#Aopok – Dunia maya, khususnya platform #TikTok, kembali diramaikan dengan sebuah #tren baru yang memicu perdebatan sengit: “#S-Line” dengan #simbol #GarisMerah di kepala. Tren yang diduga terinspirasi dari drama #Korea ini dengan cepat menyebar, namun sayangnya, makna di baliknya dianggap sangat #kontroversial dan bermuatan #seksual.
Baca Juga : Sudah Makan Asam Garam Jadi Sutradara, Hadrah Daeng Ratu Ogah Tampil Depan Layar
Garis Merah di Kepala, Apa Maksudnya?
Tren “S-Line” menampilkan pengguna yang membuat atau menampilkan garis merah di bagian atas kepala atau rambut mereka. Namun, bukan sekadar gaya, garis merah ini dikaitkan dengan jumlah pasangan seksual seseorang. Semakin banyak garis merah yang ditampilkan, semakin banyak pula jumlah pasangan seksual yang diisyaratkan.
Asal-usul pasti tren ini masih belum jelas, namun banyak spekulasi menyebutkan bahwa ini adalah interpretasi dari adegan atau simbol dalam drama Korea yang kini disalahartikan dan diadaptasi secara bebas oleh pengguna TikTok.

Pelanggaran Privasi dan Informasi Sesat
Sontak, tren ini menuai pro dan kontra dari warganet. Kelompok yang menentang keras menilai bahwa tren ini merupakan pelanggaran privasi yang serius. Mengaitkan jumlah garis dengan aktivitas seksual seseorang dianggap tidak pantas, judgemental, dan berpotensi menyebabkan penilaian sosial yang negatif terhadap individu.
Selain itu, ada kekhawatiran bahwa tren ini dapat menyebarkan informasi yang tidak akurat dan menyesatkan. Simbolisasi semacam ini tidak memiliki dasar ilmiah atau sosial yang jelas, sehingga bisa menjadi alat untuk menghakimi atau bahkan memfitnah seseorang. Banyak yang berpendapat bahwa tren ini mendorong perilaku yang tidak bertanggung jawab dan mengabaikan nilai-nilai kesopanan.
Baca Juga : Kisah Zhang Yiyang, Artis China Pertama yang Dieksekusi Mati karena Membunuh Sang Kekasih
Respons TikTok dan Imbauan Warganet
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari pihak TikTok mengenai tren “S-Line” ini. Namun, banyak pengguna dan komunitas online yang menyerukan agar tren ini segera dihentikan. Mereka juga mengimbau agar pengguna lebih bijak dalam menyaring informasi dan tidak mudah terpengaruh tren yang berpotensi merugikan diri sendiri atau orang lain.
Kontroversi “S-Line” ini sekali lagi menyoroti tantangan besar dalam mengelola konten di platform media sosial, di mana tren bisa dengan cepat viral tanpa kontrol yang memadai, dan berpotensi menimbulkan dampak negatif yang luas di masyarakat.
Baca Juga : Ayah Sarwendah Dikremasi, Abunya Akan Dilarung ke Laut
