Arsitektur Nusantara

Rumah Betang Nek Bindang: a figure over ground – sebuah refleksi singkat

 

selasar dan pintu.
menggantung di sisi kiri atas tempat tidur anak muda
 dengan konsep seperti mezanin

Selain dikenal dengan panjangnya ada aspek vertikalitas yang sering diabaikan. Yang saya maksud adalah pembagian ruang secara vertikal juga sama pentingnya dengan perkembangan rumah secara horisontal atau linier. Dari elemen lantai panggung saja kita dapat melihat pembagian level yang memiliki fungsi dan makna tersendiri. Saya mengatakan tidak mudah bagi anak arsitek untuk menggambar denah lantai rumah nek bindang yang satu lantai ini karena terdiri dari beberapa level. Dalam penggamabaran pertama menentukan titik nol level lantai yang dijadikan acuan? Apakah lantai pertama yang ditapaki setelah tangga adalah titik nol atau selasar sebagai titik nol? Jika selasar sebagai titik nol maka ada tingkat level – 45 cm dan + 45 cm. Kemudian ada satu level yang kita sebut dalam bahasa kekinian sebagai ‘mezanin’ berfungsi sebagai tempat tidur yang ketinggian dari level lantai selasar kurang lebih 2 meter. Selain apa yang termasuk kategori lantai, ada juga susunan meningkat untuk penempatan kayu bakar, perabot atau barang-barang lain. Elemen-elemen bidang datar yang menggantung di atas lantai bangunan adalah pembagian-pembagian ruang-ruang secara vertikal pada rumah betang. Tidak ada plafon sebagai pembatas ruang vertikal sebelum atap. Elemen dinding di dalam rumah menjadi partisi pemisah yang ketinggiannya tidak penuh hingga ke batas atap. 

Is efficiency what the rumah betang all about?

Malam itu di sana ada satu pertanyaan yang muncul. Jadi apakah esensi dari rumah betang? What is rumah betang all about? Di awal era modern arsitek Le Corbusier bertanya tentang apakah esensi rumah tinggal? Sebuah pernyataan yang harus ia temukan dari rumah. Di era ketika mesin adalah spirit jaman itu, LC mendefinisikan sebuah pesawat adalah mesin untuk terbang, kapal adalah sebuah mesin untuk menyeberang laut. Dan pada akhirnya LC secara gamblang  mengikuti spirit mesin di jamannya menyatakan bahwa ‘rumah adalah mesin tempat tinggal’. Lalu apakah ada satu pernyataan untuk mendefinisikan yang kita lihat rumah betang ini semua tentang apa?

pengunjung duduk atas ‘nangkat’
seperti dipan panjang yang naik dari level lantai.

Sebenarnya pertanyaan untuk menemukan sebuah pernyataan ini muncul dari fakta bahwa dengan ada banyak tempat untuk menyimpan barang di rumah betang nek bindang. Seolah ruang yang tak terpikirkan yang seharusnya kosong menjadi tempat untuk menyimpang atau menggantung barang-barang. Lamunan itu melemparkan imajinasi pada bahtera Nabi Nuh yang membawa manusia dan makhluk hidup lainnya. Tempat perbekalan tentu menjadi hal yang harus diperhatikan dan ditata secara efektif dan efisien. Sejatinya pula di kapal Nabi Nuh manusia berada di atas sementara binatang-binatang ada di bawah. Sehingga penjelasan mengapa rumah betang dibangun tinggi dari tanah untuk menghindari dari binatang buas atau untuk menyimpan hewan ternak seperti mengulang gambaran kejadian yang pernah dilalui oleh manusia di masa banjir bandang. Namun demikian, kapal atau bahtera hanya salah satu sudut pandang dari teori yang sering diutarakan pada kajian bentuk rumah-rumah adat nusantara. Saya tidak akan mencari pembenaran dan memasang-masangkan dengan argumen yang dipaksakan. Yang membuat eksplorasi pemikiran menjadi terbatas dan tidak asyik. Harusnya masih ruang untuk melihat dari sudut pandang yang lain.

Lalu bagaimana penghuni rumah betang berbagi bentuk dan tata ruang yang sama padahal mereka tentu adalah individual yang berbeda-beda? Mengapa mereka merasa perlu untuk menyamaratakan kebutuhan ruang itu semua. Bukankah manusia adalah makhluk sosial, perlu ada suatu konsensus-konsensus yang menjadi konsekuensi hidup bersama. Dan ini dilakukan jika ada suatu tujuan yang ingin dicapai bukan, lalu apa tujuan itu? Jika kita menemukan tujuan itu mungkin dapat ditarik sebuah pernyataan, inti dari intinya bahwa rumah betang is all about . . . (?)

    

*Terinspirasi dari acara peluncuran buku ‘Khazanah Arsitektur Dayak’, penulis: Yoris Mangenda, dkk. di lokasi rumah betang nek bindang suku dayak desa, Tayan, Kalimantan Barat. 12-13 Oktober 2024.

 

Paling Populer

To Top