Uncategorized

Kekuasaan ala Machiavelli



Kami duduk berhadap-hadapan di ruangan sebelum boarding pesawat. Sepertinya aku kenal. Ya pasti kenal. Betapa tidak. Diam diam aku suka dia. Entah mengapa suka. Tidak perlu dijelaskan. Dia cantik pastinya. Cerdas dan terpelajar. Doktor bidang Ekonomi. Saat aku kali pertama mengenalnya 15 tahun lalu. Usiaku 45 tahun dan dia 35 tahun. Dia salah satu pengajar program short course Supply chain management di Universitas di Eropa. Caranya mengajar sangat komunikatif. Aku yang hanya tamatan SMA bisa mencerna pelajaranya dengan cepat.  

“ Anda bisa cepat menguasai pelajaran, karena anda termotivasi pada business supply chain. Itu umum terjadi pada peserta kursus dari kalangan business man. Beda dengan peserta kursus dari karyawan atau mahasiswa.” Katanya dengan berwibawa seraya menyerahkan sertifikat. Aku tidak begitu peduli dengan sertifikat itu. Karena keberadaanku dalam program short course itu hanya mengisi waktu senggang selama 7  bulan mengembangkan bisnis Asset Management di Eropa. 

“ Apa rencana anda dengan menguasai kursus ini? Tanyanya. Aku memang merahasiakan profile ku. Dia hanya tahu aku sebagai pedagang UKM di Indonesia, yang sedang mencari ilmu untuk berkembang. Setidaknya selama kursus aku bisa lebih memahami supply chain management. Ini berkaitan pengadaan, manajemen life cycle product, perencanaan stok dan likuiditas, pemeliharaan aset, dan logistik. Pengetahuan ini sangat penting untuk  memahami sumber daya dan mendalami proses manufaktur. 

Tujuanku sebenarnya bukan sekedar mempelajari Supply chain management tetapi lebih daripada itu ingin mengembangkan bisnis jasa trading untuk membantu produsen tetap kompetitif di pasar yang terus berubah. Ini akan memastikan kesuksesan mereka di masa depan. Selain itu, dengan gangguan rantai pasokan global yang terus menjadi ancaman, memberikan solusi kepada produsen untuk merespons dan mengelola risiko ini dengan cepat. Jadi bukan sekedar bertindak sebagai pedagang tetapi solution provider. Ini obsesi-ku terhadap Yuan Holding di masa depan.

 “ Maaf, apakah nama anda Lilian? Sapaku dengan ramah. “ Pengajar supply chain mangement di London tahun 2009.”

“ Ya benar. Sudah lama sekali. Maaf kalau saya tidak bisa mengingat satu persatu perserta kursus ” Katanya. Dia Cantik. Sedangkan aku sudah menua.  


“ Nama saya Ale “Kataku memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangan untuk menjabatnya. Dia menerima jabatan tanganku dengan angkuh. Aku tahu diri saja. 

“ Dari anda saya dapatkan penjelasan lebih mudah tentang supply chain. Sehingga  saya bisa melewati kursus dengan mudah. “Kataku dengan sedikit memujinya.

“ Tapi sekarang saya  bekerja di Investment Holding. Kantor saya di Singapore. Kantor Pusatnya di Hong Kong “ Katanya. “ Business nya berfacus kepada jasa supply chain untuk industri pertanian, mineral, kimia. Perusahaan dilengkapi dengan sistem digital logistik, cash management, warehousing untuk inventory dan perkapalan. “Lanjutnya.

“ Mengapa anda tidak bekerja di Indonesia. Bukankah Indonesia butuh skill seperti anda.” Kata saya.

“ Walau saya orang Indonesia, sulit untuk profesional seperti saya bekerja di lingkungan yang korup dan standar akuntabilitas yang rendah. Saya lebih memilih di Singapore saja dan tidak mau bekerja di perusahaan milik orang Indonesia.”

“ Mengapa ?

“ Pengusaha indonesia itu nepotisme. Profesionalitas tidak berkembang. Mereka hidup kebanyakan dari rente” Katanya.

“ Gimana bisnis di Singapore ? Tanyaku. Aku mau tahu perspektif nya sebagai mentorku.

“ Sekarang Singapore dapat berkah. Bank kelebihan likuiditas berkat surplus ekspor Indonesia. Itu juga berkat windfall dari kenaikan harga komoditas, bukan karena nilai tambah industri. Indonesia sejak era SBY sampai sekarang memang terjadi deindustrialisasi. Sementara Singapore industri tumbuh dengan pesat terutama industri IT. “ Katanya. 

Aku memilih menyimak saja. Ya dia memang mentorku, setidaknya aku pernah 3 bulan mendapat ilmu dari dia.

“ SDA kita besar. PDB kita terbesar 16 di dunia. Tapi likuiditas perbankan kalah jauh sama Singapore. Padahal PBD Singapore 1/3 PDB Indonesia. Asset perbankan Singapore juga lebih besar dari Aset perbankan Indonesia.  Data statistik konsumsi rumah tangga yang berkotribusi 55% dari PDB, pertumbuhannya selalu dibawah angka pertumbuhan ekonomi. Itu artinya tingkat kesejahteraan kita semakin tahun semakin turun nilainya. Dan lucunya karena itu kekuasaan tetap kokoh berdiri dan setiap presiden berganti selalu dibebani harapan. Ternyata harapan omong kosong semua. Kita engga kemana mana. “ Kata Lilian. 

” Sepertinya singapore itu kaya berkat punya tetangga indonesia yang bodoh dan malas. ” Kata Lilan kemudian.

Wah ini sepertinya dia punya concern yang besar terhadap nasip bangsa Indonesia. Memang pekerja migran lebih objectif menilai negaranya daripada mereka yang kerja di Indonesia. Visi mereka luas,  seluas gaulnya.

“ Mengapa ? tanyaku seperti dulu jadi muridnya.

“ Untuk menjawab pertanyaan kamu. Sebenarnya tidak sulit. Fenomena kekuasaan itu sudah dibahas secara vulgar oleh  Nicolo Machiavelli dalam bukunya the Prince.”Katanya. 


Aku menyimak.

“ Kekuasaan itu didapat dari merangkul orang lemah dan frustrasi. Dan mengajak mereka untuk bersatu melawan siapa saja dengan janji populis. Walau cara mendapatkan kekuasaan itu tidak etik dan tidak bermartabat. Itu tidak penting. Karena selalu ada pembenaran bagi pemenang. Ketika berkuasa, maka yang dilakukan adalah membuat aturan yang membungkam orang lemah itu dulu. Di era sekarang, dibungkam lewat UU ITE. Hanya dianggap melanggar pasal hate speech, itu bisa mengurung orang 5 tahun penjara sedikitnya.

Machiavelli tidak mengutuk kejahatan sebagai alat kekuasaan. Dia malah menyarankan tindakan amoral dilakukan dengan cepat. Penguasa juga perlu mencari cara agar rakyat selalu bergantung pada negara. Kalau sistem diperlukan agar simiskin tidak bisa mengakses sumber daya, ya sistem itu akan di-create. Pada waktu bersamaan penguasa membagi bagi sumber daya kepada elite yang mendukung kekuasaannya, untuk agar elite itu jadi budak kekuasaan. “ Katanya.

Lilian terdiam sebentar. Aku sabar menanti wejangannya. 

“ Sebenarnya indonesia berusaha membangun agenda state of capitalism. Namun tidak dengan agenda seperti Singapore dan China, yang mana BUMN nya lead  terhadap bisnis strategis. BUMN bertugas melaksanakan agenda ekonomi Walt Whitman Rostow. Yaitu negara diwajibkan hadir untuk mendistribusikan sumber daya  seraca proporsional kepada rakyat sesuai dengan tahapan pembangunan yang terprogram dan konsisten. Sayangnya Indonesia, sejak reformasi kita berubah bukan kepada peningkatan nilai atas dasar agenda yang jelas, tetapi lebih pragmatis dan too good to be true. Akibatnya distribusi sumber daya tidak terprogam, jatuh tidak kebawah tetapi berputar diatas saja. Rasio GINI tetap lebar.” Kata Lilian. 

Pembicaraan terhenti. Karena kami harus masuk boarding. Dia tersenyum melambaikan tangan masuk lebih dulu. Maklum dia duduk di business class. 

***

Sampai di Bandara Changi kami bertemu lagi di kuridor kedatangan. Dia menanti taksi dan aku menanti jemputan dari Yuan holding. Dia terkejut meliat supir dengan seragam Yuan. Dia mendekatiku.

“ Anda siapa ?tanyanya mengerutkan kening.

“ Ale, kan tadi saya udah beritahu nama saya.”

“ Maksud saya, mengapa anda dijemput kendaraan Limo. Ini hanya untuk CEO saya. “ Katanya. 

“ CEO ? Aku terkejut. Mangapa dia tahu ini kendaraan CEO Yuan Holding. ” anda kerja di Yuan Holding? tanyaku.

” Ya saya Business development director ” Katanya seraya mengangguk. 

“ Mari satu kendaraan dengan saya. Saya turun di Mandarin Hotel dan kamu terus ke kantor dengan kendaraan ini. ” Kataku ramah. 


” Tapi ini kendaraan Mrs Fiona, boss saya. Engga boleh saya dalam kendaraan ini” Katanya bingung. 


” Engga apa apa. ” Kataku menguatkan untuk tidak ragu masuk kedalam kendaraan.

“ Anda belum jawab pertanyaan saya, Mengapa anda dijemput kendaraan boss saya. Yuan kan dimiliki Tycoon Hong Kong. “ Tanyanya.

“ Kebetulan saya kenal dengan salah satu pemegang sahamnya.”Kataku cepat.

“ Yang mana ? Ibu Wenny atau Steven, Wada, Richard. Yang mana teman anda?

“ Ibu Wenny. “ Kataku singkat.

“ Hebat ada orang indonesia kenal dekat dengan Tycoon Hong Kong. “Katanya dengan nada percaya tidak percaya.  ” Bisnis anda di Jakarta apa ? Lanjut tanya lagi.

“ Penulis dan pembaca doa.”Kataku singkat. Dia mengangguk namun menatapku dengan wajah mengerutkan kening. ”  Maaf, saya naik taksi aja. ” Katanya ramah. Ya udah bye bye..


Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Paling Populer

To Top