Berita

MENKES SIAP PERBAIKI KOMUNIKASI PUBLIK: KOMITMEN UNTUK TRANSFORMASI KESEHATAN YANG INKLUSIF

Menkes Budi

Warta Sehat | Jakarta – Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, menyatakan komitmennya untuk terus menyempurnakan komunikasi publik dalam menyampaikan program dan kebijakan kesehatan. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya mewujudkan transformasi kesehatan nasional yang tidak hanya berbasis data dan sains, tetapi juga menjangkau dan dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat.

Dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI beberapa waktu lalu, Menkes secara terbuka menyampaikan refleksinya atas beberapa pernyataan yang sempat menjadi sorotan publik. Ia mengakui pentingnya penyampaian pesan yang lebih empatik dan kontekstual.

“Apa yang saya omongin sekarang salah semua. Niatnya sebenarnya baik,” ujar Budi di hadapan anggota DPR. “Saya memang harus memperbaiki cara saya menyampaikan pesan agar tidak terjadi salah persepsi.”

Selama ini, Budi dikenal sebagai menteri yang getol menyuarakan transformasi sistem kesehatan nasional dengan pendekatan ilmiah dan teknologi. Namun, ia menyadari bahwa pendekatan sains saja tidak cukup tanpa disampaikan dengan cara yang mengena dan tidak menimbulkan kegaduhan.

“Semua yang kami sampaikan sebenarnya berdasarkan data dan riset. Tapi saya paham, data pun harus dibungkus dengan bahasa yang bisa diterima masyarakat luas,” tambahnya.

Langkah korektif ini diapresiasi oleh banyak pihak, termasuk Komisi IX DPR RI yang berharap komunikasi publik dari Kemenkes ke depan dapat menjadi contoh edukasi kesehatan yang positif, jernih, dan membangun kepercayaan masyarakat.

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Charles Honoris, menekankan bahwa komunikasi yang bijak merupakan salah satu kunci suksesnya transformasi layanan kesehatan.

“Kami mendukung penuh langkah-langkah reformasi sektor kesehatan, namun tetap perlu ditekankan bahwa komunikasi publik yang tepat adalah bagian dari pelayanan itu sendiri,” ujar Charles.

Ia menambahkan bahwa segala kebijakan publik, meskipun berbasis data dan niat baik, akan sulit diterima jika tidak disampaikan dengan cara yang sensitif terhadap kondisi sosial masyarakat.

Beberapa waktu lalu, Menkes sempat disorot karena analogi kesehatannya seperti soal ukuran celana atau pendapatan masyarakat. Meskipun pernyataan tersebut bertujuan untuk mengangkat kesadaran akan obesitas atau kualitas pendidikan, namun penyampaiannya dianggap kurang tepat oleh sebagian kalangan.

Menanggapi hal ini, Menkes berjanji akan memperkuat peran juru bicara teknis dan media center Kemenkes agar komunikasi yang bersifat edukatif bisa lebih terstruktur, terarah, dan menyentuh sisi kemanusiaan.

“Ke depan, kita akan libatkan lebih banyak ahli komunikasi dan praktisi kesehatan agar pesan-pesan penting ini tersampaikan lebih baik,” ujarnya.

Transformasi sistem kesehatan nasional yang dicanangkan oleh Kemenkes mencakup enam pilar: transformasi layanan primer, layanan rujukan, sistem ketahanan kesehatan, sistem pembiayaan, SDM kesehatan, dan teknologi kesehatan. Semua ini membutuhkan dukungan komunikasi publik yang efektif.

Langkah Menkes Budi untuk terbuka terhadap kritik, mengevaluasi gaya komunikasinya, dan mengambil sikap memperbaiki, menunjukkan karakter pemimpin yang adaptif dan mau belajar. Di tengah era disrupsi informasi, pendekatan seperti inilah yang dibutuhkan untuk membawa kebijakan kesehatan lebih dekat ke hati rakyat.

Ke depan, publik berharap agar komunikasi kebijakan dari pemerintah, khususnya sektor kesehatan, bisa semakin membumi dan solutif. Niat baik dan data valid akan menjadi kekuatan yang besar bila dikemas dengan bahasa yang menyentuh hati. Langkah Menkes Budi Gunadi Sadikin patut diapresiasi sebagai contoh kepemimpinan reflektif di tengah tantangan komunikasi zaman digital.

Paling Populer

To Top