Profil Pengusaha Pendiri Agate Studio
Perjalanan startup game Agete Studio sudah lama. Awal developer asal Bandung ini menjajal sukses game pada 2011 silam. Melalui platform game online Facebook mereka menciptakan Football Saga. Mereka adalah sekumpulan anak muda yang bertekat menjadi pengusaha mandiri.
Studio Game Bandung
Sukses Agate memenangkan perlombaan butuh perjuangan. Bayangkan satu kampus mengirim 50 orang dari berbagai jurusan. Salah satunya jurusan desain, dimana Devon dan kawan- kawan lantas menyodorkan game Twilight.
Uniknya mereka bukanya membuat game, malah mereka berlima belas lalu mengirimkan berbentuk dokumen. Sudah pasti mereka kalah lomba tersebut tetapi tetap semangat.
“Saat itu hanya dalam bentuk dokumen, yah pada akhirnya kami kalah, ia melanjutkan.
Mereka tidak menyerah loh teman malah bersemangat. Lomba berikutnya yaitu Micrsoft, lomba yang didirikan dalam rangka platfrom baru. Microsoft mengadakan lomba bertajuk Build to Play pada 2008. Agate Studio hadir membuat game untuk konsol baru mereka XBox 360.
Game bernama PonPoron mereka serahkan mengikut perlombaan. Gamenya disukai pemakain dan timbul rasa lega. Akhirnya mereka mampu menciptakan sesuatu yang disenangi. Banyak peminat belum tentu menggaet kriteria juri dalam perlombaan.
Pada akhirnya mereka kembali gagal memenangkan lomba. Gagal dua kali pengusaha muda itu tidak boleh menyerah. Agate Studio kembali mengikuti lomba pada 2009 silam. Perlombaan yang bertema Imagine Cup, dan mereka tidak hanya membawa satu tetapi tiga game sekaligus.
Mereka adalah game Blank, Wish, dan Farewell Night. Mereka mendapatkan kembali apresiasi besar. Sayangnya, kembali mereka gagal memenangi perlombaan tersebut. Mereka tidak menyerah tetapi apa mau dikata mahasiswa harus bekerja.
Salah satu pendiri Agate diharuskan berhenti bermain- main. Dia diharuskan bekerja di perusahaan oleh orang tua. Daripada bingung kenapa mereka tidak membuat perusahaan. Sepakat 15 orang yang kemudian disebut sebagai pendiri Agate Studio memulai.
Cuma mengantungi untung Rp.50 ribu, hanya cukup untuk membeli pulsa padahal butuh lebih dari itu. Alasan mereka membangun perusahaan memang sederhana. Hanya ingin tetap bermain game, tetapi juga menghasilkan masa depan sebagai perusahaan besar kelak.
“Penghasilan kami hanya USD5 atau Rp.50.000, yang hanya cukup untuk membeli pulsa,” ia lagi menambahkan.
Modal Pengusaha Game
Rapat besar tersebut memutuskan mereka lanjut. Dengan antusiasme yang belum turun dari ke 15 pendiri. Mereka yakin akan bertahan bermodal uang sangat minim. Ketika itu tengah booming model game berbasis platfrom web.
Masih ingat ketika orang login Facebook untuk game. Nah, Agate Studio menakar prospek berbisnis game platform Facebook. Lewat Football Game Saga, mereka mereguk untung sampai Rp.200 juta perbulan. Inilah titik awal Agate bangkit setelah sekian lama dirundung kesusahan karena modal.
Berkat antusiasme dan kecintaan akan dunia game. Mereka mampu bertahan dari aneka kegagalan tersebut. Tahun 2012 menjadi jalan mereka agresif mengembangkan game. Berbisnis game berbasis web memang tengah sangat “booming”.
Bukan hanya sukses menjadi jawara platform web. Agate mampu bertahan beradaptasi dengan segala perubahaan. Termasuk perubahan dalam platform mobile masa depan. Game berbasis kasual mereka ciptakan berbasis smartphone Android.
Sebut saja nama game Juragan Terminal, Clicker, dan kesemuanya bersifat adiktif. Mereka juga tidak berbisnis sendirian loh. Lewat kerja sama dengan developer game Tahu Bulat. Mereka makin sukses merajai game khas Indonesia.
Total unduhan kala itu 500 ribuan unduhan. Hal terbaru ialah mereka menciptakan game untuk Pak Jokowi. Pasalnya mereka khawatir dengan isu- isu negatif menerjang. Khususnya bagi sosok Jokowi yang lebih sering disasar.
Game Jokowi mampu menghasilkan 1 juta unduhan. Berlanjut kesuksesan itu, Agate menciptakan game Fantasia kelanjutan dari Football Saga 2. Tidak berhenti di game mobile mereka juga sudah mengembangkan game Nintendo Switch dan Steam, yakni Valthirian Arc.
“Perjalanan kami memang tidak mudah, namun impian kami untuk menjadi pengembang game besar seperti Square Enix dan juga Konami jauh lebih besar dan kuat dibandingkan halangan yang ada dihadapan,” kata Devon, memberikan semangat pengusaha muda dan developer.
Agate mendapatkan perhatian dari dunia internasional. Para pecinta game memperhatikan bagaimana mereka membangun. Hasilnya pendanaan startup game Agate Studio membanggakan. Dari 15 orang karyawan menjadi 150 karyawan, bahkan mampu menggaji diatas UMR bahkan berlipat ganda.
Agate memiliki 200 game dan 10 proyek khusus. Dari game yang awalnya berbentuk dokumen, kini, mereka menghasilkan game sesungguhnya. Hasilnya mereka berhasil tidak hanya mendapatkan modal. Tetapi kemenangan menjadi salah satu developer terbaik untuk bangsa Indonesia.
