#Aopok.com – #Ketimpangan #ekonomi di #Indonesia #kembali #menjadi #sorotan, #setelah #Menteri #Koordinator #Pemberdayaan #Masyarakat, Muhaimin Iskandar (Cak Imin), mengungkap temuan mengejutkan terkait distribusi kekayaan di Tanah Air. Menurutnya, 1% orang terkaya Indonesia menguasai hampir 50% total kekayaan nasional, sebuah kondisi yang dinilai semakin memperlebar jurang kesejahteraan antarkelompok masyarakat.
Baca juga: Kondisi Gunung Semeru Saat ini Setelah Erupsi Hebat Yang Terjadi
Pernyataan tersebut disampaikan Cak Imin dalam keynote speech Seminar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2026 yang digelar INDEF, Jumat (21/11). Temuan ini sekaligus menegaskan bahwa ketimpangan ekonomi tidak hanya menjadi isu global, tetapi juga masalah serius di Indonesia.
1% Orang Terkaya Kuasai Hampir 50% Kekayaan Nasional

Dalam paparannya, Cak Imin menekankan bahwa distribusi kekayaan yang sangat timpang menjadi salah satu hambatan utama dalam pemerataan kesejahteraan.
“Kita juga mendapati bahwa 1 persen orang terkaya di negeri ini menguasai hampir 50 persen total kekayaan nasional kita,” ujarnya.
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar kekayaan masih terkonsentrasi pada kelompok kecil, sementara mayoritas masyarakat justru bertahan dengan kemampuan ekonomi yang stagnan.
Pertumbuhan Ekonomi 5% Belum Menetes ke Rumah Tangga
Walaupun Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5%, menurut Cak Imin hal tersebut belum terasa di tingkat rumah tangga.
Baca Juga: Link LIVE STREAMING Timnas Indonesia U-22 vs Mali U-22: Preview, dan Jadwal Lengkap
“Pertumbuhan dan pemerataan masih berjalan di dua jalur yang berbeda. Makro tumbuh, mikro bertahan,” tegasnya.
Pertumbuhan ekonomi nasional yang stabil tidak otomatis meningkatkan pendapatan masyarakat. Banyak keluarga, khususnya dari kalangan pekerja, petani, nelayan, hingga pelaku UMKM, masih menghadapi tekanan akibat kenaikan biaya hidup yang tidak sebanding dengan peningkatan penghasilan.
Kemacetan Struktural: Ketika Pertumbuhan Tidak Menetes ke Bawah
Cak Imin menyebut kondisi tersebut sebagai “kemacetan struktural”. Istilah ini menggambarkan situasi ketika pertumbuhan ekonomi tidak mengalir ke kelompok masyarakat yang lebih luas, melainkan hanya berputar pada kelompok tertentu yang menguasai akses terhadap modal dan sumber daya ekonomi.
“Ekonomi tidak menetes dari atas ke bawah, tapi hanya bertahan di kantong-kantong sebagian orang, sementara sebagian lainnya tetap hidup dengan kantong yang kosong,” jelasnya.
Fenomena ini menjadi indikator bahwa model pembangunan saat ini perlu evaluasi serius. Jika tidak ditangani, ketimpangan dapat menjadi hambatan bagi akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang.
Mengapa Ketimpangan Kekayaan Berbahaya?
Ketimpangan ekonomi yang tinggi dapat menimbulkan sejumlah dampak negatif, antara lain:
- Menurunnya mobilitas sosial, menyebabkan kesenjangan antargenerasi.
- Melemahnya daya beli masyarakat, yang berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
- Risiko ketidakstabilan sosial dan politik, jika masyarakat merasa semakin tidak diuntungkan.
- Menurunnya produktivitas, karena sumber daya tidak terdistribusi secara merata.
Dengan demikian, kebijakan pemerataan ekonomi menjadi semakin penting agar Indonesia tidak hanya tumbuh, tetapi juga berkembang secara inklusif.
Solusi yang Didorong: Pemerataan, Dukungan UMKM, dan Transformasi Struktur Ekonomi
Meski tidak merinci kebijakan spesifik, Cak Imin menekankan bahwa langkah-langkah strategis harus diambil untuk mengatasi ketimpangan, seperti:
- Meningkatkan akses pendanaan bagi UMKM
- Mendorong pemerataan investasi hingga daerah
- Memperkuat sektor pertanian, perikanan, dan ekonomi masyarakat kecil
- Membangun sistem perlindungan sosial yang lebih berkelanjutan
Transformasi struktural menjadi kunci agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya dinikmati sebagian kelompok, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi seluruh rakyat.
Baca Juga: Baca juga: Jadwal Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2025: Pembagian Grup, Lokasi Pertandingan, dan Persiapan Menuju Medali Emas
Pernyataan Cak Imin mengenai penguasaan hampir setengah kekayaan nasional oleh 1% penduduk membuka kembali diskusi penting mengenai masa depan ekonomi Indonesia. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tampak kuat namun tidak merata, Indonesia membutuhkan strategi baru untuk menciptakan pemerataan dan mengurangi ketimpangan.
Pertumbuhan saja tidak cukup—pemerataan adalah kunci.











