh buah pisang sehingga ia berteriak, “Hai bapak penjual pisang! Hati-hati jangan sampai pisang milik bapak menimpa tubuhku yang kecil!”
Ia menengok ke kanan dan ke kiri mencari asal suara tersebut.
Karena tidak menemukan asal suara, si bapak penjual pisang merasa ketakutan.
Ia pikir suara tersebut adalah suara hantu.
Ia lantas lari tunggang langgang meninggalkan pisang dagangannya di jalan.
Hal ini sering terjadi pada para pedagang lainnya di pasar seperti pedagang beras, pedagang jagung, pedagang sayuran dan pedagang lain.
Alhasil, setiap hari banyak barang-barang yang dibawa oleh si Cabe Rawit ke rumahnya.
Akhirnya kehidupan si Cabe Rawit beserta ibunya menjadi berkecukupan.
- Tujuh Anak Lelaki
- Pangeran Amat Mude
- Ahmad Rhang Manyang
- Mentiko Betuah
- Damayanti, Astri, 2014, Dongeng Klasik 5 Benua, Jakarta: Penerbit Bestari Buana Murni.

Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.