Uncategorized

Ngaji Bareng Surah Al-Mulk (1)


MUQADDIMAH
Fadhilah Surah Al-Mulk
Bismillah. Alhamdulillah, wash-shalatu was-salamu ‘ala
rasulillah wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa man tabi’ahum ila yaumil
qiyamah. Rabbana zidna ‘ilmaa war-zuqnaa fahmaa. Amin. Wa ba’du.
Berikut ini disajikan fadhilah
(keutamaan) surah al-Mulk. Ada 8 riwayat, diambil dari kitab Fadhailul Quran
karya al-Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Ayyub bin adh-Dhurais al-Bajali (w.
294 H). Kitab ini termasuk karya terawal di bidangnya, karena penyusunnya hidup
pada Abad III Hijriyah. Derajat sanad riwayatnya dijelaskan oleh muhaqqiq
(editor) edisi modernnya, yakni Ghazwah Budair. Di sini, sanad-nya tidak
disertakan supaya ringkas.
٢٣١عَنِ
ابْنِ مَسْعُودٍ،
أَنَّهُ قَالَ فِي
سُورَةِ الْمُلْكِ: هِيَ الْمَانِعَةُ
تَمْنَعُ صَاحِبَهَا
مِنْ عَذَابِ
الْقَبْرِ يُؤْتَى
صَاحِبُهَا
{
قَالَ عَلِيٌّ
فِي قَبْرِهِ
وَلَمْ يَقُلْ
مُوسَى فِي
قَبْرِه}
مِنْ قِبَلِ
رَأْسِهِ فَيَقُولُ
رَأْسُهُ
:
لَا سَبِيلَ
عَلَيَّ، إِنَّهُ
وَعَى فِيَّ
سُورَةَ الْمُلْكِ، ثُمَّ
يُؤْتَى مِنْ
قِبَلِ رِجْلَيْهِ،
فَيَقُولُ: لَيْسَ لَكَ
عَلَيَّ سَبِيلٌ
إِنَّهُ كَانَ
يَقُومُ بِي
بِسُورَةِ الْمُلْكِ، وَإِنَّهَا
فِي التَّوْرَاةِ
مَنْ قَرَأَهَا
فَقَدْ أَكْثَرَ
وَأَطْيَبَ

231 – Ibnu Mas’ud berkata perihal surah
al-Mulk, “Ia adalah pelindung yang mencegah pemiliknya dari siksa kubur.
Pemiliknya didatangi — Ali (salah satu perawi) berkata: di dalam kubur,
sedang Musa (perawi lain) tidak mengatakannya — dari arah kepalanya, maka
kepalanya berkata: ‘Tidak ada jalan padaku sebab ia telah memuatkan dalam
diriku surah al-Mulk.’ Kemudian didatangi dari arah kedua kakinya, maka kakinya
berkata: ‘Engkau tidak punya jalan padaku, sebab ia berdiri (membacaku dalam
shalat) dengan surah al-Mulk.’ Sesungguhnya surah al-Mulk ini ada dalam Taurat.
Barangsiapa membacanya sungguh ia telah banyak meraup pahala dan bertindak
benar.”
(*) Semua perawinya bisa dipercaya. Hanya saja ada salah
satunya yang sedikit lemah. Riwayat ini mauquf (sumbernya terhenti pada
Sahabat), tapi dihukumi marfu’ (tersambung kepada Nabi) karena
menceritakan sesuatu yang tidak mungkin berasal dari ijtihad, yaitu perkara
gaib.
٢٣٢عَنِ
ابْنِ مَسْعُودٍ،
قَالَ: يُؤْتَى الرَّجُلُ
فِي قَبْرِهِ
مِنْ قِبَلِ
رِجْلَيْهِ فَتَقُولُ
رِجْلَاهُ: لَيْسَ لَكُمْ
عَلَى مَا
قِبَلِي سَبِيلٌ،
قَدْ كَانَ
يَقُومُ عَلَيَّ
بِسُورَةِ الْمُلْكِ.
قَالَ: فَيُؤْتَى جَوْفُهُ
فَيَقُولُ جَوْفُهُ: لَيْسَ
لَكُمْ عَلَى
مَا قِبَلِي
سَبِيلٌ، قَدْ
وَعَى فِيّ
سُورَةَ الْمُلْكِ،
قَالَ: فَتُؤْتَى رَأْسُهُ
فَيَقُولُ لِسَانِهِ
لَيْسَ لَكُمْ
عَلَى مَا
قِبَلِي سَبِيلٌ،
قَدْ كَانَ
يَقُومُ فِيّ
بِسُورَةِ الْمُلْكِ. فَقَالَ
عَبْدُ اللَّهِ: هِيَ
الْمَانِعَةُ بِإِذْنِ
اللَّهِ عَزَّ
وَجَلَّ مِنْ
عَذَابِ الْقَبْرِ،
وَهِيَ فِي
التَّوْرَاةِ سُورَةُ
الْمُلْكِ، مَنْ
قَرَأَهَا فِي
لَيْلَةٍ فَقَدْ
أَكْثَرَ وَأَطْيَبَ
232 – Ibnu Mas’ud berkata: seseorang
didatangi di dalam kuburnya dari arah kedua kakinya, maka kedua kalinya
berkata, “Tidak ada jalan bagi kalian melaluiku, sebab ia berdiri
(mengerjakan shalat) di atasku dengan membaca surah al-Mulk.” Lalu
didatangilah rongga badannya. Rongga itu berkata, “Tidak ada jalan bagi
kalian melaluiku sebab ia telah memuatkan surah al-Mulk di dalam diriku.”
Lalu didatangilah kepalanya. Lisannya berkata, “Tidak ada jalan bagi kalian
padaku. Dulu dia sudah mengerjakan shalat dengan (membaca) surah al-Mulk yang
ada padaku.” Abdullah bin Mas’ud berkata, “Ia adalah pelindung —
dengan seizin Allah — dari azab kubur. Di dalam Taurat ia adalah surah
al-Mulk. Barangsiapa membacanya pada malam hari maka ia telah meraup banyak
pahala dan bertindak benar.”
(*) Riwayat ini juga dinukil Ibnu Marduwaih dan ath-Thabrani
dengan sanad jayyid (bagus).
٢٣٣عَنْ
يَحْيَى بْنِ
أَبِي كَثِيرٍ،
قَالَ: كَانَ طَاوُسٌ
لَا يَنَامُ
حَتَّى يَقْرَأَ
بِهَاتَيْنِ السُّورَتَيْنِ: تَنْزِيلٌ، وَتَبَارَكَ
وَكَانَ يَقُولُ: إِنَّ
كُلَّ آيَةٍ
مِنْهَا تَشْفَعُ
سِتِّينَ آيَةٍ
يَعْنِي تَعْدِلُ
سِتِّينَ آيَةً
233 – Yahya bin Abi Katsir berkata,
“Dulu Thawus tidak tidur sebelum membaca kedua surah ini: Tanzil (yakni,
as-Sajdah) dan Tabaraka (yaitu, al-Mulk). Beliau pernah berkata: sungguh setiap
ayat di dalamnya mensyafa’ati 60 ayat, maksudnya: setara dengan 60 ayat.”
٢٣٤عَنْ
مُرَّةَ الْهَمْدَانِيِّ،
قَالَ: أُتِيَ رَجُلٌ
مِنْ جَوَانِبِ
قَبْرِهِ فَجَعَلَتْ
سُورَةٌ مِنَ
الْقُرْآنِ ثَلَاثُونَ
آيَةً تُجَادِلُ
عَنْهُ حَتَّى
مَنَعَتْهُ مِنْ
عَذَابِ الْقَبْرِ،
فَنَظَرْتُ أَنَا
وَمَسْرُوقٌ فَلَمْ
نَجِدْهَا إِلَّا
تَبَارَكَ
234 – Murrah al-Hamdani berkata, “Ada
seseorang yang didatangi dari segala arah kuburnya. Lalu ada satu surah
Al-Quran yang terdiri dari 30 ayat mulai membelanys sampai akhirnya mencegahnya
dari azab kubur. Aku dan Masruq kemudian mencari (surah itu), dan kami tidak
menemukannya selain surah Tabaraka.”
٢٣٥عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ،
عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: سُورَةٌ فِي
الْقُرْآنِ ثَلَاثُونَ
آيَةٍ شَفَعَتْ
لِصَاحِبِهَا حَتَّى
غُفِرَ لَهُ
تَبَارَكَ الَّذِي
بِيَدِهِ الْمُلْكُ
235 – Dari Abu Hurairah: Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Ada satu surah dalam Al-Quran terdiri dari 30
ayat, ia memberi syafa’at kepada pembacanya sampai akhirnya ia pun diampuni.
Yaitu surah Tabarakal-ladzi bi-yadihil-mulku.”
(*)
Hadits shahih.
٢٣٦عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ،
قَالَ:
قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: إِنَّ سُورَةً
مِنَ الْقُرْآنِ
شَفَعَتْ لِرَجُلٍ،
حَتَّى أَدْخَلَهُ
اللَّهُ الْجَنَّةَ،
مَا هِيَ
إِلَّا ثَلَاثُونَ
آيَةً

236 – Abu Hurairah berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh ada satu surah dalam
Al-Quran, dia memberi syafa’at untuk seseorang hingga akhirnya Allah
memasukkannya ke surga, padahal ia hanya terdiri dari 30 ayat.”
٢٣٧عَنْ
جَابِرِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ،
قَالَ:
كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقْرَأُ
تَنْزِيلُ السَّجْدَةِ
وَتَبَارَكَ كُلَّ
لَيْلَةٍ، قَالَ:
وَحَدَّثَنِي طَاوُسٌ:
أَنَّهُمَا كَانَا
يَفْضُلَانِ كُلَّ
سُورَةٍ مِنَ
الْقُرْآنِ سِتِّينَ
حَسَنَةً

237 – Jabir bin Abdillah berkata,
“Dulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca Tanzil As-Sajdah dan
Tabaraka setiap malam.” Thawus menceritakan padaku bahwa kedua surah itu
mengungguli semua surah Al-Quran dengan 60 kebaikan.”
٢٣٨عَنْ
زِرِّ بْنِ
حُبَيْشٍ، قَالَ: تَبَارَكَ
الَّذِي بِيَدِهِ
الْمُلْكُ نَجَاةٌ
مِنَ النَّارِ
238 – Zirr bin Hubaisy berkata,
“(Surah) Tabarakal-ladzi bi-yadihil mulku adalah penyelamat dari
neraka.”
(*)
Riwayat ini dha’if (lemah).
Alhamdulillah.

Paparan dalam kajian ini disarikan
dari beragam sumber, terutama:
1.      
Tafsir Jami’ul Bayan
karya Imam Ibnu Jarir ath-Thabari.
2.      
Tafsir Al-Qur’an
al-‘Azhim
karya Imam Ibnu Katsir.
3.      
Tafsir Al-Jami’ li
Ahkamil Qur’an
karya Imam al-Qurthubi.
4.      
Tafsir Taysirul Karimir
Rahman
karya Syaikh As-Sa’di.
5.      
Tafsir At-Tahrir wat
Tanwir
karya Syaikh Thahir bin ‘Asyur.
6.      
Tafsir Al-Wasith
karya Syaikh Wahbah az-Zuhaili.
Dalam beberapa
kasus yang terkait makna-makna dari sejumlah kosakata sulit atau diperlukan
penjelasan tambahan, jika tidak ditemukan keterangan pada sumber-sumber di
atas, maka akan dirujuk ke beberapa sumber lain, terutama:
1.      
Mu’jam Mufradat Gharibil
Qur’an
karya Ar-Raghib al-Ashfahani.
2.      
Tafsir Zaadul Masir
karya Imam Ibnul Jauzi.
3.      
Mu’jam al-Maqayis fil
Lughah
karya Ibnul Faris.
Terjemahan ayat
merujuk kepada edisi digital di dalam aplikasi “Quran Android”, dan merujuk
kepada terjemah resmi keluaran Depag RI yang disahkan oleh Lajnah khusus yang
sudah dikenal selama ini.
Adapun status/derajat suatu
riwayat akan dirujukkan kepada sumber-sumber aslinya. Namun, jarang kami sitir
teks hadits secara langsung, karena keterbatasan tempat. Jika ada hadis yang
terkait dengan suatu ayat, maka makna dan isi kandungannya langsung disertakan
dalam uraian.
Bagi yang ingin mendapatkan
rujukan asli dan keterangan tambahan yang lebih luas, dipersilakan menelaah
langsung ke dalam sumber-sumber primer yang telah disebutkan di muka, atau
kepada literatur-literatur induk yang otoritatif.
Tentu saja ada sejumlah detail
materi ilmiah dalam kajian ini yang tidak bisa disitir langsung sumber-sumber
aslinya, karena sifat kajiannya yang diperuntukkan bagi pembaca sibuk dan awam.
Analisis yang berbelit juga dihindari sedapat mungkin, kecuali analisis
kebahasaan yang ditulis untuk memberi pijakan pemahaman atas makna. Serial ini
lebih berfokus pada makna-makna “matang” yang bisa langsung dinikmati, bukan
bahan-bahan “mentah” yang mesti diolah terlebih dahulu. Pembaca diajak untuk
langsung mencicipi sajiannya tanpa harus berpayah-payah meracik bumbu dan
memasak bahannya.
Wallahu a’lam.

 



Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top