Kajian Al-Hikam

Ngaji Hikam Bab Sabar (2)

Orang Ahli makrifat apabila diberi cobaan hatinya sabar dan
ridla. Al-Imam al-Robi’ al -Jaizi (W.250 H) salah satu dari murid Imam As
Syafii RA (L.150H – W 204 H). Beliau setelah jadi murid Imam Syafii, masih
sempat hidup 46 tahun. Cobaanya begitu besar. Salah satu cobaannya adalah
disakiti tetangganya tapi beliau hadapi dengan sabar. Sebaliknya malah yang
menyakiti didoakan, dimintakan ampunan kepada Allah, dan berdoa semoga yang
menyakiti ahli surga.

Orang Ahli Makrifat itu sifatnya seperti bumi. Bumi jika
disakiti malah memberi yang labih baik. Sawah itu, kalau dicangkul, digaru,
diinjak-injak, dan dipupuk pakai pupuk kandang, malah memberi panen yang
melimpah. Orang Sufi ibarat hujan, ia menyirami siapa saja. Orang Sufi itu
ibarat mendung. Mereka mengayomi kepada yang disukai, juga mengayomi kepada yang
tidak disukai.


Suatu saat Imam al-Rabi’ al -Jaizi berjalan di suatu gang yang
kiri dan kananya terdapat rumah bertingkat. Ketika beliau lewat, oleh
tetangganya diguyur dari abu dapur (jawa: pawonan). Syekh Robi’ al- Jaizi tidak
marah. Beliau malah turun dari kendaraan, dan sujud syukur. Kemudian setelah
sujud beliau ditanya oleh orang, “syekh kamu di sakiti kok malah sujud
syukur?”. Syekh Robi’ al-Jaizi menjawab “Iya, karena aku ini hamba,
sebenarnya Allah itu berhak memberi aku guyuran berupa api. Tapi Allah hanya
mengguyurku dengan abu. Makannya aku bersyukur kepada Allah”.


Imam Hanafi dipenjara sampai wafat. Masalahnya hanya karena
beliau tidak mau diangkat jadi hakim. Jadi hakim itu rawan suap. Jadi bupati
juga rawan suap. Sayid Sulaiman Betek Mojoagung adalah orang Pasuruan. Beliau
adalah Pendiri Pondok Sidogiri yang pertama. Tapi kenapa makamnya di Betek Mojoagung
Jombang. Hal itu disebabkan beliau melarikan diri dan sembunyi. Karena
dicari-cari oleh raja mataram pertama yaitu Ki Ageng Pamanahan (makamnya di
Kutogede Yogyakarta) untuk dijadikan hakim.


Ki Ageng Pamenahan itu punya anak namanya Danang Sutowijoyo,
berjuluk Mas Ngabehi yang juga putra angkat dari Joko Tingkir. Ki Ageng
Pamanahan, itu putra dari Ki Ageng Anis, Ki Ageng Anis putra dari Ki Ageng Selo
(Abdurahman, Penakluk Bledek), putra dari Ki Ageng Selo Pendowo yang makamnya
di Purwodadi, Ngantru. Dari situ kalau ke kanan ada makam dari Lembu Peteng,
atau Bondan Kejawan, yang merupakan putra dari Brawijaya Ke V, ada satu versi
mengatakan bahwa Lembu Peteng adalah Syekh Jumadil Kubra.


Sayid Sulaiman, datang ke Betek itu karena dicari oleh raja
Mataram tapi beliau bersembunyi karena akan dijadikan Hakim. Nabi dawuh, hakim
itu ada 3, yang 2 masuk di neraka, yang 1 di surga. Sykeh Sihabuddin As Salamah
menulis dari Imam Abu Makhsar yang bercerita bahwa ketika beliau masih hidup,
ada seorang anak muda. Anak muda ini sudah kepingin menikah, tapi di sisi yang
lain ia juga takut menikah.


Keinginan menikah karena Rasulullah tidak suka orang yang
membujang. Yaitu sabda nabi, “Orang yang bujang itu gendeng (gila)”.
Orang perempuan itu jadi panah godaan setan. Sementara orang yang bujang itu
kalau melihat perempuan sukanya membayangkan. Ketika shalat yang terbayang
perempuan, paling buruk ketika membaca fatihah lafadz “Iyyaka Na’budu,
Waiyyaka Nastainu”.


Nabi punnya sahabat yang masih bujang. Oleh Nabi shabat tersebut
ditanya “Kamu punya istri?. Jawabnya “tidak”. Nabi bertanya lagi
“Kamu punya amat?”. dijawab “Tidak”. Rasulluah bertanya
lagi “Kamu kaya dan Sehat?”. InsyaAllah Ya Rasulluah. Kemudian nabi
bersabda, jika kamu kaya dan sehat dan tidak menikah kamu adalah temannya
setan. Diantara kamu yang hina adalah orang-orang yang mati dalam keadaan
membujang. Kemudian sahabat nabi itu berkata, Ya Rasulluah nikahkanlah aku.


Pemuda yang diceritakan oleh Abu Malhsar itu disisi lain takut
untuk menikah. Karena orang perempuan itu amanat. Karena bersama dengan wanita
adalah tanggung jawab. Maka dia takut. Akhirnya dia bersumpah, “Demi Allah
aku tidak akan menikah, sebelum aku bertemu dengan 100 orang yang memberi
mauidhah”.


Orang yang ahli mauidlah itu susah. Karena Ahli Maidlah itu
adalah orang yang sudah mampu menasihati dan mengamalkan pada dirinya sendiri
baru kemudian menasihati orang lain. Seperti hadist “Ibdak bi nafsik, wa
bi ghairi”. Ahli Maidlah itu berbeda dengan penceramah.


Singkat cerita sampailah pemuda tersebut memperoleh Ahli Maidhah
yang ke 99. Dan untuk mencari yang ke 100 itu sulit. Akhirnya pagi-pagi ia
keluar untuk mencari penggenap yang ke-100. Dia bersumpah, jika bertemu orang
pertama maka akan aku jadikan ia sebagai orang yang bermauidlah Ke-100.


Setelah bertemu orang pertama yang ia temui di hari itu,
ternyata bertemu orang gila. Wajahnya dicoreti, dan sedang menaiki mainan yang
mirip kuda, serta bicaranya “ngalor ngidul”. Tapi karena dia
terlanjur sumpah. Kemudian ia berucap salam kepada orang gila itu,
“Asalamualaikum”. Orang gila tersebut menjawab dengan fasih, “Wa
Alaikum Salam. Wa Rohmatullahi Wa Barokatuh” . Pemuda itu berkata
“Pak saya ini anak muda, di satu sisi ingin menikah, tapi di satu sisi
takut menikah, akhirnya saya sumpah untuk tidak menikah kecuali mendapat 100
orang yang memberi saya mauidlah. Dan Anda adalah orang yang ke 100 itu Pak”.


Orang gila itu ternyata gaya bicaranya jelas dan tertata. Ia
berkata, “Tanyalah sesuatu yang berguna bagimu, dan jangan bertanya
sesuatu yang tidak berguna bagimu”. Kemudian orang gila tadi meneruskan
perkataannya “Orang perempuan itu ada tiga. Satu orang perempuan yang
menguntungkanmu. Dua perempuan yang merugikan kamu. Tiga perempuan yang tidak
menguntungkan dan tidak merugikan”.


Pemuda bertanya, “Bagaimana itu penjelasanya Pak?”. Orang
gila tersebut menjelaskan, “Perempuan yang menguntungkan kamu adalah perempuan
yang masih gadis, cantik, dan muda, kalau dalam pernikahannya enak dan nikmat,
dia akan berkata, ‘Alhamdulillah’. Tapi kalau tidak enak dia akan berkata, ‘Biarlah
satu ini saja saya akan setia “telateni” karena yang lain paling
rasanya juga sama saja. Perempuan yang ke dua adalah wanita janda, anaknya
banyak, menikah denganmu karena kekayaanmu. Kalau kamu bangkrut, dia akan
menceraikan kamu. Perempuan yang ketiga adalah perempuan janda, masih muda,
belum punya anak. Jika dalam pernikahan itu enak, dia akan berkata ‘Ya yang
sepeti inilah yang aku cari’. Tapi kalau tidak enak ia akan bilang, ‘Rasanya
kok tidak seperti suami yang dulu’.


Pemuda itu kemudian berkata. “Pak, Anda itu sepertinya
orang gila, tapi kata-katanya berbobot”. Lalu, orang gila itu menjawab
“Anak muda, Aku ini Al-Hakim, seorang Ahli Hikmah, karena aku diburu-buru
oleh khalifah, maka aku menyamar menjadi orang gila. Bagiku daripada jadi
hakim, mending aku jadi orang gila saja.


Ada lagi seorang yang Ahli Ilmu dan Ahli Makrifat yang dipenjara
oleh sultan karena tidak mau menjadi hakim. Seorang Makrifat yang dipenjara itu
punya teman dekat. Oleh sultan teman dekatnya itu disuruh menjenguk. Disuruh
bertanya, “Bagaimana kabarmu?”. Kemudian orang Makrifat menjawab, “Aku
bersyukur kepada Allah”. Walaupun di penjara orang makrifat itu isinya ridla
dengan apa yang ditentukan Allah (ridla bi hukmillah).


Setelah kejadian itu ada orang yang beragama Majusi yang
dipenjara karena memang melanggar. Orang Majusi itu dikumpulkan dengan orang
Ahli Makrifat tadi. Mereka dibelenggu kakikinya dengan satu rantai yang sambung.
Pada saat itu kebetulan orang majusi sedang sakit perut dan sering berak. Kalau
berak harus sama-sama ke WC karena satu rantai. Maka ketika orang Majusi itu
berak oranh Makrifat itu terpaksa mencium bau yang tidak enak.


Kemudian sultan menyuruh lagi teman Ahli Makrifat untuk bertanya
lagi. “Bagaimana rasanya di penjara?”. Oleh Ahli Makrifat dijawab “AskuruAllah,
aku bersyukur kepada Allah”. Inilah contoh orang yang sabar. Kemudian
temannya tanya lagi, “Sampai kapan syukurmu itu, macam-macam kesengsaraan
di penjara kamu tetap syukur?. Sebenarnya apa masih ada beratnya ujian di atas
penderitaanmu?. Orang Ahli Makrifat menjawab, “Kalau hanya sepeti ini aku
tetap akan bersyukur, cobaan yang lebih berat adalah jika tali yang dipakai
orang majusi dipinggangnya di rantaikan di pinggangku, itu baru aku merasa
berat”.


Temannya tanya lagi, “Kamu kenapa selalu bersyukur?”.
Orang Ahli Makrifat berkata “Karena syukur itu wajib, hanya siksaan
seperti ini ringan, siksaan yang berat adalah kalau aku dipaksa masuk
Majusi”. Kemudian orang Makrifat bertanya balik, “Apa kamu tidak
ingat Syekh Ar-Robi’ al-Jaizi, beliau di guyur bak yang berisi abu oleh
tetangganya, tetapi beliau malah melakukan sujud syukur, ketika ia ditanya
kenapa?. Beliau menjawab, “Karena Allah sebenarnya berhak mengguyurku
dengan api, tapi aku hanya diguyur dengan abu”.


Para nabi itu cobaannya lebih berat daripada semua manusia.
Dibanding para wali, masih berat para nabi. Seperti Nabi Sirjis, Nabi Ayub,
Nabi Musa dll. Saya akan menceritakan cobaan Nabi Yahya. Imam As Syathi dawuh,
bahwa Nabi Zakariya sudah tua. Tapi istrinya mandul. Nabi Zakariya sering
“momong” Siti Maryam, Karena istrinya Nabi Zakariya adalah bibi dari
Siti Maryam. Setiap Nabi Zakriya masuk ke kamarnya Siti Maryam, sering ada
buah-buahan. Bahkan pada musim kemarau di kamar Siti Maryam ada buah pada musim
penghujan.


Dan pada musim penghujan ada buah musim kemarau. Oleh Nabi
Zakariya, Siti Maryam ditanya, darimana ini?. Oleh Siti Maryam dijawab
“Minnallah”.  Ketika Siti
Maryam sudah dewasa, “ditiup” oleh Malaikat Jibril, dan lahirlah Nabi
Isa. Nabi Zakriya kemudian berpikir, Maryam itu tidak punya suami tapi bisa
punya anak. Aku ini punya istri tapi tidak bisa punya anak. Akhirnya Nabi
Zakaria berdoa, yang hasilnya diberi anak Nabi Yahya.


Ringkas cerita, Nabi Yahya lahir, sampai dewasa, Nabi Yahya
pekerjaannya adalah ibadah dan menangis, ibadah dan menangis, Ibadah dan
menangis. Seperti itu terus, sampai aliran air mata Nabi Yahya di pipi bisa
menggusur daging dan terlihat tulang wajahnya.


Akhirnya Nabi Zakariya matur kepada Allah, “Ya Allah aku
ini meminta anak yg berguna bagiku?”. Kemudian Allah menjawab, “Zakariya
kamu kan ngomong, kalau kamu meminta anak seorang wali, yang kamu kasihi. Wali
ya seperti itu pekerjaanya. Setelah itu Nabi Yahya diangkat menjadi Rasul
bahkan ketika ayahnya masih hidup”.


Nabi Yahya itu menjadi nabi sejak kcil. Kalau Nabi Muhammad itu
sejak kecil ada tanda-tandanya akan jadi Nabi. Nabi Yahya menjadi Rasul itu
semasa hidup dengan raja-raja Bani Israil. Kebetulan raja bani Israil itu
sangat menyukai perempuan. Sampai orang perempuan punya suami pun juga diminta.
 Suatu ketika Raja Bani Israil punya
istri. Istri ini punya anak yg cantik, yang bukan dari raja (anak tiri).


Pada saat itu raja ingin kawin lagi. Oleh isteri raja, anaknya
(anak tiri raja) itu dirias dengan sempurna. Kemudian anak gadisnya ,
dihadapkan kepada raja dan ditawarkan. Kemudian Raja menjawab, “Aku akan
bertanya kepada Yahya terlebih dahulu, bolehkah menikahi anak tiri, sedangkan
ibunya masih hidup dan masih menjadi istrinya”.


Kemudian Nabi Yahya ditimbali raja. Nabi Yahya matur bahwa
hukumnya tidak halal bagi Anda. Dia (anak tiri) haram untuk dinikahi. Mendengar
itu raja marah. Istrinya juga ikut marah. “Tuan bunuh saja Yahya”
kata istrinya. “Kalau Jenengan tidak membunuh Yahya, saya akan
pergi”. Akhirnya rakyat, diperintah untuk membunuh Nabi Yahya.


Ulama Bani Israil dawuh kepada Raja, “Raja, jika satu tetes
darahnya Yahya, jatuh ke bumi, maka bumi tidak akan bisa menumbuhkan sesuatu
selamanya”. Al Imam Al Azizi berkata, setelah raja memdengar ulama Bani
Israil, raja menyuruh mencarikan tembaga untuk digunakan tempat mengalirnya
darah Nabi Yahya agar tidak mengalir ke bumi ketika disembelih.


Akhirnya Nabi Yahya di sembelih, dan darahnya tidak menetes ke
bumi. 
Setelah peristiwa itu, dicari Ayahnya yaitu Nabi Zakriya. Nabi
Zakariya lari, tapi tidak menemukan tempat sembunyi. Akhirnya bertemu pohon
besar. Pohon besar itu didawuhi oleh Nabi Zakariya untuk persembunyiannya. Setelah
Nabi Zakariya masuk ke dalam pohon, Prajurit tidak menemukannya. Datanglah
Iblis yang menunjukkan persembunyian Nab Zakariya yang berada di dalam pohon
besar itu.


Kemudian pohon besar itu dipotong dengan digergaji. Ketika
sampai ke kepala Nabi Zakariya, beliau sempat menjerit “Ah”. Lalu
Malaikat Jibril ditimbali Allah, “Jibril, sowanlah kepada Zakariya, Kalau
sampai Zakriya sambat “Ah” lagi, maka akan aku (Allah) hapus dia dari
daftar ke Rasulan. Akhirnya sampai tubuh Nabi Zakriya terpotong menjadi dua beliau
hanya diam. Imam Sa’labi dawuh, ketika Nabi Zakriya wafat, beliau berumur 300
Tahun. Imam As Syathi dawuh, pohon yang besar itu berada di nagara Nabulis. Di
kubur, dipindah ke Kota Halb, kota Syam.


Beliau juga berkata bahwa Nabi Zakariya dan Nabi Yahya itu
disembelih di Palestina. Nabi Yahya, di mutilasi. Jasadnya dipotong-potong.
Kepala dipisah dengan jasadnya. Tangan dipotong dari jasadnya. Dan kaki
dipotong dari jasadnya. Beliau dimutilasi jadi empat. Dan makamnya
dipisah-pisah. Makam jasadnya berada di Palestina. Kepalanya di bawa ke
Syirira. Kedua tanganya ke Bairut. Dan kedua kakinya di bawa ke tanah Soidan.


Imam Qatadah dawuh tentang Raja Buhtanashar Al Babily
(Babilonia) yang menjadi penguasa Baitil Muqadas. Buhtanashar berada di Baitil
Muqadas di Syiria, menemukan darahnya Nabi Yahya yang mendidih, seperti air
yang mendidih di dalam kendil. Darah yang berada di tembaga itu tumpah-tempah
sampai ke Bumi.


Raja Buhtanashar marah, ini adalah perilaku Bani Israil.
Akhirnya ada 70.000 manusia Bani Israil yang dibunuh oleh Buhtanashar, barulah
darah itu menjadi tenang. Imam Zaid, dawuh ketika al-Walid bin Abdul Malik bin
Marwan menjadi khalifah. (Abdul Malik adalah saudara Abdul Aziz, Abdul Malik
punya putra Walid). al-Walid membangun masjid di Damaskus. Ketika tukang
bangunan sedang membangun masjid, mereka menemukan sebuah gua. Gua itu ditutup
oleh batu. Kemudian tukang bangunan tersebut melapor kepada al-Walid. Setelah
itu, al-Walid datang ke masjid, melihat gua itu, dan memerintah agar batu yang
menutup gua diangkat.


Ternyata dibalik batu itu ada gua. Di dalam gua itu ada ruangan
persegi yang panjang dan lebarnya 3×3 dirok atau 120 cm an. Ternyata di ruangan
itu ada peti yang digembok besi, di dalam peti itulah ada kepala manusia.
Rambutnya masih seperti rambutnya orang yang hidup. Wajahnya tampan (Nabi Yahya
memang memiliki wajah yang tampan), kepala beliau masih utuh seperti sedia
kala.
 


Khalifah Al Walid kemudian mengambil kepala tersebut dan dicium.
Lalu dikembalikan lagi. Dimasukan ke dalam peti, dan ditutup kembali. Letak
peti Itu arah-arahnya kalau dari masjd Damaskus, dua baris di arah timur dari
pengimaman. Ada tiang. Nah di tiang itulah ada gua yang di dalamnya ada kepala
dari Nabi Yahya. Begitulah ujian para nabi, lebih berat ujiannya dari manusia
biasa. Lebih berat cobaannya daripada ujiannya para Ahli Makrifat. (*)


-Disarikan
dari Pengajian Al-Hikam Setiap Malam Selasa oleh KH. Mochammad Djamaluddin Ahmad 5 Februari 2018

Comments

Paling Populer

To Top