
Isu arsitektural
bisa datang darimana saja, bahkan dari sebuah berita, seperti yang terjadi di Kota
Rembang, Jawa Tengah, tepat di hari kemerdekan Indonesia yang ke-75. Berita kejadian
yang berawal dari komentar dan kritikan KH. Mustofa Bisri atau yang dikenal
dengan Gus Mus dalam sebuah video yang direkamnya saat berjalan santai di pagi
hari di Alun-alun Kota Rembang. Berikut teks berita yang dikutip dari situs
Radio R2B Rembang:
bisa datang darimana saja, bahkan dari sebuah berita, seperti yang terjadi di Kota
Rembang, Jawa Tengah, tepat di hari kemerdekan Indonesia yang ke-75. Berita kejadian
yang berawal dari komentar dan kritikan KH. Mustofa Bisri atau yang dikenal
dengan Gus Mus dalam sebuah video yang direkamnya saat berjalan santai di pagi
hari di Alun-alun Kota Rembang. Berikut teks berita yang dikutip dari situs
Radio R2B Rembang:
Buntut Bendera Alun-Alun : Bupati Dan Wakil Bupati
Sowan Gus Mus, “Saya Siap Didukani…”
Sowan Gus Mus, “Saya Siap Didukani…”
Rembang – Bupati Rembang Abdul Hafidz, Wakil Bupati
Bayu Andriyanto, Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Achmad Mualif bersama
sejumlah pejabat Pemkab Rembang, Selasa (18 Agustus 2020) silaturahmi ke
kediaman KH Mustofa Bisri (Gus Mus) di kompleks Pondok Pesantren Raudlatut
Thalibin, Leteh, Rembang.
Bayu Andriyanto, Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Achmad Mualif bersama
sejumlah pejabat Pemkab Rembang, Selasa (18 Agustus 2020) silaturahmi ke
kediaman KH Mustofa Bisri (Gus Mus) di kompleks Pondok Pesantren Raudlatut
Thalibin, Leteh, Rembang.
Hal itu sebagai buntut kritikan Gus Mus kepada Pemkab
Rembang, karena saat pagi hari bertepatan dengan HUT ke-75 Kemerdekaan Republik
Indonesia, tidak ada satu pun bendera merah putih di kawasan Alun-Alun Rembang.
Meski kemudian pihak Pemkab Rembang segera memasang bendera merah putih di
jantung Kota Rembang tersebut.
Rembang, karena saat pagi hari bertepatan dengan HUT ke-75 Kemerdekaan Republik
Indonesia, tidak ada satu pun bendera merah putih di kawasan Alun-Alun Rembang.
Meski kemudian pihak Pemkab Rembang segera memasang bendera merah putih di
jantung Kota Rembang tersebut.
Saat menemui Bupati dan Wakil Bupati Rembang, Gus Mus
menyampaikan bukan soal aturan tidak ada kewajiban memasang bendera di
Alun-Alun. Namun ia menganggap Alun-Alun adalah gerbangnya Rembang. Selain itu,
ketika berada di luar daerah, Gus Mus kerap menyuarakan semangat kebangsaan dan
nasionalisme. Menjadi ironis, manakala daerahnya sendiri tidak menunjukkan
semangat itu.
menyampaikan bukan soal aturan tidak ada kewajiban memasang bendera di
Alun-Alun. Namun ia menganggap Alun-Alun adalah gerbangnya Rembang. Selain itu,
ketika berada di luar daerah, Gus Mus kerap menyuarakan semangat kebangsaan dan
nasionalisme. Menjadi ironis, manakala daerahnya sendiri tidak menunjukkan
semangat itu.
“Orang bicara Rembang itu Gus Mus, Gus Mus Rembang.
Saya bawa nama Rembang. Lhah kalau bolak balik bilang kebangsaan-kebangsaan,
nasionalis-nasionalis, ternyata kota saya tidak menunjukkan itu, “ tuturnya.
Saya bawa nama Rembang. Lhah kalau bolak balik bilang kebangsaan-kebangsaan,
nasionalis-nasionalis, ternyata kota saya tidak menunjukkan itu, “ tuturnya.
Gus Mus menimpali suka jalan pagi di Alun-Alun
Rembang. Ia justru menyarankan supaya Pemkab Rembang menata kawasan Alun-Alun
menjadi lebih baik.
Rembang. Ia justru menyarankan supaya Pemkab Rembang menata kawasan Alun-Alun
menjadi lebih baik.
“Orang Jakarta kenal saya, pas di situ minta foto
dekat tulisan Alun-Alun Rembang, lalu ngajak foto selfie. Justru saya mau
bilang, panjenengan berupaya agar Alun-Alun diperbaiki lagi. Kalau perlu
ngundang arsitek yang bagus, karena itu sebagai brand Rembang. Tinggal
diperbaiki saja, “ imbuh kiai yang genap berusia 76 tahun ini.
dekat tulisan Alun-Alun Rembang, lalu ngajak foto selfie. Justru saya mau
bilang, panjenengan berupaya agar Alun-Alun diperbaiki lagi. Kalau perlu
ngundang arsitek yang bagus, karena itu sebagai brand Rembang. Tinggal
diperbaiki saja, “ imbuh kiai yang genap berusia 76 tahun ini.
Pertemuan di kediaman Gus Mus berlangsung sekira 1
jam. Usai silaturahmi, Bupati Rembang, Abdul Hafidz menyatakan bertanggung
jawab atas kejadian Alun-Alun sempat tidak dipasangi bendera merah putih.
jam. Usai silaturahmi, Bupati Rembang, Abdul Hafidz menyatakan bertanggung
jawab atas kejadian Alun-Alun sempat tidak dipasangi bendera merah putih.
“Meski itu urusan panitia, namun saya selaku Bupati
tentu harus tanggung jawab, “ kata Hafidz.
tentu harus tanggung jawab, “ kata Hafidz.
Bahkan Bupati siap didukani (dimarahi-Red) oleh Gus
Mus, karena menurutnya sebagai bentuk koreksi atas kelemahan Pemkab dan masukan
agar Rembang kedepan lebih baik.
Mus, karena menurutnya sebagai bentuk koreksi atas kelemahan Pemkab dan masukan
agar Rembang kedepan lebih baik.
“Saat diingatkan untuk menjunjung tinggi pahlawan
kita, lha inilah saya sangat terpukul. Saya didukani kayak apa pun, saya
pastikan akan menerima dan ini sebagai cambuk biar Rembang lebih baik, “
tandasnya.
kita, lha inilah saya sangat terpukul. Saya didukani kayak apa pun, saya
pastikan akan menerima dan ini sebagai cambuk biar Rembang lebih baik, “
tandasnya.
Bupati menambahkan tertarik dengan saran-saran Gus Mus
untuk mengembangkan kawasan Alun-Alun sebagai pintu masuk mengangkat nama
Rembang dan ikon pariwisata.
untuk mengembangkan kawasan Alun-Alun sebagai pintu masuk mengangkat nama
Rembang dan ikon pariwisata.
“Saya tadi sangat tertarik. Insyaallah kedepan
Alun-Alun kita perbaiki dengan arsitektur profesional, sehingga benar-benar
menjadi ikon di Kabupaten Rembang, “ terang Bupati.
Alun-Alun kita perbaiki dengan arsitektur profesional, sehingga benar-benar
menjadi ikon di Kabupaten Rembang, “ terang Bupati.
Sementara itu, Wakil Bupati Rembang, Bayu Andriyanto
mengaku tidak ingin menyalahkan siapa pun di balik kejadian ini. Ia
menyampaikan terima kasih atas masukan dari Gus Mus.
mengaku tidak ingin menyalahkan siapa pun di balik kejadian ini. Ia
menyampaikan terima kasih atas masukan dari Gus Mus.
“Biasanya upacara HUT Kemerdekaan di Alun-Alun. Cuman
karena pandemi digeser ke halaman Kantor Bupati. Tapi semangat patriotisme dan
nasionalisme di tempat-tempat publik jangan sampai dilupakan. Nah ini pesannya,
kami tidak ingin menyalahkan siapa pun. Kami ucapkan terima kasih, ini
keteledoran kami, “ ucap Bayu.
karena pandemi digeser ke halaman Kantor Bupati. Tapi semangat patriotisme dan
nasionalisme di tempat-tempat publik jangan sampai dilupakan. Nah ini pesannya,
kami tidak ingin menyalahkan siapa pun. Kami ucapkan terima kasih, ini
keteledoran kami, “ ucap Bayu.
Sebagaimana kami beritakan, video vlog Gus Mus saat
jalan pagi, di Alun-Alun Rembang, Senin (17/08) menjadi viral di media sosial
dan WA group. Isinya, Gus Mus mengkritik kenapa tidak ada satu pun bendera
merah putih, padahal HUT Kemerdekaan RI.
jalan pagi, di Alun-Alun Rembang, Senin (17/08) menjadi viral di media sosial
dan WA group. Isinya, Gus Mus mengkritik kenapa tidak ada satu pun bendera
merah putih, padahal HUT Kemerdekaan RI.
“Apa lupa, apa tidak punya bendera, apa karena lagi
sibuk memikirkan Pilkada, “ kata Gus Mus dalam video itu.
sibuk memikirkan Pilkada, “ kata Gus Mus dalam video itu.
Setelah video beredar luas, sejumlah pegawai Pemkab
Rembang memasang bendera merah putih di tiang utama, Senin sekira pukul 08.30
Wib. Setelah itu dilanjutkan dengan pemasangan belasan bendera lain dan
umbul-umbul. (Musyafa Musa).
Rembang memasang bendera merah putih di tiang utama, Senin sekira pukul 08.30
Wib. Setelah itu dilanjutkan dengan pemasangan belasan bendera lain dan
umbul-umbul. (Musyafa Musa).
Tentu sebuah
berita dapat menjadi informasi awal untuk mengembangkan sebuah isu yang bisa
ditarik. Berita di atas kiranya memiliki isu utama, yakni ‘isu kebangsaan atau
nasionalisme’ jika dilihat dari sudut pandang subyek dalam berita tersebut,
yakni Gus Mus sebagai tokoh bangsa. Namun isu lain seperti ‘pandemik Covid’
juga terkandung di dalamnya dan relatif menjadi isu utama jika subyeknya misal,
seorang dokter. Hal yang menarik adalah bagaimana isu kebangsaan atau nasionalisme
yang muncul di berita ini bergerak mengalir lalu mengarah ke isu yang arsitektural
atau menyangkut kota.
berita dapat menjadi informasi awal untuk mengembangkan sebuah isu yang bisa
ditarik. Berita di atas kiranya memiliki isu utama, yakni ‘isu kebangsaan atau
nasionalisme’ jika dilihat dari sudut pandang subyek dalam berita tersebut,
yakni Gus Mus sebagai tokoh bangsa. Namun isu lain seperti ‘pandemik Covid’
juga terkandung di dalamnya dan relatif menjadi isu utama jika subyeknya misal,
seorang dokter. Hal yang menarik adalah bagaimana isu kebangsaan atau nasionalisme
yang muncul di berita ini bergerak mengalir lalu mengarah ke isu yang arsitektural
atau menyangkut kota.
Akan sulit membawa berita
ini menjadi sebuah isu arsitektur seandainya kritik Gus Mus berhenti di ‘tidak
ada bendera’. Baru setelah Bupati Rembang sowan ke Gus Mus di kediamannya isu
arsitektural ini pun muncul sebagai saran dari orang yang berpengaruh kepada
pejabat. Isu arsitektural pun pada akhirnya muncul sebagai akhir dari kronologi
cerita, seperti di bawah ini:
ini menjadi sebuah isu arsitektur seandainya kritik Gus Mus berhenti di ‘tidak
ada bendera’. Baru setelah Bupati Rembang sowan ke Gus Mus di kediamannya isu
arsitektural ini pun muncul sebagai saran dari orang yang berpengaruh kepada
pejabat. Isu arsitektural pun pada akhirnya muncul sebagai akhir dari kronologi
cerita, seperti di bawah ini:
Pandemik
Covid à pindah
tempat upacara 17an à alun-alun
tidak dipakai à upacara
pindah tempat à kritik
Gus Mus tidak ada bendera merah putih à pemda merespon dengan sowan ke Gus Mus à usulan perbaikan alun-alun sebagai identitas / pintu
gerbang à butuh
arsitek untuk mendesain.
Covid à pindah
tempat upacara 17an à alun-alun
tidak dipakai à upacara
pindah tempat à kritik
Gus Mus tidak ada bendera merah putih à pemda merespon dengan sowan ke Gus Mus à usulan perbaikan alun-alun sebagai identitas / pintu
gerbang à butuh
arsitek untuk mendesain.
Menurut saya ketika
mendengar atua membaca berita ini, setidaknya ada beberapa ‘hikmah’ atau pelajaran
yang bisa dipetik dari kritik Gus Mus, yang itu berhubungan dengan sudut pandang
arsitektur, yaitu:
mendengar atua membaca berita ini, setidaknya ada beberapa ‘hikmah’ atau pelajaran
yang bisa dipetik dari kritik Gus Mus, yang itu berhubungan dengan sudut pandang
arsitektur, yaitu:
- Pertama, arsitek
tidak bisa mengubah, secara langsung, sebuah lingkungan binaan kecuali atas usulan dari orang-orang berpengaruh.
Pemerintah dapat menjadi patron namun ucapan dari orang berpengaruh yang mampu
menggerakkan pemerintah untuk memanggil arsitek melakukan tugasnya untuk
memperbaiki lingkungan binaan. Orang berpengaruh itu menjadi ‘patron’ yang
tidak langsung. - Kedua, arsitek
harus peka terhadap masalah lingkungan binaan di sekitarnya, jangan hanya
bergerak kalau ada ‘panggilan’ kerja. Dalam arti ruang kota atau ruang publik
bisa menjadi kajian atau eksperimen yang tidak terbatas dengan melihatnya
sebagai desain ruang publik sekaligus identitas kota, sebelum ia benar-benar
mendapatkan pekerjaannya. - Ketiga, seperti
yang disebutkan di atas, cakupan desain arsitek tidak hanya bangunan, tapi juga
ruang terbuka, ruang-ruang antar bangunan yang terpakai maupun yang tidak
terpakai yang memiliki potensi dikembangkan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dan kota pada umumnya.
Cara berpikir kritis
bisa dikembangkan dengan melihat sebuah kejadian atau berita sebagai petunjuk
dan tanda bagi seorang arsitek untuk berpikir dan menjawab kebutuhan masyarakat
secara lebih aktif.
bisa dikembangkan dengan melihat sebuah kejadian atau berita sebagai petunjuk
dan tanda bagi seorang arsitek untuk berpikir dan menjawab kebutuhan masyarakat
secara lebih aktif.
Kejadian ini
menunjukkan bahwa arsitektur tidak bisa lepas atau hidup tanpa kritik. Sekaligus
menunjukkan pula bahwa isu arsitektur berpotensi muncul dari isu yang non
arsitektural sama sekali. Lalu bagaimana ini kemudian membuat arsitek atau
mahasiswa arsitektur giat menemukan dan menginvestigasi isu-isu di luar
arsitektur yang berpotensi menjadi isu arsitektural, tidak hanya bergantung
pada isu yang sudah jadi.
menunjukkan bahwa arsitektur tidak bisa lepas atau hidup tanpa kritik. Sekaligus
menunjukkan pula bahwa isu arsitektur berpotensi muncul dari isu yang non
arsitektural sama sekali. Lalu bagaimana ini kemudian membuat arsitek atau
mahasiswa arsitektur giat menemukan dan menginvestigasi isu-isu di luar
arsitektur yang berpotensi menjadi isu arsitektural, tidak hanya bergantung
pada isu yang sudah jadi.
Gambar: alun-alun kota rembang, ihategreenjello.com

Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.