Penulis : Cinta Sabrina Pratiwi
Paw Kids yang mengalami masalah kulit terkadang terlihat butiran seperti ketombe, kira kira apa benar itu ketombe atau masalah kulit lain yang lebih parah? Penyebab ketombe pada kucing bisa beragam yaitu gejala ringworm, sejenis infeksi jamur dimana spora memasuki kulit kucing. Namun, ketombe pada kucing bisa disebabkan oleh tungau, loh! Tungau ini sering menyebabkan kerak atau ketombe berlebihan dan terkadang sisiknya tampak bergerak, penyakit akibat tungau ini yaitu Cheyletiellosis (Walking dandruff) (Rivers et al., 1986).
APA ITU CHEYLETIELLOSIS?
(Sumber : https://www.cliniciansbrief.com/article/cheyletiellosis-clinical-signs-diagnosis-treatment)
Cheyletielllosis adalah dermatosis parasit yang menular disebabkan oleh tungau dari genus Cheyletiella. Tungau Cheyletiella menyerang berbagai spesies, termasuk kucing (Cheyletiella blakei) dan anjing (Cheyletiella yasguri) (Reynolds dan Elston, 2017). Tungau ini menular dan rentan pada hewan muda, hewan di penampungan, dan taman. Tungau ini dapat ditularkan melalui kontak langsung antar hewan atau melalui kontak tidak langsung yaitu sisir, alas tempat tidur, pakaian, dan mainan. Telur tungau yang menempel pada rambut yang terlepas ke lingkungan juga dapat menjadi sumber infestasi (Tait, 2019). Oleh karena itu, Pet Mates sangat penting menjaga kebersihan dan merawat lingkungan, tempat tidur, dan kebersihan semua hewan peliharaan di rumah pada saat yang bersamaan agar tungau tidak muncul atau tidak dapat kembali terjadi.
Tungau spesies Cheyletiella menyelesaikan seluruh siklus hidupnya di inang. Tungau ini sering terlihat bergerak di dalam lapisan rambut. Meskipun tungau ini merupakan tungau yang terdapat di permukaan, tungau yang sudah dewasa dapat membuat terowongan semu di lapisan epidermis yang akan mengalami keratinisasi. Tungau ini menembus kulit dan menelan cairan jaringan. Tungau betina dewasa bertelur dan menempel pada rambut dengan benang halus. Larva berkaki enam akan berkembang di dalam setiap telur, yang kemudian menetas dan larva yang dilepaskan berganti kulit melalui dua tahap nimfa berkaki delapan dan kemudian menjadi dewasa. Seluruh siklus hidup dapat diselesaikan dalam waktu kurang lebih tiga minggu (Tait, 2019).
BAGAIMANA GEJALA CHEYLETIELLOSIS?
Beberapa hewan yang terkena cheyletiellosis mungkin tidak menunjukkan gejala namun dapat juga menunjukkan gejala seperti:
· Iritasi kulit, biasanya di sepanjang punggung hewan
· Kulit bersisik atau ketombe ringan hingga parah
· Pengerasan kulit
· Rambut rontok
· Gatal
· Kemerahan
· Ruam
DIAGNOSIS
Diagnosis cheyletiellosis dipastikan dengan melihat keberadaan tungau atau telur pada hewan peliharaan. Berbagai cara digunakan untuk menemukan tungau, antara lain pemeriksaan langsung pada hewan dengan kaca pembesar genggam, pemeriksaan sisik dan rambut yang dikumpulkan dengan cara menyisir kutu hewan peliharaan, pemeriksaan sisik dan rambut. Pemeriksaan langsung terhadap hewan yang terkena kemungkinan besar akan berhasil hanya pada cheyletiellosis parah dengan jumlah tungau yang banyak (Pagé et al., 2000).
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
Pencegahan dan pengobatan yang bisa dilakukan agar terhindar dari cheyletiellosis yaitu:
- ·Perawatan lingkungan berkisar dari pembersihan rumah rutin setiap minggu dan mencuci tempat tidur hewan peliharaan dengan air panas, hingga penyemprotan rumah setiap minggu dengan semprotan khusus parasit.
- Merawat hewan tersebut dua atau tiga kali setiap minggu dengan sampo, semprotan, atau bedak insektisida yang baik berhasil mengendalikan infestasi.
- ·Membersihkan lingkungan hewan secara fisik merupakan tambahan terapi yang diperlukan untuk mencegah infestasi kembali pada manusia dan hewan.
- Pet Mates harus segera membawa ke dokter hewan untuk diperiksa lebih lanjut jika gejala disebutkan sebelumnya muncul pada paw kids agar dilakukan pemeriksaan dan pengobatan yang tepat oleh dokter hewan.
Referensi :
– Pagé,N., de Jaham, C. dan Paradis, M. (2000). Observations on topical ivermectin in the treatment of otoacariosis, cheyletiellosis, and toxocariosis in cats. The Canadian Vetrinary Journal, 41(10): 773-6.
– Reynolds,H. H. dan Elston, D. M. (2017). What’s eating you? Cheyletiella mites. Cutis, 99(5): 335-355.
– Rivers, J. K., Martin, J. dan Pukay, B. (1986). Walking dandruff and Cheyletiella dermatitis. Journal Of The American Academy Of Dermatology, 15(5): 1130-3.
– Tait, J. (2019). Cheyletiellosis. In Small Animal Dermatology for Technicians and Nurses (eds K. Horne, M. Schwassmann and D. Logas). John Wiley & Sons Inc, United States.
