'sterilisasi'

Sterilisasi Pada Kucing, Pro Atau Kontra?


Penulis : Cinta Sabrina Pratiwi

 

(Sumber:https://www.oasy.com/media/immagini/248_n_sterilizzazione-benefici.jpg)

        Kucing merupakan salah satu hewan yang paling banyak dijadikan pelihara. Kucing dapat bereproduksi tiga hingga empat kali dalam setahun. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya populasi kucing secara cepat. Populasi kucing yang meningkat cepat dapat menyebabkan peningkatan jumlah kucing yang tidak terawat dengan baik, yang dapat mengalami kesengsaraan, kelaparan, dan penyakit (hewan dan manusia). Sterilisasi  kucing  betina  adalah  salah  satu  metode  pengendalian  populasi  yang  efektif. Kucing memiliki kemampuan reproduksi yang sangat cepat, dan jika tidak dikendalikan, populasi  kucing  dapat  dengan  cepat  melebihi  kapasitas  penampungan  tempat  penitipan hewan atau tempat-tempat lainnya.

Sterilisasi merupakan proses menghilangkan kemampuan berkembang biak pada hewan untuk menghambat fungsi reproduksinya. Pada kucing jantan dilakukan kastrasi dengan mengambil bagian testis pada kucing, sedangkan pada kucing betina dilakukan ovariohystrektomi dengan mengambil ovarium dan uterus pada kucing. Namun, sterilisasi menjadi topik hangat bagi masyarakat karena dianggap membahayakan dan menyakiti kucing sebagai objek percobaan dan dianggap melanggar hak kucing sebagai makhluk hidup untuk berkembang biak dan memiliki keturunan.

        Sterilisasi adalah proses pemandulan pada organ reproduksi. Pada kucing betina disebut spay, female neutering, atau sterilization sedangkan pada kucing jantan disebut neutering, kastrasi atau kebiri. Sterilisasi diartikan sebagai pengangkatan ovarium serta uterus pada betina dan pemotongan testis pada jantan dengan tujuan menghentikan kemampuan berkembang biak pada hewan (Nelson dan Couto, 2003). Sterilisasi pada betina juga disebut ovariohysterectomy (OH). Menurut WCPC (2009), ovariectomy adalah tindakan medis berupa amputasi, pengeluaran, dan pengangkatan ovarium dari dalam rongga abdomen. Sedangkan hysterectomy merupakan tindakan amputasi, pengeluaran, dan oengambilan uterus dari dalam rongga abdomen.

DAMPAK POSITIF/PRO STERILISASI

(Sumber:https://www.arkc.sg/wp-content/uploads/2021/04/cat-population-growth-rate-2048×1418.jpg)

    Dampak positif atau pro dari strerilisasi adalah mencegah overpopulasi kucing yang berpotensi menyebarkan penyakit menular ke manusia (zoonosis), mencegah lahirnya anak kucing yang tidak diinginkan, menjaga “keributan” kucing pada periode estrus atau masa birahi, menghilangkan stress akibat kehamilan, mengurangi resiko kanker mammae, ovarium dan uterus pada kucing, menurunkan resiko penyakit, seperti FLUTD (Feline Lower Urinary Tract Diseases) (Sævik et al., 2011).  Selain mencegah over populasi kucing, sterilisasi pada kucing betina dapat digunakan untuk indikasi medis seperti tumor uterus, pyometra, endometritis, kista dan penyakit organ reproduksi lainnya (Bright, 2011). Dalam sebuah penelitian, kucing yang disterilisasi sebelum usia 5,5 bulan memiliki sedikit abases, agresi terhadap dokter hewan, perilaku seksual, dan penyemprotan urin dibandingkan kucing yang di sterilisasi pada usia yang lebih tua (Hardie, 2007).

DAMPAK NEGATIF/ KONTRA STERILISASI

Dampak negatif atau kontra dari sterilisasi adalah hilangnya potensi breed dan genetik asli kucing dan berpotensi menyebabkan obesitas pada kucing apabila pola makan tidak diatur dengan baik. Pada sterilisasi kucing betina bisa meyebabkan meningkatnya resiko penyakit-penyakit seperti dysplasia pinggul, obesitas, dan diabetes (Hardie, 2007). Resiko obesitas yang terkait dengan sterilisasi tampaknya lebih tinggi pada hewan yang lebih dewasa secara seksual dibandingkan dengan hewan yang belum dewasa. Hewan yang di sterilisasi dini sering kali dapat membatasi makanannya sendiri dan mempertahankan berat badan yang sehat dengan pilihan makanan yangn bebas. Sedangkn hewan yang disterilisasi saat dewasa kemungkinan besar tidak dapat membatasi makanannya sendiri dan menjadi gemuk karena bebas memilih makanan. Obesitas dapat dikendalikan dengan membatasi akses terhadap pakan, namun pemilik harus diperingatkan bahwa pemberian paka yang terkontrol sangat diperlukan (Hardie, 2007).

KAPAN STERILISASI DI KUCING 

(Sumber:https://st4.depositphotos.com/20526312/22643/v/1600/depositphotos_226439742-stock-illustration-vector-illustration-castration-sterilization-cats.jpg)

      Banyak akan kontroversi kapan waktu sterilisasi yang tepat, kontroversi ini banyak dibahas di literatur Amerika Serikat mengenai isu sterilisasi pada usia yang sangat muda dibandingkan dengan usia pada umumnya yaitu 6-8 bulan (Hardie, 2007). Umur pada umumnya direkomendasi untuk sterilisasi sekitar umur 6 bulan (Olson et al., 2001). Sedangkan menurut The British Small Animal Veterinary Association (BSAVA) dan the Cat Group’s merekomendasi sterilisasi kucing domestik sekitar umur 4 bulan (BSAVA, 2008 dan Cat Group, 2008). Syarat dilaksanakannya sterilisasi pada kucing adalah kucing harus dalam keadaan sehat, sebaiknya sudah divaksinasi lengkap, berat badan minimal 1,7 kg, harus berpuasa 8-10 jam sebelum operasi, jangan memandikan kucing mendekati hari sterilisasi dilakukan (Dellman, 1992).

HARUS DIPERHATIKAN PASCA STERILISASI 

(Sumber:https://images.ctfassets.net/c6ntbd8mohr0/5mbTFLrVnFB9LxSpY1zk3d/13e6a9c6d11f700aa7e79c88d0b05395/surgical_dishcarge_instructions_2018.jpeg)

    Perawatan pasca sterilisasi tidak terlalu sulit, namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar kucing lebih cepat pulih kembali. Perawatan yang dilakukan adalah :

  • Kucing wajib dikandangkan setelah operasi selesai untuk menghindari pergerakan dari kucing yang tidak diinginkan.
  • Pastikan kucing tidak menjilat, menggigit, atau menarik narik lukanya untuk menghindari infeksi.
  • Luka bekas operasi perlu selalu bersih dan kering.
  • Setelah 7 hari pasca operasi, perban pada kucing betina akan dibuka dan untuk kucing jantan akan lebih cepat pulih dibandingkan kucing betina.
  • Pemberian makanan khusus pasca seterilisasi dan pemberian makan sesuai dengan takaran harian untuk menjaga berat badan ideal.

Referensi :

Bright, R. M. (2011). Sterilization of Female Cats. Saunders: Elsevier. Inc, Netherlands.

BSAVA (2008) Policy Statements. www.bsavastore.com/info/Policy+Statements.html.

CAT GROUP (2008) Timing of neutering. www.fabcats.org/cat_group/policy_statements/ neut.html. 

Dellmann, H. dan Dieter. (1992). Buku Tek Histologi Veteriner II. UI Press, Jakarta. 

Hardie, E. (2007). Pros and Cons of Neutering. New York: International Veterinary Information Service.

Nelson, R. W. dan Couto, C. G. (2003). Small Animal Internal Medicine. Elsevier, Netherlands.

Olson, P. N., Root Kustritz, M. V. dan Johnston, S. D. (2001). Early-age neutering of dogs and cats in the United States (a review). Journal of Reproduction and Fertility Supplement, 57: 223-232.

Sævik, B. K., Trangerud, C., Ottesen, N., Sørum, H. dan Eggertsdóttir, A. V. (2007). Causes of lower urinary tract disease in Norwegian cats. Journal Of Feline Medicine and Surgery, 13(6): 410-7.

WCPC. (2009). Ovariohysterectomy in Cats. Tersedia pada: www. willowcreekpet.com/wpcontent/uploa ds/Ovariohysterectomy-in-Cats.pdf.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top