Wanita ini berbisnis tas motif Aceh menembus pasar ekspor. Dulu Nailatul Amal hanya memproduksi sedikit. Bisnis tas memang tidak mudah apalagi banyak pemain. Ia ingat betul bagaiman sukarnya, menawarkan tas produksinya kepada masyarakat.
Meskipun sukar tidak menyurutkan warga Desa Rayeuk, Kec. Nisam, Aceh Utara ini. Sekarang tidak hanya dipasarkan di Aceh, tetapi Sumatera, Jawa, dan luar negeri. Nailatul mengeskpor ke Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura.
Berbisnis Tas
Ke depan bahkan menyasar ke Norwegia, Spanyol, dan Denmark. Awal mula, tahun 2006, Nailatul sudah mulai berbisnis namun tidak mudah. Pasang surut dia menjalankan bisnis tas motif Aceh, dia sama sekali tidak takut menghadapi persaingan produk yang sama.
“Saat itu saya hanya membuat manik- manik untuk jilbab yang biasa dipakai dan disukai konsumen,” kenang pengusaha ini, yang tetap bekerja sambil berwirausaha.
Wirausaha tas merupakan satu bentuk passion baginya. Tidak mudah tetapi dia bertekad menjalankan, apapun resikonya sambil tetap bekerja.Tahun 2009 produknya mulai dilirik banyak pembeli. Waktu itu dia mengirim ke Medan, Sumatra Utara.
Bisnis tanpa nama tempat produksi tas milik Nailatul. Kini, nama Syirkatunnisa menjadi produk khas ekspor, ia memulai memproduksi dari sudut rumahnya. Dari mengerjakan semua sendiri, pengusaha wanita ini mampu mempekerjakan sekitar 30 orang pegawai, memproduksi ratusan tas untuk dijual.
Ia juga pernah merasakan rugi sebelum laku. Nailatul ingat bagaimana tidak lakunya tasnya ini. Mungkin karena tas motif Aceh masih awam. Dibanding tas- tas bermotif batik yang sudah di pasaran. Namun, kini, dia berbangga hati karena tas nya sampai ke Amerika Serikat.
Pasar menyukai tas etnik bermotif khas Aceh tersebut. Perusahaan kecil miliknya memproduksi tidak kurang 3000 buah. Pasarnya dijual baik di dalam negeri maupun luar negeri. Untuk sekarang ini dia menambahkan justru pesanan terbanyak datang dari Amerik Serikat.
Pasar Amerika meminati produk tas besar dan dompet. Amerika memberikan prospek besar baginya sekarang. “Alhamdulillah, permintaan besar. Bu Iriana Jokowi juga pernah beli tas dan kain di sini tahun lalu,” bangga pengusaha ini kepada pewarta Detik.com.
Disini di rumah tanpa plang nama mempekerjaka ibu rumah tangga. Produksi bukan sekala dalam negeri, tetapi sudah pangsa pasar ekspor. Omzet perbulan menyentuh Rp.250 juta sampai Rp.400 juta. Paling ramai kalau masuk tahun baru, natal, valentin, dan paskah.
Wanita yang akrab dipanggil Mi Cut ini, menjelaskan apa itu motif Aceh. Menurutnya tas ini berbasis bahan bordir. Motifnya khas mengandung perpaduan Arab dan India. Produknya bermacam- macam tas dari kecil sampai besar, dari tas keong sampai koper, diproduksi oleh Mi Cut.
Dia memafasilitasi masyarakat lokal. Harganya dari 10 ribu sampai 350 ribuan dinamis. Ia berharap pihak pemerintah memperhatikan UKM seperti dirinya. Karena kita tau UKM memberikan dampak yang besar. UKM mengurangi pengangguran dan mengurangi kriminalitas di jalanan Aceh.
Suksesnya Mi Cut ternyata memili cerita lain. Soal marketing dia menambahkan tidak spesifik dalam promosi. Intinya mengutamakan kualitas desain dan pelayanan. Mengikuti acara pameran menjadi satu cara dia menjalankan bisnisnya, itupun tidak memaksa harus menjual banyak.
Baginya produk dapat tampil menarik perhatian orang. Lewat pameran internasional akan membuka celah ekspor. Disamping itu menjalankan perbaikan- perbaikan lagi. Sambil nanti akan menyiapkan kapasitas produk.
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.