Uncategorized

Metode pemberian Asuhan Keperawatan



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral dalam pelayanan keperawatan, oleh karena itu manajemen asuhan keperawatan yang benar akan meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan.
      Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk memandirikan pasien sehingga dapat berfungsi secara optimal.  Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan manajemen asuhan keperawatan yang profesional, dan salah satu faktor yang menentukan dalam manajemen tersebut adalah bagaimana asuhan keperawatan diberikan oleh perawat melalui berbagai pendekatan metode asuhan keperawatan yang diberikan.
      Penetapan dan keberhasilan metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan di suatu rumah sakit sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah bagaimana pemahaman perawat tentang metode-metode asuhan keperawatan tersebut.
B.     Rumusan Masalah
1.      Konsep dasar metode pemberian askep
2.      Tujuan metode pemberian askep
3.      Fakto-faktor yang mempengaruhi metode pemberian askep
4.      Dasar pertimbangan pemilihan metode asuhan keperawatan
5.      Jenis-jenis metode pemberian askep
C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui konsep metode pemberian askep pada manajemen keperawatan
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui konsep dasar metode pemberian askep
b.      Mengetahui tujuan metode pemberian askep
c.       Mengetahui fakto-faktor yang mempengaruhi metode pemberian askep
d.      Mengetahui Jenis-jenis metode pemberian askep
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Dasar Metode Pemberian Askep
Kerja yang mendefenisikan empat unsure, yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sitem. Defenisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/ jasa layananan perawatan.
Hoffart & Woods (1996) juga menyebutkan Sistem MAKP (model asuhan kepewatan professional) adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
B.     Tujuan Metode Pemberian Askep
1.      Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
2.      Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan
3.      Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4.      Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
5.      Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim keperawatan
C.    Fakto-Faktor yang Mempengaruhi Metode Pemberian Askep
1.      Kualitas Pelayanan Keperawatan
2.      Standar Praktik Keperawatan
3.      Model Praktik
4.      Manajerial Grid
D.    Dasar pertimbangan pemilihan metode asuhan keperawatan
Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 5 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998; 143) yaitu:
  • Sesuai dengan visi dan misi intitusi
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit
  • Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan keperawatan pada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangan ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
  • Efisien dan efektif penggunaan biaya
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam kelancaran pelaksanaanya. Bagaimana baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapatkan hasil yang sempurna.
  • Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang terhadap kepuasan pelanggan.
  • Kepuasan kinerja perawat
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat. Oleh karena itu model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya.
  • Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keprawatan diharapkan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
E.     Jenis-jenis Metode Pemberian Askep
1.      Metode Fungsional
Metode ini diterapkan dalam penguasaan pekerja didunia industri ketika setiap pekerja dipusatkan pada saatu tugas atau aktifitas. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan menggunakan metode fungsional, setiap perawat mempperoleh suatu tugas (kemungkinan bisa lebih) untuk semua pasien diunit/ruang tempat perawat tersebut bekerja. Disatu unit/ruangan, seorang perawat diberikan tugas mennyuntik maka perawat tersebut bertanggung jawab untuk memberikan program pengobatan melalui suntikan kepada semua pasien di unit/ruangan tersebut. Contoh penugasan yang lain adalah membagi obat per oral, mengganti balut, pendidikan kesehatan pada pasien yang akan pulang, dan sebagainya.                                              
Metode fungsional ini efisien, akan tetapi penugasan seperti ini tidak dapat memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat. Keberhasilan asuhan keperawatan secara menyeluruh tidak bias dicapai dengan metode ini karena asuhan keperawatan yang dibeikan kepada pasien terpisah-pisah sesuai tugas yang dibebankan kepada perawat. Disamping itu asuhan keperawatan yang diberikan tidak professional yang berdasarkan pada masalah pasien. Perawat senior cenderung akan sibuk dengan tugas-tugas administrasi dan manajerial. Sementara asuhan keperawatan kepada pasien dipercayakan kepada perawat junior.
Sekalipun metode fungsional dalam pemberian asuhan keperawatan ini membosankan perawat karena hanya berorientasi pada tugas, tetapi metode ini baik dan berguna untuk situasi di rumah sakit dengan ketenagaan perawat yang kurang. Metode ini juga dapat memberikan kepuasan kepada pasien yang membutuhkan pelayanan secara rutin.
a)      Keuntungan dan Kerugian metode fungsional
Penerapan metode fungsional dalam pemberiaan asuhan keperawatan kepada pasien memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan dan metode fungsional yaitu:
1)      Perawat menjadi lebih terampil dalam melakukan satu tugas yang biasa menjadi tanggung jawabnya.
2)      Pekerjaan menjadi lebih efisien
3)      Relative sedikit dibutuhkan tenaga perawat
4)      Mudah dalam mengoordinasi pekerjaan
5)      Terjadi proses distribusi dan pemantauan tugas atau pekerjaan
6)      Perawat lebih mudah menyesuaikan dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya sehingga menjadi lebih cepat seleai.
Selain itu, perawat dalam membeikan asuhan keperawatan tidak melihat pasien secara holistic dan tidak berfokus pada masalah pasien sehingga tidak professional, tidak membeikan kepuasaan baik pada pasien maupun pada perawat, dan kadang bisa terjadi saling melempar tanggung jawab bila terjadi kesalahan.
b)      Peran Perawat Kepala Ruang
Untuk mengantisipasi kondisi tersebut maka peran perawat kepala ruangan (ners unit manager) harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanaan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dan pelayanan keperawatan yang berkualitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari semua kemungkinan terjadinya saling melmpar kesalahan. Sekalipun di akui metode fungsional ini cocok untuk jangka waktu pendek dalam kondisi gawat atau terjadi suatu bencana, tetapi metode ini kurang di sukai untuk pelayanan biasa dan jangka panjang karena asuhan keperawatan yang diberikan tidak komperehensif dan melakuan pasien kurang manusiawi (Gillies, 1994)
2.       Metode Tim
Pengembangan metode tim ini didasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan dengan menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. Metode ini juga didasari atas keyakinan bahwa setiap pasen berhak memperoleh peleyanan terbaik. Dalam keperawatan, metode tim diterapkan dengan menggunakan sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat professional, nonprofessional, dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pembantu pasien.
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk memberikan asuahan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien sehingga pasien merasa puas. Selain itu, tugas, memungkinkan adanya transfer  of knowledge dan transfer of experiences di antara perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan meninggkatkan pengetahuan serta memberikan keterampilan dan motivasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Dalam asuhan keperawatan dengan metode ini, ketua tim harus memiliki kemampuan untuk mengikutsertakan anggota tim dalam memecahkan massalah. Ketua tim juga harus dapat menerapkan pola asuhan keperawatan yang di anggap sesuai dengan kondisi pasien dan minat pemberi asuhan. Oleh jarena itu, pembuatan keputusan, otoritas, dan tanggung jawab adapada tinggkat pelaksana. Hal ini akan mendukung pencapaan pengetahuan dan keterampilan professional.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka ketua tim harus memiliki kemampuan sebagaiberikut :
1)      Mengomunikasikan dan mengoordinasikan semua kegiatan tim
2)      Menjadi konsultan dalam asuhan keperawatan
3)      Melakukan peran sebagai model peran
4)      Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien
5)      Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien
6)      Merefisi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan pasien
7)      Melaksanakan observasi baik erhadap perkembangan pasien maupun kerja dari  anggota tim
8)      Menjadi guru pengajar
9)      Melaksanakan evaluasi secara baik da objektif
Bila kemampuan tersebut dapat di miliki oleh ketu tim, akan berdampak secara positif dalam pemberian asuhan keperawatan. Dibandingkan dalam metode fungsional, metode tim lebih banyak memberikan tanggung jawab,otoritas,dan tanggung gugat kepada anggota tim.
a)      Keuntungan dan Kerugian Metode Tim
Beberapa keuntungan dari metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan adalah :
1)      Dapat member kepuasan kepada pasien dan perawat. Pasien merasa di perlakukan lebih manusiawi karna pasien memiliki sekelompok perawat yang lebih mengenal dan memahami kebutuhannya.
2)      Perawat dapat mengenali pasien secara individual karena perawatannya menangani pasien dalam jumlah yang sedikit. Hal ini, sangat memungkinkan merawat pasien secara konfrehensif dan melihat pasien secara holistic.
3)      Perawat akan memperlihatkan kerja lebih produktif melalui kemampuan bekerja sama dan berkomunikasi dengan klien. Hal ini akan mempermudah dalam mengenali kemampuan ak-nggota tim yang dapat di manfaatkan secara optimal.
b)      Peran Perawat Kepala Ruang
Peran perawat kepala ruang dalam aplikasi metode tim diarahkan pada keterampilan dan minat yang dimilikinya. Disamping itu perawat kepala ruangan harus mampu mengoptimalkan fungsi tim melalui orientasi anggota tim dan pendidikan berkelanjutan, mengkaji kemampuan anggota tim dan membagi tugas sesuai denan keterampilan anggotanya. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah perawat kepala ruangan harus mampu sebagai model peran.
Metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan dapat diterapkan bila ada tenaga profesional yang mampu dan mau memimpin kelompok kecil, dapat bekerja sama dan memimbing tenaga keperawatan yang lebih rendah. Disamping itu perawat kepala ruang harus membagi tanggung jawab dan tugasnya kepada orang lain. Satu tim keperawatan dapat terdiri tiga sampi lima perawat untuk bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan kepada 10 sampai 15 pasien.
3.      Metode Keperawatan Primer
Metode inidi kembangkan pada falsafah yang beriorentasi pada pasien bukan pada tugas. Disini terjadi suatu desentralisasi dalam pengambilan keputuan antara perawat primer dan pasien. Menurut Hegyvary (1982), pemberian asuhan keperawatan dengan metode keperawatan primer memberikan setiap perawat primer tanggung jawab menyeluruh (total care) dalam 24 jam/hari secara terus menurus untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada sekelompok kecil pasien (4-6 pasien). Hal ini di mulai sejak pasien masuk hingga pulanh/keluar (Gullies, 1994). Pada saat perawat primer tidak masuk, tindakan perawatan dapat dilakukan olrh perawat penggantinya (perawat asisten).
Dalam aplikasi metode keperawatan primer, perawat primer bertanggung jawab kepada setiap pasen untuk mengkaji kondisi kesehatan, keadaan kehidupannya, dan kebutuhan keperawatan. Selain itu, perawat primer memberikan perawatan sesuai rencana yang dibuatdan mengoordinasi prawatan yang diberikan oleh anggaota tim kesehatan lainya, misalnya memberikan rujukan atau konsultasi dengan dokter atau lainnya untuk memberikan asuhan keperawatan individual, mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan yang dicapai, serta menyiapkan pasien pulang (discharge planning).
a)      Keuntungan dan Kerugian Metode Keperawatan Primer
Metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan, memiliki beberapa keuntungan yang dapat diidentifikasi, antara lain :
                                                              i.      Asuhan keperawatan lebih konprehensif dengan memperlakukan pasien secara holistic
                                                            ii.      Pasien akan merasa lebih puas karena terjadi kesinambungan perawatan
                                                          iii.      Perawat lebih puas karena disampig memiliki otoritas, perawat juga memiliki tanggung gugat didalam memberikan asuhan, hubungan terus menerus antara perawat dan pasien akan memudahkan pasien menyampaikan permasalahan serta dapat memperpendek lama hari perawatan bagi pasien.
Asuhan keperawatan dengan menggunakan metode keperawatan primer diberikan oleh seorang perawat professional untuk sekelompok kecil pasien.
b)      Peran Perawat Kepala Ruangan
Peran perawat menjadi sangat penting untuk mengantisipasi kerugian yang dapat muncul dalam implementasi metode keperawatan tim. Peran perawat kepala ruang tersebut dapat dilakukan, seperti meakukan identifikasi perawat di ruangan/unit yang memiliki minat mrnjadi perawat primer dan memfasilitasi untuk pendidikan, menjabarkan tugas-tugas dan perawat primer dan perawat asisten/anggota. Selain itu, perawat berperan sebagai model dan konsultan, mengembangkan penelitian, melakukan analisis kebutuhan tenaga (perawat) yang mungkin sebagai bahan pertimbangan dalam recruitment tenaga baru, menyusun jadwal dinas,membuat perencanaan pengembangan staf, dan melakukan kegiatan evaluasi.
4.      Metode Medular
Metode ini adalah suatu variasi dan metode keperawatan primer. Metode keperawatan modular memiliki kesamaan baik dengan metode keperawatan ti maupunmetode keperawatan primer (Gillies, 1994). Metode ini sama dengan metode keperawatan tim karena baik perawat professional maupun non professional bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan dibawah kepemimpinan seorang perawat professional. Disamping ini, dikatakan memiliki kesamaan dengan metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam perawatan hingga pulang, bahkan sampai dengan waktu follow up care.
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode keperawatan modular, satu tim yang terdiri dari dua hingga tiga perawat memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok pasien berkisar  8 sampai 12 orang (Magargal, 1987). Hal ini tentu saja dengan suatu persyaratan peralatan yang di butuhkan dalam perawatan cukup memadai.
Sekalipun dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga perawat, tanggung jawab paling besar tetap ada pada perawat professional. Perawat professional memiliki kewajiban untuk memimbing dan melatih non professional. Apabila perawat professional sebagai ketua tim dalam keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat professional lainnya yang berperan sebagai ketua tim.
Peran perawat kepala ruangan (nurse unit manager) diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan anggota dalam bekerja sama, dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing secara motivator.
5.      Manajemen Kasus Keperawatan
Metode ini merupakan generasi kedua dan metode keperawatan primer (Zander, 1988). Pengembangan metode ini didasarkan pada bukti-bukti bahwa manajemen kasus dapat mengurangi pelayanan yang terpisah-pisahdan duplikasi. Rogers (1991) menyoroti bahwa dengan pengaplikasian metode manajemen kasus akan berdampak positif yaitu lama perawatan pasien menjadi lebih pendek.
Metode manajemen kasus keperawatan adalah bentuk pemberian asuhan keperawatan dan manajemen sumber-sumber terkait yang memungkinkan adanya manajemen yang straegis dari cozt dan quality oleh seorang perawat untuk suatu episode penyakit hingga perawatan lanjut. Menurut American Nurses Asociation (1988), manajemen kasus (case managemen) adalah suatu system pemberian pelayanan kesehatan yang didesain untuk memfasilitasi pencapaian tujuan pasien yang di harapkan dalam kurun waktu perawatan di rumah sakit.
Tujuan dari metode manajemen kasus keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien adalah untukmermuskan dan mencapai hasil yang standar dalam perawatan untuk setiap pasien, memfasilitasi pasien yang akan pulang baik lebih awal dan masa perawatan yang ditentukan maupun pada waktu yang direncanakan, menggunakan sedikit mungkin sumber pelayanan kesehatan untuk mencapai hasil yang di harapkan, meningkatkan profesionalisasi perawat dan kepuasan kerja.
Dalam manajemen kasus keperawatan, seorang perawat akan bertugas sebagai case manager untuk seorang (mungkin lebih) pasien, sejak masukrumah sakit hingga pasien tersebut selesai dari masa perawatan dan pengobatan. Sebagai case manager, perawat memiliki tanggung jawab dan kebebasan untuk perencanaan, pelaksanaan, koordinasi, dan evaluasi.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pengembangan metode di dasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan dengan menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. metode perlu juga didasari atas keyakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh pelayanan terbaik. Selain itu, setiap staf berhak menerima bantuan dalam melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan yang terbaik sesuai kemampuannya, dalam keperawatan, metode diterapakan dengan menggunakan kerja sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat profesional, non pofesional, dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien.
Model pemberian asuhan keperawatan yaitu :
1.      Metode Fungsional
2.      Metode tim
3.      Metode Keperawatan Primer
4.      Metode Medular
5.      Metode Manajemen Kasus
B.     Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah wawasan para pembacanya. Makalah ini juga dapat dijadikan referensi awal untuk bahan penugasan dan bahan belajar para mahasiswa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Hermino, Agustinus,2013,Assesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan,PT. Gramedia, Jakarta.
Swanburg,russel c. pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk perawat klinis. Jakarta. 1994. Penerbit buku kedokteran EGC.
Satrianegara m.fais. Buku Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan. Jakarta. 2009. Salemba Medika.
M.Nurs, Nursalam. Manajemen Keperawatan. Jakarta. 2002. Salemba Medika.

Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top