Fabel

Si Kakek Monyet yang pembohong (oleh : aguskarianto)


illustrasi : agus karianto

       Di sebuah hutan, hiduplah seekor monyet yang sudah tua. Semua teman-teman menyebutnya Kakek monyet. Dia kini hidup sendirian. Usianya yang sudah semakin tua menyebabkan dia tidak bisa mencari makanan ke dalam hutan. Oleh karena itu, setiap hari dia senantiasa mengharapkan pemberian makanan dari siapa saja yang kebetulan lewat di depan rumahnya.
       Suatu hari, kakek monyet dinobatkan sebagai raja hutan. Jabatan itu diberikan kepadanya hanya karena terpaksa, sebab Pak Harimau yang menjabat sebagai raja hutan saat itu sedang sakit parah. Sementara hewan-hewan lain yang pantas menggantikannya sedang bertugas mencari obat untuk kesembuhan rajanya. Sedangkan seluruh hewan yang tidak kebagian tugas merawat sang raja tidak mau ditunjuk sebagai raja sementara menggantikan Pak Harimau. Akhirnya, daripada terjadi kekosongan pimpinan di hutan maka terpaksa ditunjuklah kakek monyet untuk menjadi Raja hutan.
        Ternyata kepemimpinan kakek monyet tidak sebaik yang diharapkan hewan-hewan. Setelah menduduki jabatan raja hutan, dia sering berbuat tidak jujur. Sering berbuat curang, mau menangnya sendiri. Dan kalau menyelesaikan masalah, keputusannya senantiasa tidak adil. Dia selalu memenangkan  siapa saja yang bisa memberikan keuntungan padanya. Siapa yang bisa memberi hadiah besar maka perkaranya akan dimenangkan oleh kakek monyet. Meskipun mereka dijadikan terdakwa, namun kakek monyet bisa merobah keputusan dengan cara meringankan hukumam bahkan bisa membebaskannya dari segala tuduhan. Sehingga  perbuatan kakek monyet menjadikan seluruh penghuni hutan geram. Marah. Jengkel. Seluruh penghuni hutan berniat menggulingkan kepemimpinannya. Namun niat mereka tidak terlaksana sebab belum ada hewan lain yang berani menggantikan kedudukannya. Akhirnya mereka hanya bisa sabar sambil terus menunggu Pak Harimau sembuh.
         Betahun-tahun berlalu, ternyata Pak Harimau belum sembuh-sembuh juga. Hal ini membuat hewan-hewan sedih karena mereka semakin menderita dan tidak senang dengan kepemimpinan Kakek monyet. Namun lain halnya dengan sikap kakek monyet. Akibat Pak harimau yang tidak kunjung sembuh justru membuat kakek monyet semakin senang, karena jabatannya semakin panjang dan semakin lama dia menikmati enaknya fasilitas menjadi raja hutan.
         Suatu hari, kakek monyet membuat ulah. Saat ia istirahat di tepi danau sendirian, tiba-tiba dia berteriak sekencang-kencangnya.
        “Hoiiiii……..ada buaya putih…,” teriak kakek monyet.
         Seluruh penghuni hutan terkejut mendengar teriakan kakek monyet. Maka mereka serentak menghampiri kakek monyet yang sedang tiduran di tepi danau. Mereka memang menanti-nanti hewan yang bisa menggantikan kedudukan kakek monyet. Oleh karena itu, begitu mendengar kedatangan buaya putih maka mereka spontan merasa senang dan ingin menyambut kedatangannya. Mereka berniat mengganti kedudukan raja hutan yang dipegang kakek monyet kepada si buaya putih.
         “Mana buaya putihnya, kakek monyet?” tanya semua penghuni hutan.
         “Hahahahahaha…hohohoho…hihihihi….huhuhuhu…..kalian kena tipu,” jawab kakek monyet sambil menari-nari dan melompat-lompat kegirangan. “Hahahaha…Mana ada di jaman sekarang buaya putih, sih! Kalian ini mudah kena tipu…hahahahaha…”
         Akhirnya, semua hewan pulang dengan perasaan kecewa dan dongkol kepada kakek monyet. Mereka jengkel karena telah dibohongi raja mereka. Namun belum lama hewan-hewan meninggalkan tempat dimana sang raja istirahat, tiba-tiba ada teriakan sang raja lagi.
         “Hoiiiiii…..rakyatku….ayo kemari….ternyata ada utusan buaya putih nih….cepat!” teriak kakek monyet.
          Dan seluruh hewan-hewan kembali percaya dengan panggilan sang raja. Mereka berlarian menghampiri sang raja yang sedang beristirahat. Tidak terkecuali hewan kecil, tua, muda, jantan dan betina semua mendatanginya. Namun lagi-lagi mereka menjadi kecewa karena ternyata sang raja telah membohonginya untuk yang kedua kalinya.
         “Hahahahaha..hohoho…hihihi….huhuhu…..rakyatku…..kachian dech lu…kalian kena tipu lagi..hohoho.” kata kakek monyet sambil bernyanyi-nyanyi sambil tubuhnya berjumpalitan di atas tanah.
          Untuk yang kedua kalinya seluruh hewan semakin jengkel terhadap kebohongan raja mereka. Ternyata jabatan yang disandang kakek monyet disalahgunakan untuk membohongi rakyatnya. Kakek monyet tidak memikirkan akibat tingkahnya membohongi mereka. Akibat ulah si kakek monyet, membuat pekerjaan di rumah mereka terbengkalai. Pekerjaan memasak makanan tertunda, pekerjaan mencari air minum tertunda. Akhirnya, mereka pulang dengan perasaan kecewa. Mereka semakin apatis dengan sikap rajanya. Mereka  semakin waspada dan hati-hati serta tidak mudah percaya apabila raja mereka mengeluarkan perintah.
         “Hoiiiii….ada buaya…hoiii ada buaya….hoiiii …tolong…tolong…tolong…ada buaya…sungguh nih ada buaya…tolong…tolong rakyatku !!!” teriak kakek monyet kebingungan sambil mencoba berlari dari tangkapan si buaya.
         “Ah….Kakek monyet mulai berbohong lagi, tuh, teman-teman,” kata salah satu hewan.
         “Iya…sudah dua kali kita kena tipu,” timpal yang lain.
         “Ya…biarkan saja kakek monyet teriak-teriak. Lebih baik kita melanjutkan pekerjaan kita yang belum selesai. Ayo…pulang..pulang…pulang…,” kata hewan lainnya sambil berjalan pulang ke rumah masing-masing.
         Ternyata di pinggir danau, kakek monyet benar-benar berhadapan dengan sang buaya. Kakek monyet mencoba berkali-kali melepaskan diri dari gigitan si buaya, namun usahanya selalu gagal. Semakin kuat kakek monyet mengeluarkan tenaga untuk melepaskan diri dari gigitan sang buaya maka tenaganya semakin melemah. Akhirnya si buaya dengan mudah melumpuhkannya. Dan dengan sekali kibasan ekornya, membuat tubuh kakek monyet tidak berdaya dan akhirnya mati. Lalu si buaya membawa tubuh kakek monyet ke sarangnya.
          “Kasihan nasib Kakek Monyet,” kata si burung kenari yang sejak lama memperhatikannya. “Akibat ulah kakek monyet yang selalu berkata bohong akhirnya banyak rakyatnya yang tidak percaya terhadap semua perintahnya. Disaat dia terjepit dan memerlukan bantuan namun rakyatnya sudah tidak mempercayai kata-lkatanya lagi. Ucapan sang raja dianggap angin lalu saja. UCAPAN SANG RAJA PASTILAH BOHONG BELAKA.

pesan moral : pemimpin atau siapa saja yang suka berbohong membuat orang tidak mempercayainya.

selesai

sumenep, 4 maret 2013


Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Paling Populer

To Top