Terjemah Kitab

Para Rosul Yang Disebut Dalam Qur'an Secara Terperinci – Terjemah Tijan Ad Darori


 Termasuk juga di dalam kewajiban setiap orang mukallaf (dewasa) mengetahui (jumlah) para Rasul yang disebut di dalam Al Qur’an secara terperinci (seluruhnya berjumlah 25 orang).

Cukuplah kiranya di dalam mengimani setiap utusan Allah, yaitu bila seseorang ditanya tentang kerisalahan mereka, maka benar-benar mengakui atas kerisalahan tersebut. Dan tidak wajib baginya menyebutkan satu persatu (dengan hafalan).

Namun, barangsiapa mengingkari salah satu dari para Rasul setelah ia mengetahuinya, maka ia kafir. Lain masalahnya bila ia ditanya untuk kali pertamanya, lalu ia menjawab: Aku tidak mengerti, maka ia tidak termasuk (dihukumi) kafir.

Adapun selain para Rasul yang tersebut di dalam Al Qur’an, yakni para Rasul dan Nabi, maka bagi setiap orang mukallaf wajib mengetahuinya secara ijmal (global). Dan wajib pula membenarkan bahwasanya Allah

mempunyai beberapa utusan dan nabi (secara global) yang tidak ada seorangpun mengetahuinya kecuali Allah sendiri (jumlah sebenarnya lebih dari 25, akan tetapi kita hanya diwajibkan mengimani akan keseluruhan dari para Nabi dan Rasul Allah). Karena, memang tidak ada kemampuan bagi kita untuk menghitungnya.

Sebagian ulama ada menisbatkan (mengkatagorikan) para Rasul yang wajib diketahui (dikenal) secara terperinci, sebagai berikut:

a. Wajib bagi setiap mukallaf untuk mengetahui (mengenal) para Rasul (yang sudah ditetapkan, yaitu 25 orang) secara rinci dan hal ini telah dimaklumi.

b. Di dalam ayat “tilka hujjatuna” ada delapan belas Nabi dan Rasul, sedang yang tujuh tidak disebutkan.

c. Diantaranya adalah Nabi Idris, Hud, Syu’aib dan Saleh, Dzul Kifli, Adam dan diakhiri dengan Nabi terpilih (Muhammad)

Yang dimaksudkan dengan kata-kata “telah dimaklumi” di dalam ayat “tilka hujjatuna” tersebut ialah; telah dapat dimaklumi bahwa jumlah para Rasul itu ada dua puluh lima yang tersebut di dalam Al Qur’an. Akan tetapi, yang terdapat di dalam surah Al An’am hanya ada delapan belas. Sebagaimana dalam firman-Nya:

وتلك حجتنا ءاتينها إبراهيم على قومه ترفع درجت من نشاء إن ربك حكيم عليم

ووهبنا له إسحق ويعقوب كلا هدينا ونوحا هدينا من قبل ومن ذريته داود وسليمان وأيوب ويوسف وموسى وهرون وكذالك

نجزى المحسنين

وزكريا وتحيى وعيسى وإلياس كل من الصلحين

 وإسمعيل واليسع ويونس ولوطا وكلا فضلنا على العلمين

“Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”

“Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya’qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk serta kepada sebagian dari keluarganya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”

“Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang salih.”

“Dan Ismail, Ilyasa, Yunus dan Luth. Masing-masing dari mereka Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya).” (Al An’am: 83-86)

Allah menyebutkan di sini delapan belas Nabi dengan tidak tertib (tidak menurut masanya dan pula tidak menurut keutamaannya). Akan tetapi, ada masalah (persoalan) yang sangat halus (peka) hingga dijadikan ketertiban itu sendiri, yaitu; bahwasanya Allah pertama kali menyebutkan Nabi Nuh, Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub, karena mereka ini leluhur (Nenek moyang) para Nabi.

Kemudian, dari beberapa pangkat yang dihargai setelah keNabian Mereka di antaranya adalah kerajaan, kekuasaan dan pemerintahan. Dari pangkat-pangkat inilah Allah memberi bagian yang sangat sempurna kepada Nabi Daud dan Nabi Sulaiman.

Termasuk anugerah berupa kesabaran ketika turunnya beberapa percobaan, ujian dan kepayahan. Dan Allah mengkhususkan martabat ini kepada Nabi Ayyub. Kemudian Allah mengumpulkan dua martabat itu pada seorang Nabi yaitu Yusuf. Dia seorang Nabi yang penyabar dan tahan uji dalam menghadapi segala kesulitan dan cobaan. Hingga Allah memberinya kerajaan Mesir beserta pangkat keNabian.

Dan termasuk pula predikat yang dihargai dalam keutamaan para Nabi ialah mukjizat dan tanda-tanda (bukti) ke-Nabian. Predikat ini khusus diberikan kepada Nabi Musa dan saudaranya Harun.

Yang tergolong dalam pertapa dunia karena predikat yang diberikan kepada mereka adalah Nabi Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Kemudian setelah Allah menyebutkan para Nabi yang berpredikat luhur, disebutkan pula Nabi yang tidak mempunyai pengikut dan tidak pula mempunyai syari’at. Mereka itu ialah Nabi Ismail, Ilyasa, Yunus dan Nabi Luth. Apabila saudara mau sedikit berfikir pada masalah yang halus tersebut, maka akan saudara jumpai suatu ketertiban yang bagus dan indah.

Kata-kata (penyair) “yang tujuh masih ketinggalan” maksudnya adalah tujuh dari dua puluh lima (jumlah Nabi dan Rasul yang disebutkan dalam Al Qur’an) sedang delapan belas telah disebutkan secara rinci di dalam surah Al An’am. Sisanya disebutkan diberbagai tempat dalam Al Qur’an. Oleh karena itu, pada akhir bait disebutkan “dan diakhiri dengan Nabi terpilih”, yaitu seorang Nabi yang terpilih dari sekalian mahluk (yang tidak lain adalah Nabi kita Muhammad). Beliau pula yang menduduki peringkat pertama pada kalangan Nabi dan Rasul. Lalu Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Nuh.

Mereka sebanyak lima orang Nabi dan Rasul yang disebut pula dengan “ulul azmi” (mereka yang mempunyai keutamaan dan kemauan yang teguh). Baru kemudian semua utusan yang wajib diyakini sesuai dengan hukum yang berlaku secara tafshil (rinci). Demikian pula yang global di dalam masalah global. Dan dilarang membicarakan masalah yang tidak ada izin syara’ (untuk membahasnya).


Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top