BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuntutan akan profesionalisme dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas mengakibatkan institusi pendidikan yang mencetak tenaga kesehatan dihadapkan pada tantangan untuk menghasilkan sumber daya kesehatan yang mampu melaksanakan tugas tenaga kesehatan yang berkualitas dan sesuai standar pelayanan kesehatan. Profesionalisme tenaga kesehatan dapat dimulai saat pembelajaran di institusi pendidikan kesehatan.
Dalam pendidikan kesehatan Schweek and Gebbie (1996) menyatakan bahwa pembelajaran klinik adalah “the heart of the total curriculum plan”. Maksudnya unsur yang paling utama dalam pendidikan kesehatan adalah bagaimana proses pembelajaran klinik dikelola di lahan praktik. Oleh karena itu manajemen pembelajaran di klinik perlu dikelola dengan baikdi rumah sakit.
Rumah sakit sebagai bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan, tidak hanya menjadi institusi pemberi jasa pelayanan kesehatan bagi masyarakat, akan tetapi memiliki fungsi lainnya yaitu sebagai lahan tempat untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh pada saat menempuh pendidikan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Bedside Teaching
2. Ronde Keperawatan
3. Pre dan Post confrence
4. Timbang Terima
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui konsep metode pembelajaran klinik
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Bedside Teaching
b. Mengetahui Ronde Keperawatan
c. Mengetahui Pre dan Post confrence
d. Mengetahui Timbang Terima
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bedside Teaching
1. Pengertian Bedside Teaching
Bedside teaching adalah pembelajaran yang dilakukan langsung di depan pasien. Dengan metode bedside teaching mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan, melaksanakan kemampuan komunikasi, keterampilan klinik dan profesionalisme, menemukan seni pengobatan, mempelajari bagaimana tingkah laku dan pendekatan dokter kepada pasien.
Bedside teaching merupakan pembelajaran kontekstual dan interaktif yang mendekatkan pembelajaran pada real clinical setting. Bedside teaching merupakan metode pembelajaran yang peserta didiknya mengaplikasikan kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif secara terintegrasi. Sementara itu, dosen bertindak sebagai fasilitator dan mitra pembelajaran yang siap untuk memberikan bimbingan dan umpan balik kepada peserta didik. Di dalam proses bedside teaching diperlukan kearifan fasilitator tentang kemungkinan timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan sebagai akibat dari interaksi antara peserta didik (mahasiswa kesehatan) dan pasien.
2. Tujuan Bedside Teaching
a) Peserta didik mampu menguasai keterampilan prosedural.
b) Menumbuhkan sikap profesional.
c) Mempelajari perkembangan biologis/fisik.
d) Melakukan komunikasi dengan pengamatan langsung.
3. Prinsip Dasar Bedside Teaching
a) Adanya kesiapan fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik peserta didik dan klien.
b) Jumlah peserta didik dibatasi idealnya 5-6 orang.
c) Diskusi di awal dan akhir demonstrasi di depan klien dilakukan seminimal mungkin.
d) Lanjutkan dengan redemonstrasi.
e) Kaji permasalahan peserta didik sesegera mungkin terhadap apa yang dilakukan.
f) Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah diperoleh peserta didik sebelumnya,atau apabila peserta didik menghadapi kesulitan penerapannya.
4. Keuntungan Bedside Teaching
Dalam penelitian Williams K (Tufts Univ, Maret 2008) dihasilkan kesimpulan bahwa bedside teaching sangat baik digunakan untuk mempelajari keterampilan klinik.
Beberapa keuntungan bedside teaching antara lain :
a) Observasi langsung.
b) Menggunakan seluruh pikiran.
c) Klarifikasi dari anamnesa dan pemeriksaan fisik.
d) Kesempatan untuk membentuk keterampilan klinik mahasiswa.
e) Memperagakan fungsi :
1) Perawatan
2) Keterampilan interaktif
Bedside teaching tidak hanya dapatditerapkan di rumah sakit, keterampilan bedside teaching juga dapat diterapkan di beberapa situasi di mana ada pasien.
5. Kerugian Bedside Teaching
a) Gangguan (misalnya ada panggilan telepon/HP berdering).
b) Waktu rawat inap yang singkat.
c) Ruangan yang kecil sehingga padat dan sesak.
d) Tidak ada papan tulis.
e) Tidak dapat mengacu pada buku.
f) Pelajar lelah.
B. Ronde Keperawatan
1. Pengertian
Ronde keperawatan merupakan proses yang memberikan kesempatan kepada perawat untuk bertukar pikiran atau mengungkapkan ide antar perawat satu dengan yang lain, perawat dapat mengungkapkan kondisi pasien dan karakteristik keluarga pasien (Jodi E.Mullen, RN-C. WWW.aacn.nche.edu)
Ronde keperawatan adalah kegiatan bertujuan mengatasi masalah keperawatan klien, dilaksanakan perawat, pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Akan tetapi, pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konsuler, kepala ruangan, perawat associate, yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim (Nursalam, 2002).
Karateristik :
1. Pasien dilibatkan secara langsung
2. Pasien merupakan fokus kegiatan
3. PA, PP, dan konselor melakukan diskusi bersama
4. Konselor memfasilitasi kreatifitas
5. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah
Sementara itu menurut Potter (1991), nursing rounds adalah pertukaran informasi diantara 2 shift dimana dilaporkan tiap –tiap kondisi pasien dengan cara mengunjungi pasien satu persatu (berkeliling), kemudian mendiskusikannya. Jadi pelaksanaan ronde keperawatan ini berkaitan dengan pergantian shift dimana terjadi diskusi pada kasus-kasus tertentu.
2. Tujuan
a) Tujuan Umum
Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu keperawatan melalui pelaksanaan Ronde Keperawatan.
b) Tujuan Khusus
1) Menumbuhkan cara berpikir kritis serta menumbuhkan pemikiran tentang asuhan keperawatan yang berasal dari masalah klien
2) Meningkatkan validitas data klien
3) Menilai kemampuan justifikasi
4) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
5) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
3. Manfaat
1) Masalah pasien dapat teratasi
2) Kebutuahna pasien dapat terpenuhi
3) Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
4) Terjalinnya kerja sama antar tim kesehatan
5) Perawat dapat melaksanakan melakukan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar
4. Peran Perawat
a) Perawat Associate
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peran yang bisa memaksimalkan keberhasilan.
1) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
2) Menjelaskan masalah keperawatan utama
3) Menjelaskan intervensi yang akan dilakukan
4) Menjelaskan alasan ilmiah dalam melakukan intervensi keperawatan
b) Peran Perawat Primer Lain dan atau Konsuler
1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcement
3) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan yang rasional
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
C. Pre dan Post conference
- Pengertian
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. Konferense sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
2. Pre Conference
Komunikasi kepala tim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim . Jika yang dinas pada tim tersebut hanya 1 orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari kepala tim dan penanggung jawab tim (Modul MPKP,2006)
Waktu : Setelah operan
Tempat : meja masing-masing tim
PJ : Kepala tim atau penanggung jawab tim
Kegiatan :
Kepala tim atau penanggung jawab tim membuka acara
Kepala tim atau penanggung jawab tim menanyakan rencana harian masing-masing perawat pelaksana
Kepala tim atau penanggung jawab tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu
Kepala tim atau penanggung jawab tim memberikan reinforcement
Kepala tim atau penanggung jawab tim menutup acara
3. Post Conference
Komunikasi kepala tim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikutnya.
Isinya adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawatan dan hal penting untuk operanI(tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh kepala tim atau penanggung jawab tim. (Modul MPKP, 2006)
Waktu : sebelum operan ke dinas berikutnya
Tempat : meja masing-masing tim
PJ : kepala tim atau penanggung jawab tim
Kegiatan :
Kepala tim atau penanggung jawab tim membuka acara
Kepala tim atau penanggung jawab tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan
Kepala tim atau penanggung jawab tim menyakan tindakan lanjut asuhan klien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikut nya
Kepala tim atau penanggung jawab tim menutup acara
4. Tujuan
Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternative penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif(McKeachie,1962). Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M.Marelli, et.al,1997)
Tujuan pre conference adalah :
Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
Mempersiapkan hal-hal yang akan di temui di lapangan
Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
Tujuan post conference
Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.
5. Syarat
Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
Topic yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien, perencanaan tindaka rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim
D. Timbang Terima
1. Definisi
Timbang terima ( operan ) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu ( laporan ) yang berkaitan dengan keadaan klien.
2. Tujuan
1. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
3. Akan terjalin suatu hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota tim perawat.
4. Terlaksananya asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan.
3. Manfaat
1. Dapat menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh perawat pada shift berikutnya.
2. Dapat melakukan cross check ulang tentang hal-hal yang dilaporkan dengan keadaan klien yang sebenarnya.
3. Klien dapat menyampaikan masalahnya secara langsung bila ada yang belum terungkap.
4. Metode Pelaporan
1. Perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien melaporkan langsung kepada perawat penanggung jawab berikutnya. Cara ini memberikan kesempatan diskusi yang maksimal untuk kelanjutan dan kejelasan rencana keperawatan.
2. Pelaksanaan timbang terima dapat juga dilakukan di ruang perawat kemudian dilanjutkan dengan berkeliling mengunjungi klien satu persatu.
5. Prosedur Pelaksanaan
1. Kedua kelompok dinas sudah siap.
2. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh terhadap masalah, kebutuhan dan segenap tindakan yang telah dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya selama masa perawatan ( tanggung jawab )
3. Hal-hal yang sifatnya khusus, memerlukan perincian yang matang sebaiknya dicatat khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas berikutnya.
4. Hala-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima :
a) Identitas klien dan diagnosa medis.
b) Masalah Keperawatan yang masih muncul.
c) Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan ( secara umum )
d) Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan operatif, pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang lain, persiapan untuk konsultasi atau prosedur yang tidak rutin dijalankan.
f) Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaporkan.
5. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan atau berhak terhadap keterangan-keterangan yang kurang jelas.
6. Sedapat-dapatnya, mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan padat.
7. Lama timbang terima tiap pasien tidak lebih dari 5 menit,kecuali dalam kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit.
6. Hal-hal yang perlu Diperhatikan
1. Dilaksanakan tepat waktu pada saat pergantian dinas yang disepakati.
2. Dipimpin oleh penanggung jawab klien / perawat primer.
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas.
4. adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab.
5. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematik dan menggambarkan kondisi klien pada saat ini serta kerahasiaan klien.
6. Timbang terima harus berorientasi pada masalaha keperawatan yang ada pada kliwn, dengan kata lain informasi yang diberikan berawal dari masalahnya terlebih dahulu ( setelah diketahui melalui pengkajian ), baru kemudian terhadap tindakan yang telah dilakukan dan belum dilakukan serta perkembangan setelah dilakukan tindakan.
7. Timbang terima dilakukan didekat pasien, menggunakan volume suara yang pelan dan tegas ( tidak berbisik ) agar klien disebelahnya tidak mendengarkan apa yang dibicarakan untuk menjaga privacy klien, terutama mengenai hal-hal yang perlu dirahasiakan sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat klien.
8. Bila ada informasi yang mungkin membuat klien terkejut sebaiknya jangan dibicarakan didekat klien tetapi diruang perawat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedside teaching adalah pembelajaran yang dilakukan langsung di depan pasien. Dengan metode bedside teaching mahasiswa dapatmenerapkan ilmu pengetahuan, melaksanakan kemampuan komunikasi, keterampilan klinik dan profesionalisme, menemukan seni pengobatan, mempelajari bagaimana tingkah laku dan pendekatan dokter kepada pasien.
Ronde keperawatan adalah kegiatan bertujuan mengatasi masalah keperawatan klien, dilaksanakan perawat, pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Akan tetapi, pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konsuler, kepala ruangan, perawat associate, yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim (Nursalam, 2002).
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. Konferense sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
Timbang terima ( operan ) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu ( laporan ) yang berkaitan dengan keadaan klien.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah wawasan para pembacanya. Makalah ini juga dapat dijadikan referensi awal untuk bahan penugasan dan bahan belajar para mahasiswa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Hermino, Agustinus,2013,Assesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan,PT. Gramedia, Jakarta.
Swanburg,russel c. pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk perawat klinis. Jakarta. 1994. Penerbit buku kedokteran EGC.
Satrianegara m.fais. Buku Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan. Jakarta. 2009. Salemba Medika.
M.Nurs, Nursalam. Manajemen Keperawatan. Jakarta. 2002. Salemba Medika.
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.