Catatan

EKSISTENSIALISME DAN HIKMAH BELAJAR FILSAFAT


Oleh: Nani Efendi


Dalam kajian filsafat fenomenologi, oleh Fahruddin Faiz, di channel Youtube MJS, yang berjudul “Ngaji Filsafat 35: Edmund Husserl-Fenomenologi”, ada banyak nilai positif yang bisa kita dapatkan dari mempelajari filsafat. Fungsi filsafat, menurut Fahruddin Faiz adalah character building. Membangun pribadi kita sesuai dengan apa yang dikejar selama berabad-abad oleh para filsuf. Karena filsafat bisa mengubah cara pandang kita tentang dunia. Orang menjadi susah, bingung, hidupnya rumit, dan lain sebagainya, sebenarnya karena cara pandang dirinya sendiri. 

Jadi kalau ada yang mengatakan belajar filsafat itu bisa membuat orang sesat, maka Fahruddin Faiz mengatakan, itu tergantung orangnya. Kalau orangnya tak mampu memahami dengan benar, nonton TV, lihat konten-konten medsos di HP, dan lain sebagainya pun juga bisa bikin orang sesat. Jadi, pendapat itu tak benar, menurut Fahruddin Faiz. Dan saya setuju dengan Fahruddin Faiz. Filsafat bagi saya sebagaimana dijelaskan oleh Fahruddin Faiz juga malahan membuat kita memahami hakikat kebenaran. Karena filsafatlah kita bisa melihat sesuatu dengan perspektif yang luas. Karena filsafat juga kita bisa melihat sesuatu yang dianggap benar bisa saja salah atau sebaliknya. 

Fahruddin Faiz menjelaskan, tujuan filsafat itu wisdom (menjadi bijak). Belajar filsafat itu harus diambil hikmahnya untuk diri sendiri. Perubahannya harus tampak pada person. Misi pertama itu. Rugi jika belajar filsafat hanya buat diskusi. Setiap tokoh, setiap aliran, pasti ada relevansinya dengan hidup kita. Tinggal kita bisa ambil pelajaran atau tidak. Biasanya orang lebih sering lihat kelemahannya kemudian mengkritik. Semestinya, kita belajar filsafat untuk mencari hikmahnya. 

Itulah dulu, filsafat itu disebut juga, atau nama lainnya adalah, hikmah. Ahli hikmah itu dulu adalah ahli filsafat. Belajar hikmah dulu itu berarti belajar filsafat. Seperti filsafat eksistensialisme, misalnya. Hikmah yang bisa diambil dari mempelajari filsafat eksistensialisme di antaranya adalah untuk kita bisa menghargai diri sendiri, percaya diri dengan hidup kita sendiri, membangun identitas diri secara positif. Belajar filsafat eksistensialisme dapat membuat kita menjadi diri sendiri atau hidup secara otentik. Tidak selalu dibentuk oleh orang lain. Jadi, sangat banyak hikmah atau nilai-nilai positif yang bisa didapatkan dari mempelajari berbagai aliran pemikiran filsafat.

K. Bertens, dalam bukunya, Etika, (h. 89-92), menjelaskan, eksistensialisme itu intinya, menjadi “otentik”. Tidak mengekor saja. Dia mempunyai pendapat sendiri. Tidak membeo saja. Tidak merupakan salinan orang lain. Ia berpikir bebas dan mandiri. Ia berbuat baik karena hal itu memang baik, bukan karena alasan yang dipengaruhi dari luar (budaya, trend, pendapat massa, dsb). Ia orang yang terlepas dari inotentisitas. Kehidupannya tidak dijalankan oleh orang atau instansi lain. (Nani Efendi). 

Rujukan:

1. Fahruddin Faiz, “Ngaji Filsafat 35: Edmund Husserl-Fenomenologi, Cannel Youtube MJS. 

2. K. Bertens. Etika. (edisi revisi). Yogyakarta: Kanisius. 2013 (h. 89-92).




Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top