Catatan

NIETZSCHE TENTANG AMOR FATI, MORALITAS TUAN, DAN HIDUP OTENTIK


 


Oleh: NANI EFENDI

 

Nietzsche berkata, “Fatum
brutum amor fati
.” Maksudnya, takdir itu kejam dan brutal, tapi kita
harus tetap mencintai takdir. Nietzsche sepertinya mengucapkan kata-kata itu
sebagai pengingat bagi dirinya sendiri. Karena dalam pergulatan hidupnya,
Nietzsche lekat dengan kesendirian, kesengsaraan. Juga Nietzsche mengajak kita
untuk berani menjalani kehidupan. Karena seringkali orang terlempar ke dalam
fakta-fakta hidup yang tak sesuai dengan keinginan mereka. Mengalami rasa
takut, khawatir akan masa depan, kehilangan semangat dan harapan, kegelisahan, kekecewaan,
merasa lemah, ditinggalkan oleh orang yang dicintai, diasingkan, dan lain
sebagainya.

Secara sederhana, menurut
Nietzsche ada dua moralitas dalam masyarakat: moralitas tuan dan moralitas
budak. Moralitas tuan adalah kemampuan dan keberanian manusia untuk mempunyai
kehendaknya sendiri dan tidak tunduk pada tekanan-tekanan yang mengekang
kemerdekaan dan kebebasan dirinya. Sedangkan, moralitas budak adalah sikap
manusia yang tak mampu menentukan kehendak hidupnya sendiri. Orang yang punya
moralitas budak selalu mengikuti kehendak kawanannya. Manusia dengan moralitas
budak masih tunduk dan takut dengan dogma agama. Nah, untuk menjadi Ubermensch,
menurut Nietzsche, manusia harus hidup dengan moralitas tuan. “Moralitas
Tuan” mengajarkan kita untuk berdiri tegak dan menjadi independen atas
diri kita sendiri: menjadi pribadi yang otentik.

Nietzsche ingin kita bersikap
otentik. Tak perlu ikut-ikutan pada apa kata orang atau menyesuaikan dengan
moral kawanan. Hiduplah sesuai versi kita sendiri. Itulah manusia
eksistensialis. Artinya, punya kehendak yang bebas dari tuntutan-tuntutan yang
berasal dari luar diri kita. Tuntutan yang menghadirkan perasaan gelisah dan
takut dalam diri kita. Misalnya tuntutan-tuntutan budaya, kehidupan sosial, adat-istiadat
masyarakat, tradisi, seperti masalah pekerjaan, penilaian orang lain terhadap cara
dan gaya hidup kita, aktivitas dan kesukaan hidup kita sehari-hari,
godaan-godaan hidup, omongan tetangga, penilaian masyarakat, dan sebagainya. Kita
tak perlu merisaukan itu semua. Hiduplah dengan versi kita sendiri.

Fakta hidup atau keniscayaan
realitas terkadang tidak selalu sesuai keinginan kita. Terkadang kita dipaksa
untuk menelannya. Kata Albert Camus, hidup itu absurd (tak jelas; sulit
dipahami). Konsep absurditas kehidupan manusia menurut Camus—yang digambarkannya
dengan kehidupan Sisifus mendorong batu besar secara terus menerus ke atas
puncak bukit secara berulang-ulang—sepertinya agak identik dengan konsep Nietzsche
tentang “kekembalian abadi”. Hidup dalam dunia yang berulang-ulang itu, Nietzsche
ingin manusia menjalaninya dengan berani. Maka Nietzsche berkata, “Fatum
brutum amor fati
.” Walau terdengar ironis dan fatalis, sebenarnya Nietzsche
bukan mengajarkan kita untuk fatalis dan pasrah pada kehidupan. Bukan.
Nietzsche ingin kita kuat. Nietzsche mengajarkan agar manusia menghadapi dan
menjalani kehidupan dengan berani, bebas, dan bertanggung jawab. Mencintai
takdir dalam keadaan apapun. Orang-orang dengan moralitas tuanlah yang mampu seperti
itu.

NANI EFENDI, Alumnus
HMI

Referensi:

1. https://ignitegki.com/article/1612-fatum-brutum-amor-fati-kiat-berani-hidup-walau-hancur-lebur-menurut-filsafat-nietzsche

2. https://www.thecolumnist.id/artikel/fatum-brutum-amor-fati-refleksi-untuk-menjalani-hidup-ala-friedrich-nietzsche-1116Dalam sumber ini disebutkan, bahwa ungkapan Nietzsche tentang “amor fati” mengajarkan kita untuk tidak hanya harus menanggung apapun yang tidak dapat kita ubah, namun kita harus mencintainya. Setiap orang tidak boleh menyerah pada nasib, melainkan setiap orang haruslah menanggungnya, karena itu adalah sikap yang luhur. Bukankah takdir adalah suatu hal yang niscaya dan tidak bisa dihindari meskipun kebenaran akan takdir itu sakit untuk ditanggung? Setiap hari tanpa sadar manusia sering terjebak dalam siklus aktivitas yang tiada hentinya. Layaknya sebuah lakon dalam bahasa Jawa: setiap orang sibuk memainkan perannya masing-masing dan dipertontonkan di depan orang lain. Baik dia seorang karyawan, buruh pabrik, pengusaha, pejabat negara, dan profesi lainnya. Sayangnya harus diakui bahwa peran itu sangat absurd (sebagaimana diistilahkan oleh Albert Camus) dan membosankan untuk ditonton setiap hari. Dan jika lakon itu terus berlanjut tiada henti sampai takdir (kematian) menjemput, apakah makna yang akan didapat oleh setiap pelakon semasa hidupnya di dunia? Kegiatan monoton di atas adalah “absurdisme” yang secara tidak sadar dilakukan oleh manusia, dan Friedrich Nietzsche melalui konsep pemikirannya memberi jalan keluar dari absurd-nya hidup manusia itu. Melalui kehendak untuk berkuasa (The Will of Power) yang banyak dibahas dan diulas dalam karya Nietzcshe yaitu The Genealogy of Morals, The will to Power, dan Beyond Good and Evil manusia akan meraih hidup bahagia tanpa terikat kepada hal-hal yang ada diluar dirinya.


3. https://www.idntimes.com/life/inspiration/shandy-pradana/13-quotes-nietzsche-untuk-hidup-yang-lebih-baik-c1c2?page=all

 


Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top